Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin.Fungsi utama diuretik ialah memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi
normal. Pemakaian diuretik sebagai terapi telah diperkenalkan sejak abad ke 16.
Diuretik modeen semakin berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme
system transpor secara spesifik. Diuretik adalah obat terbanyak yang diresepkan di
USA karena cukup efektif, walaupun begitu diuretik juga memiliki efek samping
yang banyak pula. Diuretik terbagi menjadi lima golongan, yaitu Inhibitor karbonik
anhidrase (asetazolamid), Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid,
bumetanid), Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon), Hemat kalium
(amilorid, spironolakton, triamteren), Osmotik (manitol, urea).1
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus,
bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus
proksimal (nefron) denganmencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat),
natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk
golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.2
Acetazolamide pertama kali digunakan sebagai diuretic pada tahun 1953 dan
pada tahun 1954 penggunaan acetazolamide secara oral diperenalkan untuk
menurunkan tekanan intra okuli bagi penderita glaucoma. Acetazolamide mempunyai
aksi menghambat kerja enzim karbonik anhydrase (carbonic anhydrase inhibitor)
yang pada akhirnya menurunkan produksi bikarbonat. Dengan menurunkan produksi
bikarbonat, acetazolamide menurunkan jumlah akuos humor yang di produksi oleh
mata. Hal ini berakibat turunnya tekanan intraokuli seperti pada keadaan glaukoma.
Aceatazolamid juga digunakan sebagai pengobatan kejang epilepsi, hipertensi
intracranial beningna, mountain sickness, cystinuria dan dural ectasia.3
Keseimbangan asam- basa tubuh tergantung pada beberapa reaksi kimia yang
seimbang. Ion hydrogen (H+) berpengaruh terhadap pH mempengaruhi kecepatan
reaksi seluler, fungsi sel, permeabilitas sel, dan integritas struktur sel. Ketika terjadi
ketidak seimbangan asam basa, tubuh memliki usaha dalam mengkompensasi. Jika
jumlah H+ dalam darah lebih tinggi, pH akan menurun dan jika jumlah H+ menurun
maka pH akan meningkat. Pengaturan asam basa terdiri dalam tiga system yaitu
buffer kimia, system respiratorius, dan system renal. Dua jenis gangguan dalam
keseimbangan asam dan basa yaitu asidosis dan alkalosis. 4
1

Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan


karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada. Asetazolamid
memperbesar ekskresi K+. Acetazolamid membentuk ikatan yang kuat dengan
karbonik anhydrase dan konsentrasi tertinggi dijumpai pada jaringan-jaringan yang
mengandung enzim tersebut, terutama sel darah merah dan korteks ginjal.3 Oleh
karena pemakaian acetozolamid sangat terkait dengan asam dan basa, penulis ingin
mengetahui apakah acetozolamid dapat berpengaruh terhadap keseimbangan asam
basa.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.4
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli
(gumpalan kapiler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli
inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam
dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta
elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong
(kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan
kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti
glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah
melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. sisanya yang tak berguna seperti sampah
perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap
kembali.Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul
(ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat
akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.4
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :4
1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid).
2. Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid, bumetanid)
3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon)
4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
2

5. Osmotik (manitol, urea)


2.1.1 Inhibitor karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO 2 +H2O
H2CO3.Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa
lambung, mata,eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma.Inhibitor
karbonik

anhidrase

adalah

obat

yang

digunakan

untuk

menurunkan

tekananintraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan


sebagaidiuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal
(nefron) denganmencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium,
kalium, dan air semua zat inimeningkatkan produksi urine.Yang termasuk golongan
diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.4
Asetazolamid
Acetazolamide pertama kali digunakan sebagai diuretic pada tahun 1953 dan
pada tahun 1954 penggunaan acetazolamide secara oral diperenalkan untuk
menurunkan tekanan intra okuli bagi penderita glaucoma. Acetazolamide termasuk
dalam golongan inhibitor karbonik anhydrase. Karbonik anhydrase adalah suatu
reaksi kimia dalam tubuh yang berperan menghasilkan dan mengurai asam karbonat
yang salah satu hasilnya adalah bikarbonat. Bikarbonat memegang peranan penting
dalam produksi cairan yang mengisi bagian belakang bola mata (akuos humor).
Acetazolamide mempunyai aksi menghambat kerja enzim karbonik anhydrase
(carbonic anhydrase inhibitor) yang pada akhirnya menurunkan produksi bikarbonat.5
Dengan menurunkan produksi bikarbonat, acetazolamide menurunkan jumlah akuos
humor yang di produksi oleh mata. Hal ini berakibat turunnya tekanan intraokuli
seperti pada keadaan glaukoma. Aceatazolamid juga digunakan sebagai pengobatan
kejang epilepsi, hipertensi intracranial beningna, mountain sickness, cystinuria dan
dural ectasia. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pancreas,
mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, namun tidak terdapat dalam plasma. Obat
ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorbsi bikarbonat
(hydrogen karbonat), natrium, kalium, dan air. Acetazolamid membentuk ikatan yang
kuat dengan karbonik anhydrase dan konsentrasi tertinggi dijumpai pada jaringanjaringan yang mengandung enzim tersebut, terutama sel darah merah dan korteks
ginjal.7
Acetazolamide adalah 2-cetamido-1, 3, 4-thiadiazole-5-sulfonamide, N-(5sulfamyl-1,3,4-thiadiazole-2-yl), dengan rumus molekul C4H6N4O3S2, berat
molekul 222,24 dengan waktu paruh 3-9 jam. Acetazolamide merupakan asam lemah
3

dengan nilai peruraian konstan (pKa) 7,2 sangat sedikit larut dalam alcohol (3,93
mg/mL) dan aseton, hampir tidak dapat larut dalam karbon tetraklorida, kloroform
dan ether.5
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonikanhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
pearubahanterbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.Asetazolamid
memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapisaja,
sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid.5
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui saluran
cerna, kadarmaksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal
sudah sempurnadalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli
dan sebagian direabsorpsisecara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik
anhidrase, sehingga terakumulasidalam sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.7
Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada
tidaknya enzimkarbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya
obat itu masuk ke dalamsel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam
bentuk utuh melalui urin.9
Efek Samping dan kontraindikasi
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-menerus,
pusing,

lightheadedness

pandangankaburdantransien
kehilangannafsumakan,

(khususnyapadaharipertamamenkonsumsi),
myopia

gatal-gatal,

(keluhanhilangsetelahdihentikan),
mual,

muntah,

telingaberdengung,

sakitkepaladanlemas. Efek lain yang ditimbulkantetapijarangadalahkejangotot,


sakitpadakerongkongan, kulitmerah, perdarahan yang tidakbiasa, tanganatau kaki
bergetar,. Asetazolamidmempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya
sekskresi sitrat, kadar kalsiumdalam urin tidak berubah atau meningkat.Asetazolamid
dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasimental
pada penderita sirosis hepatis.5
Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum
tulang dan lesirenal mirip reaksi sulfonamid.Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan

selama kehamilan karena pada hewan percobaanobat ini dapat menimbulkan efek
teratogenik.7
Pemberianobatinitidakbolehdiberikanpadapenderitadenganriwayatpenyakitkadar
sodium atau potassium yang rendah, penderita yang alergiterhadapobat sulfa,
penyakitginjal,

gagguankelenjar

adrenal,

penyakitparu,

diabetes,

alergi.

Asetazolamiddikontraindikasikanpadapenderitasirosishepatisdikarenakanberesikoterj
adinya

hepatic

ensefalopati.Penderitaakanmengalamiseringbuang

air

kecilsehinggadianjurkanuntukminumbanyakcairanuntukmenghindaridehidrasidansaki
tkepala.

Peningkatandosisakanmenurunkan

diuresis

akantetapimeningkatkaninsidenmengantukdanparestesia.9
Asetazolamidsebaiknyatidakdiberikandalamkehamilankarenadapatmenimbulk
anefekteratogenik.Acetazolamide

harussangathati-hatidikonsumsibersamaandengan

aspirin dosistinggiKarenakombinasiiniakanmenimbulkananoreksia, takipnea, letargi,


komadandapat

berakibat

fatal

(kematianpernahdilaporkan).

Jikadikonsumsidenganberbagaiobat, efekinidapatmeningkat, menurunatauberubah,


sepertipadaobat-obat: Amitriptyline, Amphetamine, Aspirin, Cyclosporin, Lithium,
Methenamine, obat oral diabetes (Micronase), Quinidine. 5
Indikasi
Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit
glaukoma.Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain
sickness.Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat
untuk alkalinisasiurin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat
asam lemah.7
Sediaan dan posologi
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian

oral.Acetazolamidberwarnaputihsampaisedikitkekuning-kuningan,

berbutir, berbentuktepung yang tidakberbau.Setiap tablet terdiridari 125 mg atau 250


mg dankomposisiinaktifnyaberupacroscarmellosa sodium, magnesium stearate,
microcrystalline cellulose, pregelatinize starch, sodium lauryl sulfate. Acetazolamide
jugatersediadalambentuk 500 mg sustained release (SR) tablet. SR tablet
mempunyaiaksi yang lebih lama untukmenghambatpengeluaranakuos humor selama
18-24 jam setelahpemberian. Konsentrasi acetazolamide dalamdarah paling
tinggiterjadiantara 3-6 jam setelahpemberiansustained release,sedangkan tablet biasa
1-4

jam

setelahpemberian.

Tablet

250
5

mg

diberikan

4x

sehari

data

menurunkantekanan intra-okulihampersamadenganpemberian 500mg SR 2x sehari


(pagidan

sore).

Total

dalamdosisterbagi.
kisaranoptimumnyadari

dosis

yang

dianjurkanperhariadalah

Meskipunadapenderita
375-1000

yang

8-30

mg/kg

responpadadosisrendah,

mg/hari.Pemberiandosislebihdari

1000

mg/haritidakmemberikanefek yang bermanfaat.5


2.2 Keseimbangan Asam Basa
Ion hydrogen merupakan proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom
hydrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hydrogen yang dapat melepaskan
ion-ion dalam larutan dikenal sebagai asam, sedangkan yang dapat menerima ion
hydrogen disebut basa. Konsentrasi ion hydrogen dinyatakan dengan pH, apabila
rendah disebut asidosis dan bila tinggi disebut alkalosis. 8
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi
ion H bebasdalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4 pH darah arteri 7,45
dan darah vena 7,35.Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah >
7,45 dikatakan alkalosis. Ion Hterutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam
tubuh.Ion H secara normal dan kontinyuakan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3
sumber, yaitu:8
1.

Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H


danbikarbonat

2.

Katabolisme zat organik

3. Disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada


metabolismelemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini
akan berdisosiasimelepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal
sel, antara lain:8
1.

Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat,sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.

2.

Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.

3.

Mempengaruhi konsentrasi ion K


Mekanisme untuk mencegah terjadinya asidosis ataupun alkalosis dilakukan

suatu sistem pengatur yang khusus, yaitu:11


1.

Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan setiap


asam ataupun basa yang kemudian mencegah terjadinya perubahan
konsentrasi ion hydrogen yang berlebihan

2.

Apabila konsentrasi ion hydrogen berubah, maka pusat pernapasan


terangsang untuk mrngubah kecepatan ventilasi paru-paru, yang berakibat
6

pada perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari cairan tubuh yang


akan menyebabkan konsentrasi ion hydrogen kembali normal.
3.

Menyebabkan ginjal mengeksresi urin yang bersifat asam atau basa, sehingga
membantu konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler tubuh kembali
normal.
Sistem buffer dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah

perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sebaliknya, sistem respirasi


memerlukan waktu 1-3 menit untuk menyesuaikan kembali konsentrasi ion hydrogen
setelah terjadi perubahan mendadak. Kemudian ginjal yang merupaka komponen
pengatur asam-basa yang paling kuat, memerlukan waktu beberapa jam hingga lebih
dari 24 jam untuk menyesuiakan kembali konsentrasi ion hydrogen tersebut. 12
Asam kuat merupakan asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, sedanglan asam lemah memiliki
sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya, sehingga kurang kuat
melepaskan H+, dan dengan cepat menghilangkan H+ dari larutan. Basa lemah yang
khas adalah HCO3-

berikatan dengan H+ secara lebih lemah daripada OH-.

Kebanyakan asam-basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan


pengaturan asam-basa normal adalah asam basa lemah.4
Asam-basa akan saling berinteraksi dalam tubuh melalui membrane sel dan
membrane kapiler, sebagaimana interaksi pada ketiga komponen tubuh. Difusi CO2
melalui membrane sangat mudah dan cepat, sehingga setiap perubahan yang terjadi
pada pCO2 akan cepat diatasi oleh perubahan ventilasi. Konsekuensinya adalah:
1.Konsentrasi H+disemua cairan kompartemen tubuh mudah berubah atau diatur.
2.Perubahan pada pCO2 tidak akan menyebabkan terjadinya perbedaan konsentrasi
H+ dari masing-masing kompartemen.4
2.3 Asam Basa Stewart
Menurut Stewart, konsentrasi dari H+ hanya ditentukan oleh nilai perbedaan
konsentrasi elektrolit kuat (SID), jumlah total asama lemah yang terdisosiasi (A.tot)
dan PCO2.Penghitungan asam basa menurut Stewart adalah sebagai berikut:9
1.Free Water : 0,3 x (Na+ - 140)
2. Chloride Effect : 102- (Cl- x 140)
Na+
3.Albumin Effect : (0,148 x pH 0,818)(42- albumin)
4. Unmeasured anion : BE (1+2+3) mEq/L
Interpretasi : hasil (+) adalah alkalinisasi dan hasil (-) adalah asidifikasi
Gangguan asam basa akut disebabkan karena perubahan pada SID.
Mekanismenya adalah:9
1. Perubahan volume air dalam plasma (contraction alkalosis dan dilutional
acidosis)
7

2. Perubahan konsentrasi ion klorida dalam plasma (hyperchloremic acidosis and


hypochloremic alkalosis)
3. peningkatan konsentrasi anion-anion yang tidak teidentifikasi
Analisis secara matematis menunjukan bahwa penentuan H+ adalah
perbedaan aktivitas ion-ion kuat atau yang disebut dengan strong ion difference.
Menurut Waters, setiap perubahan komposisi elektrolit dalam suatu larutan akan
menghasilkan perubahan pada H+ atau OH- dalam rangkaian mempertahankan
kenetralan muatan listrik (lectroneutrality). Peningkatan ion klorida yang bermuatan
negative, akan menyebabkan peningkatan H+ untuk mempertahankan kenetralan
muatan listrik. Peningkatan ini disebut sebagai asidosis.9
Hubungan terbalik antara H+ dengan OH-, maka akan lebih mudah menilai
perubahan pH meelalui perubahan OH-. Peningkatan OH- menyebabkan alkalosis,
sedangkan penurunan akan menyebabkan asidosis.9
2.4Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:10
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
PembentukanH2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2.

Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat


hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H
menurun.

3.

Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi


paru, diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis
uremia akibatgagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat
sehingga kadar ion Hbebas meningkat.

4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena


defisiensiasam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal
ini terjadikarena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat
alkalis.Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisirbikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi
pernapasan danginjal sangat penting.Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan 2 (dua) parameter penting, yaitu:volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairanekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairanekstrasel
dengan

mempertahankan

keseimbangan
8

cairan.

Ginjal

mempertahankankeseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam


urin sesuai kebutuhan untukmengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut.10
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
dengan mengaturkeluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yangturut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengekskresi ionhidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer)
kimia dalam cairan tubuh.10
2.5 Pengaruh Asetazolamid terhadap perubahan asam basa7
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada. Asetazolamid
memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja,
sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak terlalu besar.3
Dalam penelitian yang dilakukan Miriam (2005), Karakteristik pasien
disajikan pada Tabel 1 , dan baseline asam-basa dan elektrolit data yang disajikan
pada Tabel 2 . Dari pasien yang diteliti, 87% adalah ventilasi mekanik (semua
dibantu ventilasi mode nafas spontan). Meskipun 47% dari pasien diobati dengan
diuretik, tidak menunjukkan gejala klinis hipovolemia. Selain itu, ekskresi urin
rendah klorida (<20 mmol / l), yang merupakan indikasi hipovolemia pada pasien
yang tidak menggunakan diuretik, terdapat hanya satu pasien. Asupan intravena dan
enteral natrium klorida, serta pengaturan ventilator dan dosis diuretik, yang tidak
berubah selama masa study.3

2.5.1 Efek Asetazolamide pada darah menurut parameter Stewart 7


Setelah pemberian acetazolamide, koreksi pH serum (7.49 0,01-7,46 0,01,
P = 0,001) adalah maksimal pada 24 jam dan dipertahankan selama periode
pengamatan (Gambar- ure 1 ). Penurunan paralel di PCO2 tidak signifikan (dari
5,7 0,2-5,3 0,2 kPa, P = 0,08). Tidak ada yang signifikan perubahan konsentrasi
total asam lemah. Ketika nilai-nilai asam lemah dinyatakan sebagai nilai-nilai yang
berkontribusi terhadap keseimbangan muatan listrik dalam plasma (lihat rumus untuk
SID eff ), fosfat menurun dari 2.14 0.11 mEq / l menjadi 1,94 0,10 mEq / L (P =
0,02), dan albumin tetap tidak berubah (dari 4,65 0,30 mEq / l untuk 4,87 0,35
mEq / L, P = 0,15; Figure 1) . 3
Serum SID menurun secara signifikan selama periode observasi (dari 41,5
1,3 mEq / l untuk 38,0 1,0 mEq / l, P = 0,03) karena peningkatan klorida serum
(dari 105 1.2 mmol / l 110 1,2 mmol / l; P <0,0001, angka 2 ). Ada hubungan
yang kuat antara SID serum dan efek natrium klorida (R 2= 0.99, P <0,001),
menunjukkan bahwa perubahan yang diamati di SID benar-benar dicatat dengan
perubahan natrium serum dan / atau klorida dan ion tidak kuat lainnya. Penurunan
serum SID disebabkan oleh signifikan peningkatan ekskresi urin natrium klorida
tanpa selama 24 jam pertama (perubahan dalam urin [Na] / [Cl]: dari 1,3 0,3-2,5
0,5, P = 0,02), mengakibatkan peningkatan kemih SID (lihat Efek acetazolamide
pada parameter Stewart di urin, di bawah). 3
Pada pasien yang diteliti di sini, tidak ada yang relevan SIG (rata-rata nilai
dasar 2.11 0.81 mEq / L), dan itu tidak menunjukkan perubahan setelah pemberian
acetazolamide (3.13 0.48, P = 0,43).3
10

2.5.2 Efek Asetazolamide pada urin menurut parameter Stewart 7


Pada penelitian yang dilakukan miriam (2005), pada beberapa pasien yang
diberikan asetazolamide, PH urin meningkat secara signifikan dari 5,55 0,26-6,13
0,37 (P = 0,005) selama 12 jam pertama setelah pemberian acetazolamide, dan
kembali ke pra-administrasi penilaian selama 60 jam berikutnya (Gambar 3 ) .
Urinary SID dipamerkan Paralel meningkat (dari 48,4 15,1-85,3 7,7, P = 0,02)
selama 12 jam pertama dan penurunan paralel sesudahnya. Penelitian mereka adalah
yang pertama untuk menunjukkan bahwa pengkoreksian dengan acetazolamide
menginduksi alkalosis metabolik pada pasien sakit kritis dapat sepenuhnya dijelaskan
dengan penurunan yang signifikan dalam serum SID, dengan menggunakan prinsipprinsip fisika yang dijelaskan oleh Gambar 1. Tentu saja waktu perubahan
acetazolamide-induced pH dan tiga independen variabel yang menentukan pH.
Pengaruh 500 mg acetazolamide administrasi (intravena) pada pasien dengan
alkalosis metabolik. Data dinyatakan sebagai nilai error rata-rata standar untuk 15
pasien. The P nilai mengacu pada perubahan tergantung waktu dianalisis
menggunakan satu arah analisis varians. PCO2, Parsial ketegangan karbon dioksida;
SID, perbedaan ion kuat.

11

Tentu saja waktu perubahan acetazolamide-diinduksi kalium serum, natrium


dan klorida. Pengaruh pemberian acetazolamide 500 mg (Intravena) pada pasien
dengan alkalosis metabolik. Serum klorida exhibited peningkatan yang signifikan,
sedangkan tidak ada perubahan yang signifikan dalam serum potassium dan
konsentrasi natrium. Data dinyatakan sebagai mean nilai kesalahan standar untuk
15 pasien. Nilai P mengacu pada perubahan tergantung waktu dianalisis dengan
menggunakan analisis satu arah varians.
Efek acetazolamide pada pH kemih dan rasio natrium klorida. Pengaruh 500
mg acetazolamide administrasi (intravena) pada pasien dengan alkalosis metabolik.
Data dinyatakan sebagai rata-rata standar error untuk 15 pasien. Nilai P mengacu
pada perubahan tergantung waktu dianalisis dengan menggunakan analisis satu arah
varians.
Stewart, meskipun menggunakan analisis Henderson-Hasselbalch, persamaan
ini berguna untuk menggambarkan dan mengklasifikasikangangguan asam-basa,
pendekatan fisikokimia dijelaskan oleh Stewart adalah lebih cocok untuk mengukur
gangguan ini dan untuk mengkategorikan tentang mekanisme hipotesis.
Penggunaan model Stewart telah meningkatkan pemahaman kita tentang
patofisiologi yang menyebabkan perubahan keseimbangan asam-basa. SID, total
konsentrasi asam lemah nonvolatil, dan PCO 2 adalah variabel biologis yang diatur
terutama oleh transportasi tubular ginjal, metabolisme dan ventilasi. Relatif
kompleksitas pendekatan Stewart berasal dari fakta bahwa beberapa variabel yang
diperlukan. Namun, ketika variabel tersebut yang ada atau dianggap normal,
pendekatan menjadi dasarnya bisa dibedakan dari deskripsi yang lebih tradisional
tive metode. Sebagai contoh, penelitian kami tidak membantahacetazolamide,
melalui penghambatan karbonat anhidrase di tubulus proksimal, meningkatkan
bicarbonat ekskresi kemih. Namun, menurut Stewart pendekatan bukan hilangnya
bikarbonat yang menentukan penurunan pH, karena bikarbonat bukanlah parameter
independen.
Menurut Stewart, itu adalah perubahan dalam SID (karena kenaikan klorida)
yang menjelaskan penurunan pH. Pada pasien kami, loss acetazolamide-diinduksi
bikarbonat memfasilitasi reabsorpsi ginjal klorida, sedangkan natrium masih bisa
diekskresikan.

Dengan

kata

lain,

penginduksian

acetazolamide

bikarbonat

memungkinkan ekskresi natrium tanpa kehilangan setiap anion kuat, sehingga SID
yang lebih rendah dan dengan demikian penurunan pH.
Terlepas dari perubahan acetazolamide dalam SID, studi ini menunjukkan
bahwa penghambatan karbonat anhidrase tidak tidak secara signifikan mengubah
penentu independen lain dari pH serum. Sebaliknya, penurunan tidak signifikan
12

dalam PCO2 dan penurunan kecil dalam asam fosfat yang lemah menyebabkan
oposisi-yang situs berpengaruh pada pH serum. Penurunan kecil di PCO2 pada
pasien dalam penelitian ini dapat dijelaskan oleh peningkatan ventilasidalam menit
menanggapi koreksi pH serum dengan acetazolamide. Peningkatan ventilasi dalam
menit ini, sebagai akibat dari peningkatan pernapasan, mungkin dalam mode yang
dibantu ventilasi mekanik. Akhirnya, peningkatan kecil yang diamati dalam serum
albumin tidak memiliki efek signifikan terhadap penurunan pH serum dan mungkin
bisa dijelaskan oleh efek hemo-berkonsentrasi diuretik selama masa studi.
Acetazolamide yang telah diinduksi penurunan SID sepenuhnya disebabkan
dengan perubahan konsentrasi serum klorida, seperti yang ditunjukkan oleh
hubungan yang kuat antara SID dan efek natrium klorida. Perubahan dalam natrium
dan klorida yang dijelaskan oleh peningkatan ekskresi natrium urin (bersama dengan
anion lemah) sedangkan ekskresi klorida dipertahankan, seperti yang ditunjukkan
oleh peningkatan rasio natrium klorida urin. Asupan garam secara intravena dan
enteral pada pasien tidak berubah selama periode pengamatan. Dengan demikian,
efek ginjal dari acetazolamide terdapat hasil dalam peningkatan yang relatif dalam
serum klorida. Karena natrium dan klorida adalah yang paling banyak dan oleh
karena itu kebanyakan ion yang kuat penting, peningkatan klorida relatif terhadap
natrium akan memiliki efek menurunkan signifikan pada serum SID.
Stewart mengusulkan bahwa H+ dan karena itu tidak dapat mengubah pH
kecuali satu atau lebih dari perubahan ketiga variabel independen (PCO2, asam
lemah, dan SID). Penelitian kami menunjukkan bahwa efek acetazolamide-induced
pada pH semata-mata dimediasi oleh penurunan serum SID melalui ekskresi ginjal
natrium tanpa klorida. Meskipun pendekatan Stewart telah terbukti untuk menjadi
berharga pada pasien sakit kritis asidosis [12 -14], ini merupakan laporan pertama
yang menggunakan pendekatan Stewart selama alkalosis metabolik. Penelitian ini
menegaskan laporan sebelumnya pada pasien dengan metabolik alkalosis bahwa
meskipun

cairan

dan

elektrolit

dikoreksi

abnormalitasnya,

dosis

tunggal

acetazolamide adalah efektif dan bentuk terapi yang aman, dengan onset cepat dan
durasi panjang [ 5 , 15]. Temuan ini menunjukkan bahwa durasi Efek farmakologis
tunggal dari 500 mg acetazolamide melebihi serum paruh (6-8 jam). Efek panjang
durasi 24 jam diubah natrium urin dan ekskresi klorida. Selanjutnya, setelah pH
serum normal pada 24 jam, koreksi ini ditopang meskipun ekskresi elektrolit urin dan
pH kembali ke pranilai-nilai administrasi. Ternyata, setelah SID serum adalah yang
diarahkan oleh acetazolamide karena peningkatan natrium ekskresi tanpa anion kuat,
keseimbangan baru ini. Pendekatan Stewart tidak membantu kita untuk menjelaskan

13

efek acetazolamide yang bertahan lama, dan tidak jelas bagaimana keseimbangan
baru yang dipertahankan setelah koreksi SID dan apa mekanisme yang mengatur
adalah bahwa menginduksi permanen hiperkloremia.
Farmakokinetik acetazolamide di jaringan (bukan plasma) dapat menjelaskan
pengamatan ini. Penjelasan lain membuktikan bahwa faktor alkalizing yang original
hadir dalam pasien kami dikoreksi selama kursus dari periode observasi. Meskipun
kecurigaan klinis hipovolemik adalah kriteria eksklusi dalam penelitian ini, satu
faktor alkalizing bisa sangat baik menjadi beberapa derajat volume kontraksi yang
disebabkan oleh pemberian diuretik. Apapun penyebabnya, sangat tidak mungkin
bahwa kehadiran beberapa derajat hipovolemia pada pasien penelitian ini akan
mempengaruhi kesimpulan mengenai efek seperti yang ditentukan dengan
menggunakan pendekatan Stewart - acetazolamide pada metabolisme alkalosis. SIG
ini menunjukkan adanya anion yang tidak terukur, yang sering hadir dalam asidosis
metabolik, khususnya di pasien dengan gagal ginjal [1 4] - tidak ditemukan yang
akan diangkat dalam penelitian ini, seperti yang diharapkan. Selain itu, administrasi
acetazolamide tidak memiliki pengaruh pada SIG.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Asetazolamid merupakan salah satu obat yang termasuk kedalam golongan
diuretik yaitu penghambat karbonik anhidrase.
2. Acetazolamidepertama kali digunakansebagaidiureticpadatahun

1953

danpadatahun 1954 penggunaan acetazolamide secara oral diperenalkan


untukmenurunkantekanan intra okulibagipenderita glaucoma. Acetazolamide
mempunyaiaksimenhambatkerjaenzimkarbonik

anhydrase

anhydrase

(carbonic
inhibitor)yang

padaakhirnyamenurunkanproduksibikarbonat.Denganmenurunkanproduksibi
karbonat,

acetazolamide

menurunkanjumlahakuos

humor

yang

di

produksiolehmata.Hal
iniberakibatturunnyatekananintraokulisepertipadakeadaanglaukoma.Aceatazo
lamidjugadigunakansebagaipengobatankejangepilepsi,
hipertensiintracranialbeningna, mountain sickness,cystinuriadanduralectasia.
3. Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan
sistemik dan perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada
14

permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium


tidak terlalu besar.
4. Penelitian miriam menunjukkan bahwa efek acetazolamide-induced pada pH
dimediasi oleh penurunan serum SID melalui ekskresi ginjal natrium tanpa
klorida. Meskipun pendekatan Stewart telah terbukti untuk menjadi berharga
pada pasien sakit kritis asidosis, ini merupakan laporan pertama yang
menggunakan pendekatan Stewart selama alkalosis metabolik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Reiss WG, Oles KS. Acetazolamide in the treatment of seizures. Annalsof
Pharmacotherapy 1996; 30: 514519.
2. Chapron DJ, Sweeney KR, Feig PU, Kramer PA. Influence ofadvanced
age on the disposition of acetazolamide. British Journalof Clinical
Pharmacology 1985; 19: 363371.
3. Vaziri ND, Saiki J, Barton CH, Rajudin M, Ness RL. Hemo dialyzability
of acetazolamide. South Medical Journal 1980; 73: 422423.
4. Guyton, AC & Hall, JE. Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa. Buku
Fisiologi Kedokteran. Jakarta.2008
5. Moviat,M et all. 2006. Research : Acetazolamide mediated decrease in
strong ion Difference Account for the Correction of Metabolic Alkalosis
in Critically Ill Patients. Licensee Biomed Central. Netherland.
Departmen of Intensive Care Medicine
6. OCallaghan C, Sains Dasar Ginjal danGangguan Fungsi Metabolik
Ginjal At aGlance Sistem Ginjal, Edisi Kedua, PenerbitErlangga, Jakarta,
2009, hh. 22-68.
7. Moviat,M et all. 2006. Research : Acetazolamide mediated decrease in
strong ion Difference Account for the Correction of Metabolic Alkalosis
in Critically Ill Patients. Licensee Biomed Central. Netherland.
Departmen of Intensive Care Medicine
8. Siti Harliza Zubaidah.Perbandingan Efektivitas Acetozalamide Dengan
Tetes Mata Betaxolol HCL Dalam Menurunkan Tekanan Intra-okuli Pada
Pre-Operasi Katarak. Ilmu Kesehatan Mata Universitas Sumatera Utara.
2008.
9. Reiss WG, Oles KS. Acetazolamide in the treatment of seizures. Annalsof
Pharmacotherapy 1996; 30: 514519.
10. Rudi,

Mukhlis.

Pengaruh

Pemberian

Cairan

Ringer

Laktat

Dibandingkan NaCl 0,9% Terhadap Keseimbangan Asam- Basa Pada


pasien

Sectio

Caesaria

Dengan

Diponegoro. Semarang. 2006

17

Anestesi

regional.

Universitas

11. Mustafa I, George YWH. Keseimbangan Asam-Basa (Paradigma Baru).


Anestesia & Critical Care. Vol 21. Jakarta. 2003
12. Sacher,R.A dan Mcpherson,R.A. 2002. Pengaturan Asam-Basa dan
Elektrolit pada Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi
kedua, h 320-340. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai