PENDAHULUAN
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin.Fungsi utama diuretik ialah memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi
normal. Pemakaian diuretik sebagai terapi telah diperkenalkan sejak abad ke 16.
Diuretik modeen semakin berkembang secara empiris, tanpa mengetahui mekanisme
system transpor secara spesifik. Diuretik adalah obat terbanyak yang diresepkan di
USA karena cukup efektif, walaupun begitu diuretik juga memiliki efek samping
yang banyak pula. Diuretik terbagi menjadi lima golongan, yaitu Inhibitor karbonik
anhidrase (asetazolamid), Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid,
bumetanid), Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon), Hemat kalium
(amilorid, spironolakton, triamteren), Osmotik (manitol, urea).1
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus,
bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus
proksimal (nefron) denganmencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat),
natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk
golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.2
Acetazolamide pertama kali digunakan sebagai diuretic pada tahun 1953 dan
pada tahun 1954 penggunaan acetazolamide secara oral diperenalkan untuk
menurunkan tekanan intra okuli bagi penderita glaucoma. Acetazolamide mempunyai
aksi menghambat kerja enzim karbonik anhydrase (carbonic anhydrase inhibitor)
yang pada akhirnya menurunkan produksi bikarbonat. Dengan menurunkan produksi
bikarbonat, acetazolamide menurunkan jumlah akuos humor yang di produksi oleh
mata. Hal ini berakibat turunnya tekanan intraokuli seperti pada keadaan glaukoma.
Aceatazolamid juga digunakan sebagai pengobatan kejang epilepsi, hipertensi
intracranial beningna, mountain sickness, cystinuria dan dural ectasia.3
Keseimbangan asam- basa tubuh tergantung pada beberapa reaksi kimia yang
seimbang. Ion hydrogen (H+) berpengaruh terhadap pH mempengaruhi kecepatan
reaksi seluler, fungsi sel, permeabilitas sel, dan integritas struktur sel. Ketika terjadi
ketidak seimbangan asam basa, tubuh memliki usaha dalam mengkompensasi. Jika
jumlah H+ dalam darah lebih tinggi, pH akan menurun dan jika jumlah H+ menurun
maka pH akan meningkat. Pengaturan asam basa terdiri dalam tiga system yaitu
buffer kimia, system respiratorius, dan system renal. Dua jenis gangguan dalam
keseimbangan asam dan basa yaitu asidosis dan alkalosis. 4
1
anhidrase
adalah
obat
yang
digunakan
untuk
menurunkan
dengan nilai peruraian konstan (pKa) 7,2 sangat sedikit larut dalam alcohol (3,93
mg/mL) dan aseton, hampir tidak dapat larut dalam karbon tetraklorida, kloroform
dan ether.5
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonikanhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
pearubahanterbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.Asetazolamid
memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapisaja,
sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid.5
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui saluran
cerna, kadarmaksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal
sudah sempurnadalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli
dan sebagian direabsorpsisecara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik
anhidrase, sehingga terakumulasidalam sel yang banyak mengandung enzim ini,
terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.7
Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada
tidaknya enzimkarbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya
obat itu masuk ke dalamsel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam
bentuk utuh melalui urin.9
Efek Samping dan kontraindikasi
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-menerus,
pusing,
lightheadedness
pandangankaburdantransien
kehilangannafsumakan,
(khususnyapadaharipertamamenkonsumsi),
myopia
gatal-gatal,
(keluhanhilangsetelahdihentikan),
mual,
muntah,
telingaberdengung,
selama kehamilan karena pada hewan percobaanobat ini dapat menimbulkan efek
teratogenik.7
Pemberianobatinitidakbolehdiberikanpadapenderitadenganriwayatpenyakitkadar
sodium atau potassium yang rendah, penderita yang alergiterhadapobat sulfa,
penyakitginjal,
gagguankelenjar
adrenal,
penyakitparu,
diabetes,
alergi.
Asetazolamiddikontraindikasikanpadapenderitasirosishepatisdikarenakanberesikoterj
adinya
hepatic
ensefalopati.Penderitaakanmengalamiseringbuang
air
kecilsehinggadianjurkanuntukminumbanyakcairanuntukmenghindaridehidrasidansaki
tkepala.
Peningkatandosisakanmenurunkan
diuresis
akantetapimeningkatkaninsidenmengantukdanparestesia.9
Asetazolamidsebaiknyatidakdiberikandalamkehamilankarenadapatmenimbulk
anefekteratogenik.Acetazolamide
harussangathati-hatidikonsumsibersamaandengan
berakibat
fatal
(kematianpernahdilaporkan).
oral.Acetazolamidberwarnaputihsampaisedikitkekuning-kuningan,
jam
setelahpemberian.
Tablet
250
5
mg
diberikan
4x
sehari
data
sore).
Total
dalamdosisterbagi.
kisaranoptimumnyadari
dosis
yang
dianjurkanperhariadalah
Meskipunadapenderita
375-1000
yang
8-30
mg/kg
responpadadosisrendah,
mg/hari.Pemberiandosislebihdari
1000
2.
Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat,sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2.
3.
2.
Menyebabkan ginjal mengeksresi urin yang bersifat asam atau basa, sehingga
membantu konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler tubuh kembali
normal.
Sistem buffer dapat bekerja dalam sepersekian detik untuk mencegah
3.
mempertahankan
keseimbangan
8
cairan.
Ginjal
11
Dengan
kata
lain,
penginduksian
acetazolamide
bikarbonat
memungkinkan ekskresi natrium tanpa kehilangan setiap anion kuat, sehingga SID
yang lebih rendah dan dengan demikian penurunan pH.
Terlepas dari perubahan acetazolamide dalam SID, studi ini menunjukkan
bahwa penghambatan karbonat anhidrase tidak tidak secara signifikan mengubah
penentu independen lain dari pH serum. Sebaliknya, penurunan tidak signifikan
12
dalam PCO2 dan penurunan kecil dalam asam fosfat yang lemah menyebabkan
oposisi-yang situs berpengaruh pada pH serum. Penurunan kecil di PCO2 pada
pasien dalam penelitian ini dapat dijelaskan oleh peningkatan ventilasidalam menit
menanggapi koreksi pH serum dengan acetazolamide. Peningkatan ventilasi dalam
menit ini, sebagai akibat dari peningkatan pernapasan, mungkin dalam mode yang
dibantu ventilasi mekanik. Akhirnya, peningkatan kecil yang diamati dalam serum
albumin tidak memiliki efek signifikan terhadap penurunan pH serum dan mungkin
bisa dijelaskan oleh efek hemo-berkonsentrasi diuretik selama masa studi.
Acetazolamide yang telah diinduksi penurunan SID sepenuhnya disebabkan
dengan perubahan konsentrasi serum klorida, seperti yang ditunjukkan oleh
hubungan yang kuat antara SID dan efek natrium klorida. Perubahan dalam natrium
dan klorida yang dijelaskan oleh peningkatan ekskresi natrium urin (bersama dengan
anion lemah) sedangkan ekskresi klorida dipertahankan, seperti yang ditunjukkan
oleh peningkatan rasio natrium klorida urin. Asupan garam secara intravena dan
enteral pada pasien tidak berubah selama periode pengamatan. Dengan demikian,
efek ginjal dari acetazolamide terdapat hasil dalam peningkatan yang relatif dalam
serum klorida. Karena natrium dan klorida adalah yang paling banyak dan oleh
karena itu kebanyakan ion yang kuat penting, peningkatan klorida relatif terhadap
natrium akan memiliki efek menurunkan signifikan pada serum SID.
Stewart mengusulkan bahwa H+ dan karena itu tidak dapat mengubah pH
kecuali satu atau lebih dari perubahan ketiga variabel independen (PCO2, asam
lemah, dan SID). Penelitian kami menunjukkan bahwa efek acetazolamide-induced
pada pH semata-mata dimediasi oleh penurunan serum SID melalui ekskresi ginjal
natrium tanpa klorida. Meskipun pendekatan Stewart telah terbukti untuk menjadi
berharga pada pasien sakit kritis asidosis [12 -14], ini merupakan laporan pertama
yang menggunakan pendekatan Stewart selama alkalosis metabolik. Penelitian ini
menegaskan laporan sebelumnya pada pasien dengan metabolik alkalosis bahwa
meskipun
cairan
dan
elektrolit
dikoreksi
abnormalitasnya,
dosis
tunggal
acetazolamide adalah efektif dan bentuk terapi yang aman, dengan onset cepat dan
durasi panjang [ 5 , 15]. Temuan ini menunjukkan bahwa durasi Efek farmakologis
tunggal dari 500 mg acetazolamide melebihi serum paruh (6-8 jam). Efek panjang
durasi 24 jam diubah natrium urin dan ekskresi klorida. Selanjutnya, setelah pH
serum normal pada 24 jam, koreksi ini ditopang meskipun ekskresi elektrolit urin dan
pH kembali ke pranilai-nilai administrasi. Ternyata, setelah SID serum adalah yang
diarahkan oleh acetazolamide karena peningkatan natrium ekskresi tanpa anion kuat,
keseimbangan baru ini. Pendekatan Stewart tidak membantu kita untuk menjelaskan
13
efek acetazolamide yang bertahan lama, dan tidak jelas bagaimana keseimbangan
baru yang dipertahankan setelah koreksi SID dan apa mekanisme yang mengatur
adalah bahwa menginduksi permanen hiperkloremia.
Farmakokinetik acetazolamide di jaringan (bukan plasma) dapat menjelaskan
pengamatan ini. Penjelasan lain membuktikan bahwa faktor alkalizing yang original
hadir dalam pasien kami dikoreksi selama kursus dari periode observasi. Meskipun
kecurigaan klinis hipovolemik adalah kriteria eksklusi dalam penelitian ini, satu
faktor alkalizing bisa sangat baik menjadi beberapa derajat volume kontraksi yang
disebabkan oleh pemberian diuretik. Apapun penyebabnya, sangat tidak mungkin
bahwa kehadiran beberapa derajat hipovolemia pada pasien penelitian ini akan
mempengaruhi kesimpulan mengenai efek seperti yang ditentukan dengan
menggunakan pendekatan Stewart - acetazolamide pada metabolisme alkalosis. SIG
ini menunjukkan adanya anion yang tidak terukur, yang sering hadir dalam asidosis
metabolik, khususnya di pasien dengan gagal ginjal [1 4] - tidak ditemukan yang
akan diangkat dalam penelitian ini, seperti yang diharapkan. Selain itu, administrasi
acetazolamide tidak memiliki pengaruh pada SIG.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Asetazolamid merupakan salah satu obat yang termasuk kedalam golongan
diuretik yaitu penghambat karbonik anhidrase.
2. Acetazolamidepertama kali digunakansebagaidiureticpadatahun
1953
anhydrase
anhydrase
(carbonic
inhibitor)yang
padaakhirnyamenurunkanproduksibikarbonat.Denganmenurunkanproduksibi
karbonat,
acetazolamide
menurunkanjumlahakuos
humor
yang
di
produksiolehmata.Hal
iniberakibatturunnyatekananintraokulisepertipadakeadaanglaukoma.Aceatazo
lamidjugadigunakansebagaipengobatankejangepilepsi,
hipertensiintracranialbeningna, mountain sickness,cystinuriadanduralectasia.
3. Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan
sistemik dan perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada
14
Mukhlis.
Pengaruh
Pemberian
Cairan
Ringer
Laktat
Sectio
Caesaria
Dengan
17
Anestesi
regional.
Universitas
18