Anda di halaman 1dari 48

Destilasi

Kelompok 1 Kelas B
Anggota Kelompok
Yulia Aryati 1913016002 Putri Diah Wulandari 1913016057
Bratandari Hana C. 1913016005 Lia Novita Alydrus 1913016060
Vina Desiani 1913016008 Latifah Safitri 1913016063
Dewi Safitri 1913016017 Alya Nabilla Putri 1913016066
Mirda Fitria Islamika 1913016020 Alya Fajrina Soraya 1913016069
Rizka Dhilla Dwi P. 1913016023 Habib Fahmi Faiza 1913016072
Karina Putri Novianti 1913016026 Friska Siami Novitasari 1913016075
Duana Bintang F. 1913016033 Aisyah Mursidah 1913016078
Taufiiqul Hakim 1913016036 Marina 1913016081
Dzaky Erray Diashoka 1913016042 Veronika Ririn1913016084
Ervina Irmaya Sagita 1913016045 Ahda Taradita Aulia A. 1913016087
Dina Arindha F. 1913016048 Siti Nour Azizah 1913016090
Jovina Cecilia Halim 1913016051 Fransiscus Willy 1913016093
Yeni Fitri Handayani 1913016054
Pokok Pembahasan
Pengertian dan Mekanisme Kerja
01 02 Destilasi
Sejarah Destilasi

Contoh Penerapan
03 Jenis-Jenis Destilasi 04 Destilasi
01
Pengertian dan
Sejarah Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap terlebih dahulu.sedangkan zat yang memiliki titik didih
yang lebih tinggi akan mengembun dan akan menguap apabila telah
mencapai titik didihnya.

— Pengertian —
Sejarah Destilasi
Bukti awal distilasi ditemukan pada tablet Akkadian bertanggal 1200 SM yang menjelaskan operasi
wewangian. Tablet memberikan bukti tekstual bahwa bentuk primitif awal distilasi telah diketahui oleh
orang Babilonia di Mesopotamia kuno.selanjutnya, destilasi ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaanakan spritus
Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari
Panopolis-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad
ke- 3.

Penyulingan di Cina telah dimulai selama Dinasti Han Timur (abad ke-1 hingga ke-2 M), tetapi
penyulingan minuman dimulai pada dinasti Jin (abad ke-12 hingga ke-13) dan Song Selatan (abad ke-10-
ke-13), menurut bukti arkeologis.
Cont' Sejarah Destilasi
Bentuk modern destilasi pertama kali ditemukan oleh ahli – ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan
Abbasiah, terutama oleh Al-Raazi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relative murni melalui
alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala
mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud.

Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801 – 873). Salah satu penerapan
terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk
penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dan lain-lain. Udara didestilasi
menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon.
Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap
larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling
Cont' Sejarah Destilasi
Pada abad kedua belas, resep untuk produksi aqua ardens (air yang terbakar), yaitu etanol dengan
menyuling anggur dengan garam mulai muncul di sejumlah karya Latin, dan pada akhir abad ketiga
belas itu telah menjadi zat yang diketahui di antara ahli kimia Eropa Barat. Destilasi pecahan
dikembangkan oleh Tadeo Alderotti pada abad ke-13.

Pada tahun 1500, kimiawan Jerman Hieronymus Braunschweig menerbitkan Liber de arte destillandi
(Buku Seni Penyulingan), buku pertama yang hanya didedikasikan untuk subjek distilasi, diikuti pada
tahun 1512 dengan versi yang lebih luas. Pada 1651, John French menerbitkan The Art of Distillation,
ringkasan bahasa Inggris utama pertama tentang praktik tersebut, tetapi telah diklaim bahwa sebagian
besar berasal dari karya Braunschweig.
Cont' Sejarah Destilasi
Pada awal abad ke-19, dasar-dasar teknik modern, termasuk pemanasan awal dan refluks, dikembangkan. Pada
tahun 1822, Anthony Perrier mengembangkan salah satu gambar kontinu pertama, dan kemudian pada tahun 1826
Robert Stein menyempurnakan desain tersebut untuk membuat patennya tetap. Pada tahun 1830, Aeneas Coffey
mendapat paten untuk meningkatkan desain lebih jauh. Kontinu Coffey masih dapat dianggap sebagai pola dasar
unit petrokimia modern. Insinyur Prancis Armand Savalle mengembangkan regulator uapnya sekitar tahun 1846.
Pada tahun 1877, Ernest Solvay dianugerahi Paten A.S. untuk kolom baki untuk destilasi amonia, dan pada tahun
yang sama serta tahun-tahun berikutnya terlihat perkembangan dalam tema ini untuk minyak dan minuman keras.

Dengan munculnya teknik kimia sebagai disiplin ilmu pada akhir abad ke-19, metode ilmiah daripada empiris dapat
diterapkan. Industri perminyakan yang berkembang di awal abad ke-20 memberikan dorongan untuk
pengembangan metode desain yang akurat, seperti metode McCabe – Thiele oleh Ernest Thiele dan persamaan
Fenske.
02 Prinsip Umum
Destilasi
Prinsip destilasi secara umum adalah
menguapkan air yang terdapat di
dalam tangki destilasi menjadi uap
air
Jenis-Jenis
03
Destilasi
Jenis-Jenis Distilasi
1 2 3 4

Destilasi
Destilasi Destilasi
Bertingkat Destilasi Uap
Sederhana Vakum
(fraksonisasi)
Con’ Jenis-Jenis Distilasi

5 6 7

Destilasi Destilasi Destilasi


Azeotropik Ekstraktif Kering
Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Jika campuran dipanaskan maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan suatu
campuran/senyawa dalam satu fasa yaitu fasa cair-cair yang
bertujuan untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat
dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-
masing. Dalam hal ini, proses distilasi digunakan untuk memurnikan air
mineral atau memisahkan campuran air dan alkohol.
GambarDestila
si Sederhana
Prinsip kerjanya adalah memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda. perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu. Selain perbedaan titik didih, perbedaan kevolatilan yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas atau perubahan wujud
senyawa cair menjadi gas.

Kelebihan dan kekurangan destilasi ini adalah :


● Kekurangan : hanya dapat bekerja dengan baik pada komponen dengan
titik didih yang stabil
● Kelebihan : penggunaan yang lebih sederhana dan mudah dibanding
dengan destilasi lain
Destilasi Bertingkat
Destilasi bertingkat atau fraksinasi adalah proses pemisahan destilasi ke dalam
bagian‐bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya
pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat
merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa
senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih
senyawa yang akan dimurnikan.

Tujuannya untuk memisahkan senyawa‐senyawa dari suatu campuran yang


komponen‐komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil . Destilasi ini
digunakan untuk memisahkan campuran aseton‐metanol, karbon tetra klorida‐toluen,
dll. Pada proses destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada
labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap
campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda.
Destilasi Bertingkat
Prinsip dasar pemisahan destilasi bertingkat adalah perbedaan titik didih di
antara fraksi-fraksi minyak mentah. Jika selisih titik didih tidak berbeda jauh
maka penyulingan tidak dapat diterapkan hidrokarbon yang memiliki titik didih
paling rendahakan terpisah lebih dulu, disusul dengan hidrokarbon yang memiliki
titik didih lebih tinggi.

Secara prinsip destilasi fraksinasi sama dengan destilasi sederhana, perbedaan


ada pada perbedaan titik didih antar komponen, dimana untuk destilasi sederhana
perbedaan titik didih lebih besar dari 30C, sedangkan destilasi bertingkat
perbedaan titik didih<30C, keadaan ini karena pada destilasi bertingkat adanya
kolom fraksinasi.
GambarDestila
si Bertingkat
Kelebihan dari destilasi bertingkat Kekurangan dari destilasi bertingkat
adalah: antara lain:
1. Waktu penguapan dan 1. Destilasi fraksional membutuhkan
pengembunan berjalan cepat, energi panas yang besar untuk
2. Bisa dilakukan destilasi bertingkat menguapkan seluruh komponen
atau distilasi fraksional, sehingga berdasarkan titik didihnya.
didapat aneka bahan dikarenakan 2. Hasil destilasi bisa bercampur
titik didih masing-masing dengan solvennya dikarenakan
komponen berbeda. merupakan campuran azeotrop,
3. Bisa diatur suhu sepanjang distilasi seperti alkohol dan air yang pada
berlangsung agar hanya produkter suhu lebih dari titik didih alkohol
sebut yang didapat. tidak bisa lagi dipisahkan.
3. Hanya bisa memisahkan campuran
berfase cair yang berbeda titik
didihnya.
Destilasi Uap
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap
berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan
pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap.

Fungsi destilas uap untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut
dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut
mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi
pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan
secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap.
Destilasi Uap

Prinsip kerja dari destilasi uap yaitu memisahkan suatu campuran yang memiliki titik
didih yang tinggi dengan cara mengalirkan uap kedalamnya. Dimana senyawa yang
memiliki titik didih yang tinggi sebelum mencapai titik didihnya dimurnikan dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Campuran substansi yang tidak larut menunjukkan
reaksi yang sangat beda dalam larutan homogen dan deskripsi sifatnya memerlukan hukum
fisik yang berbeda. Dasar aturan dapat dipakai dengan mempertimbangkan akibat naiknya
deviasi pada hukum rault. Satu gejala dari deviasi positif adalah dalam diagram hubungan
antara tekanan dengan temperatur. Pada batas deviasi positif besar dari hukum rault, dua
komponen dapat larut dan komponen tersebut menguap yang secara matematis memberikan
tekanan total yang merupakan jumlah total dari tekanan masing-masing.
Destilasi Uap
Dimana bunyi dari hukum Raoult adalah “Tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”.

Secara matematis ditulis sebagai:


P larutan = Xterlarut . P pelarut

Pada destilasi uap, uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih
suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya
.
Secara matematis dapat dituliskan :
Po = P1 + P2
GambarDestila
si Uap
Kelebihan destilasi uap
Untuk menguapkan senyawa-senyawa dengan titik didih yang tinggi sebelum
mencapai titik didihnya dengan menggunakan uap atau air mendidih. Dengan
destilasi uap ini senyawa yang dimurnikan tidak dihawatirkan akan rusak karena
senyawa tersebut diuapkan sebelum mencapai titik didihnya, berbeda dengan
destilasi yang lain, misalnya pada destilasi sederhana dan destilasi bertingkat,
dimana senyawa yang akan dimurnikan dipanaskan hingga mendidih (mencapai
titik didihnya) sehingga hanya dapat dilakukan pada senyawa-senyawa teretentu
yang tidak rusak akibat pemanasan yang berlebih.
Kekurangan destilasi uap
Dikarenakan tekanan yang rendah dari uap yang terbentuk, minyak yang
memiliki titik didih yang tinggi memerlukan kuantitas uap yang lebih besar
untuk penguapan dan waktu destilasi yang lebih lama
Destilasi Vakum
Destilasi vakum merupakan proses pemisahan yang digunakan untuk dua
komponen yang titik didihnya sangat tinggi dan untuk cairan yang terurai
dekat titik didihnya sehingga untuk memisahkan dari komponennya tidak bisa
dilakukan dengan destilasi sederhana. Destilasi vakum dilakukan dengan cara
cairan diuapkan pada tekanan rendah (dibawah 1 atm). Tujuan utamanya ialah
untuk menurunkan titik didihc airan yang bersangkutan sehingga dapat
meminimalisir kerusakan pada komponen yang dapat rusak pada suhu tinggi.

Fungsi dari destilasi vakum ini ialah untuk menurunkan titik didih pada long
residu sehingga produk – produknya dapat diperoleh.
Prinsip kerja dari destilasi vakum ini ialah
dengan cara menurunkan tekanan
permukaan lebih rendah dari 1 atm. Untuk
mengurangi tekanan maka digunakan pompa
vakum atau aspirator. Aspirator memiliki
fungsi sebagai penurun tekanan pada sistem
distilasi ini. Dengan menurunkan tekanan
permukaan maka akan menurunkan titik didih
sehingga komponen yang terkandung tidak
rusak dan produk-produk yang diinginkan pun
dapat diperoleh.
Kelebihan :
Kelebihan dari destilasi vakum ini adalah dapat mendestilasi sampel-sampel
dengan titik didih di atas 180oC dimana sampel tersebut terdiri atas campuran
yang senyawa penyusunnya mudah rusak atau terurai pada titik didihnya, serta
dapat menguapkan campuran yang sangat pekat karena penguapannya tidak
memerlukan panas yang terlalu tinggi.
Kekurangan :
Destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didihnya yang
rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang
menguap tidak dapat dikondensasi oleh air.
Destilasi Azeotropik
Pemisahan senyawa azeotrope dengan menambahkan komponen lain yang mudah menguap, yang disebut
dengan entrainer atau pelarut untuk membentuk azeotrop baru dengan titik didih rendah yang heterogen.
Distilasi azeotrop digunakan untuk campuran yang sulit dipisahkan melalui proses distilasi biasa, karena
membentuk azeotrop, di mana komposisi komponen di fasa uap maupun cair tidak berubah lagi oleh
pemanasan.
Prinsip kerja biasanya dilakukan dengan menambahkan bahan kimia lainnya untuk menghasilkan azeotrop
baru dengan titik didih yang rendah sehingga menghasilkan dua, fase cair tidak bercampur yang dapat
dipisahkan.
Larutan azeotrop bisa homogen (fase satu-cair) atau heterogen (fase dua-cair). Lazeotrop heterogen dapat
dengan mudah dipisahkan menggunakan decanter yang digabungkan dengan satu atau lebih kolom distilasi,
yang memanfaatkan kekuatan penggerak keseimbangan uap-cair (VLE) dan keseimbangan cair-cair (LLE).
Sedangkan larutan azeotrop homogen dilakukan secara berurutan menggunakan kolom ekstraksi cair-cair
(LLX) untuk memisahkan produk overhead dari entrainer.
GambarDestila
si Azeotropik
Kelebihan
Prosesnya sederhana dan hemat energi. Proses pemisahan dilakukan dengan
mencampurkan komponen kimiawi ke dalam larutan untuk mengubahnya
menjadi azeotrop yang memiliki titik didih rendah. Selain itu, peralatannya
mudah digunakan dan tahan lama sehingga biaya produksi lebih rendah dan
mengurangi jejak karbon.

Kekurangan
Biaya modal dan energi yang tinggi, serta ketergantungan pada bahan kimia
beracun seperti benzene (karsinogenik) dan sikloheksana (mudah terbakar). Hal
ini menyebabkan proses ini menjadi kurang kompetitif. Oleh karenai tu, untuk
mendapatkan etanol dan IPA dengan kemurnian tinggi diperlukan alternatif
pemisahan yang dapat melampaui titik azeotrop keduanya.
Destilasi Ekstraktif
Distilasi ekstraktif merupakan suatu metode pemisahan beberapa
komponen yang memiliki beda titik didih yang rendah. Pemisahan ini
dilakukan dengan penambahan zat ketiga atau disebut ”solvent/entrainer”
yang biasanya memiliki titik didih yang lebih tinggi dari campuran
azeotrop yang akan dipisahkan.

Dalam distilasi ekstraktif, dapat dikombinasikan antara penambahan


garam dan pelarut atau penambahan garam saja. Distilasi ekstraktif biasa
digunakan dalam industri dan merupakan metode pemisahan yang penting
dalam petrochemical engineering. Salah satu aplikasi distilasi jenis ini
untuk memisahkan hidrokarbon pada campuran C4 dan memisahkan
campuran azeotropik dalam campuran etanol-air .
Destilasi Ekstraktif
Prinsip kerja: Pemisahan komponen-komponen yang memiliki titik didih hampir
sama sulit dicapai dengan distilasi sederhana, biarpun jika campuran itu ideal dan
pemisahan sempurna, terkadang sama sekali tidak mungkin terjadi dikarenakan
pembentukan azeotrope. Untuk sistem demikian, pemisahan sering dapat diperbaiki
dengan menambahkan suatu komponen ketiga untuk mengubah volatilitas
relative komponen-komponen semula. Komponen yang ditambahkan itu bisa berupa
zat cair yang titik didihnya lebih dari komponen semula (lebih tinggi) dengan
menggunakan “pelarut” yang dapat bercampur dengan kedua komponen kunci, tetapi
mempunyai sifat-sifat kimia yang mendekati salah satu komponen tersebut.
Komponen kunci yang paling mendekati pelarut tersebut akan mempunya koefisien
aktivitas yang lebih rendah dari komponen-komponen lainnya, sehingga pemisahan
akan menjadi lebih baik.
Destilasi Ekstraktif
Salah satu contoh distilasi ekstraktif adalah penggunaan furfural untuk
memungkinkan pemisahan butadiene dari campuran yang
mengandung butane dan butena. Furfural, yang merupakan pelarut
yang sangat polar, akan menurunkan aktivitas butadiene lebih jauh
daripada penurunan aktivitas butena atau butane, dan butadiene akan
terkonsentrasi di dalam arus yang kaya akan furfural yang keluar didasar
kolom. Butadiena itu lalu didistilasi dari furfural, yang lalu ditambahkan
ke puncak kolom distilasi ekstraktif tersebut. Kolom distilasi ini
beroperasi dengan refluks yang mengandung butane dan butena, tetapi
laju aliran total zat cair pada bagian atas kolom adalah laju refluks
ditambah laju aliran furfural
Destilasi
Ekstraktif
Pengaruh Penambahan Garam
Distilasi ekstraktif dengan penambahan garam dan pelarut sebagai separating agent merupakan
proses untuk meningkatkan kemurnian produk. Dalam distilasi ekstraktif dapat dikombinasikan
antara penambahan garam dan pelarut atau penambahan garam residu
Hubungan Titik Azeotrop dengan Distilasi Ekstraktif
Pemisahan campuran azeotrop dengan titik didih minimum memerlukan senyawa yang mampu
memperbaiki sifat volatilitas relative. Pada distilasi ekstraktif campuran azeotrop biner dapat
dipisahkan menjadi komponen murni dengan dua kolom pemisah jika ke dalam campuran tresebut
ditambahkan solvent yang sesuai. Pada proses ini distilasi pemisahan paling besar terjadi pada
kolom ekstraktif. Oleh karena itu kolom ini sifat volatilitas relative komponen penyusunnya
mendekati satu
Faktor – faktor yang Mempengaruhi

1 2 3
Suhu Volume Larutan Jenis Larutan

Jika terlalu besar, akan


Semakin banyak volume Bahan yang memiliki sifat yang
terjadi flooding sehingga
larutan yang digunakan dalam tidak mudah atau mudah
aliran tidak dapat mengalir ke
distilasi maka semakin menguap antara kedua bahan
bawah lagi dan
banyak volume produk yang tersebut memiliki perbedaan
terkontaminasi
akan diperoleh titik didih yang berbeda
Destilasi Kering
Destilasi kering adalah suatu metoda pemisahan zat-zat kimia. Dalam
proses destilasi kering, bahan padat dipanaskan sehingga
menghasilkan produk-produk berupa cairan atau gas (yang dapat
berkondensasi menjadi padatan). Produk-produk tersebut disaring, dan
pada saat yang bersamaan mereka berkondensasi dan dikumpulkan.
Bahan padat dipanaskan sehingga menghasilkan produk-produk berupa
cairan atau gas (yang dapat berkondensasi menjadi padatan atau cairan).
Produk-produk tersebut disaring, dan pada saat yang bersamaan mereka
berkondensasi dan dikumpulkan
GambarDestila
si Kering
Destilasi Kering
Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh bahan bakar cair dari batubara dan
kayu. Selain itu, distilasi kering juga digunakan untuk memecah garam-garam
mineral. Misalnya pemecahan sulfat melalui termolisis, menghasilkan gas sulfur
dioksida dan sulfur trioksida yang dapat dilarutkan dalam air membentuk asam
sulfat. Pada awalnya, ini adalah cara yang umum untuk memproduksi asam sulfat.

Prinsipnya yaitu memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan
cairnya. Contohnya untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bara.
Kelebihan:
1. Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang
tinggi.
2. Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
 
Kekurangan:
1. Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair dan gas.
2. Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki perbedaan titik
didih yang besar.
3. Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
4
Contoh
Penerapan
Destilasi
 • Pada industri kimia, destilasi digunakan untuk memisahkan dua cairan yang berbeda.
Contohnya pada pembuatan alcohol, destilasi digunakan untuk memisahkan campuran air dan
alcohol. Titik didih alcohol C, sehingga destilasi dilakukan pada suhu C.
• Pada bidang farmasi, contoh penerapan metode destilasi adalah pada pemisahan minyak atsiri
dengan pelarutnya. Jenis destilasi yang digunakan adalah destilasi uap.
• Metode destilasi digunakan untuk mengonversi air laut menjadi air minum. Air minum yang
dihasilkan dapat langsung dikonsumsi karena telah melewati proses pemanasan hingga C.
bakteri dan kuman pada air telah mati karena proses pemanasan tersebut. Adanya proses
destilasi, tingkat salinitas dan kadar pH air sudah sesuai dengan standar air siap minum yang
sehat.
• Digunakan untuk pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas dengan menggunakan
destilasi vakum. Destilasi vakum berfungsi memisahkan etanol dari larutan fermentasi
yang terbentuk. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan agar naik ke
kondensor yang selanjutnya akan diubah kembali ke dalam bentuk cair.
• Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah
menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit
listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk
penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon.
• Distilasi juga telah digunakan ●
sejak  lama untuk pemekatan alkohol
dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk
menghasilkan minuman suling.
• Proses distilasi digunakan untuk memurnikan air mineral. Perancangan
alat destilasi berbentuk kolom dengan tinggi 47.5 cm dan volume 30 L.
Untuk design kondensor yang digunakan berbentuk tabung dengan
tinggi 53 cm, diameter 8.5 cm, dan dirangkai dengan kemiringan 45
Daftar Pustaka
Adani, S. I. 2017. “Pengaruh Suhu Dan Waktu Operasi Pada Proses Distilasi Untuk Pengolahan Aquadest Difakultas Universitas Mulawarman”. Jurnal chemical. 1.
32.

Erawati, E. 2008. “Pengaruh Penambahan NaCl dan CaCl2 terhadap Kadar Etanol”. Jurnal Penelitian Sains di Teknologi. Vol 9. No.2.

Fahmi, Dony., dkk. 2014. Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan Menggunakan Destilasi Vakum. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol 2 No. 2. Hal 131-137.

Fatimura, Muhrinsyah. 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasi Pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik VOL 11. NO 1.

Fitriana. 2010. The Influence Of Reflux Ratio Increasment To Heat Requiry at Distilation Coloumn With Distributed Control System. Semarang: Universitas
Diponegoro

Huang, H., Ramaswamy S., Ramarao, B. V., Tschirner, U. W. 2010. Separation and Purification Processes for Lignocellulose-to-Bioalcohol Production. Bioalcohol
Production, 246

Indriani, Sri., Sari, Sanny Andjar., Anggorowati, Dwi Ana., Mujiono. 2013. Penerapan Alat Destilasi Minyak Atsiri di Kelurahan Tunjungrejo Kecamatan Sukun
Malang. Vol. 3 No. 1 Hal 19-23.

Kiss, AA. 2013. Azeotropic Distillation. China : Beijing University of Chemical

Ma’sum, Zuhdi dan Wahyu Diah Proborini. 2016. OPTIMASI PROSES DESTILASI UAP ESSENTIAL OIL. Jurnal Reka Buana Vol. 1 No. 2

Marlina, Lusidan Dian Wahyu Pratama. 2018. Pengambilan Minyak Biji Alpukat dengan Metode Ekstraksi. TEDC Jurnal Ilmiah Berkala, 12 (01), 31-37

Nahadi, M., Sarimaya, F. dan Rosdianti, S.R., 2011. Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Perspektif Sejarah. Atikan, 1(1).

Nasyanka, Anindi Lupita, Aulia, Riskha, danJanatunNa’imah. 2020. PengantarFitokimia. Pasuruan :Qiara Media

Perry, R. H.1999 “Perry’s Chemical Engineering Handbook 7th Edition” Konsas : McGraw Hill.
Daftar Pustaka
Putra, Denzi Tri Apiko. 2014. Rancang Bangun Alat Distilasi Oli Bekas ( Perawatan dan Perbaikan). Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya

Rabianti danNurwahida. 2017. DestilasiFraksinasi. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Ristiyanti, Janik. 2009. Sintesis klorofoam. Laporan  Kimia  Organik  II. Yogyakarta:  Laboratorium UIN Sunan Kalijaga

Setiawan, Tia. 2018. RancangBangunAlatDestilasiUapBioetanoldenganBahan Baku Batang Pisang. Jurnal Media Teknologi, 04 (02), 119-127

Suharto, M., dkk. 2020. OPTIMASI PEMURNIAN ETANOL DENGAN DISTILASI EKSTRAKTIF MENGGUNAKAN CHEMCAD. Jurnal Teknologi Separasi. 6(1).

Sulistyo, H. 2004. “Perilaku Kolom Ekstraktif Pada Distilasi Ekstraktif Untuk Pemisahan Campuran Azeotrop Dengan Entrainer Bertitik Didih Tidak Maksimum.”
Jurnal media teknik. Vol 3.1.

Tully, Christofel Heri. 2019. Antibakteri Minyak Atsiri Daun Pala Segar dan Kering (Myristica fragrans Houtt.) dari Pulau Lemukutan terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Jurnal Kimia Khatulistiwa. Vol 8 No.(1)

Wahyudi, Nugro Tri., Faris Faruqi Ilham., Irwan Kurniawan., Ari Susandy Sanjaya. 2017. Rancangan Alat Distilasi untuk Menghasilkan Kondensat dengan Metode
Distilasi Satu Tingkat. Jurnal Chemurgy, Vol. 01: 30

Wahyudi, Nugroho Tri., Ilham, Faris Faruqi., dkk. (2017). Rancangan Alat Destilasi Untuk Menghasilkan Kondensat Dengan Metode Destilasi Satu Tingkat. Jurnal
Chemurgy, Volume 01, Nomor 2.

Wahyuni, Ika. 2012. StudiPemisahanAzeotropEtanol-Air danIsopropilAlkohol-Air Melalui Proses PervaporasidenganMembran Thin Film Composite Komersial. Tesis.
FakultasTeknik. Magister Teknik Kimia. Depok :Universitas Indonesia

Walangare, K. B. A., dkk. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. e-
Jurnal Teknik Elektro dan Komputer.
TENGKYU!

Anda mungkin juga menyukai