Quasi Peradilan
Quasi Peradilan
PENGERTIAN
Peradilan Pajak adalah merupakan peradilan dalam lingkungan
peradilan di bawah Makamah Agung yang kemudian berada di
dalam pengadilan khusus dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Kejelasan status ini juga akan sangat berkaitan sekali dalam sistem
satu atap di Makamah Agung yang diamanatkan oleh dengan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Menurut Edwin R.A Seligman (1913)
Pajak dapat dikatakan sebagai investasi dalam nilai-nilai
kemasyarakatan dan pelaksana fungsi pengaman penerimaan
negara.
PENGERTIAN
PENGERTIAN
1. Perselisihan Hak
Perselisihan hak muncul akibat tidak terpenuhinya hak, serta adanya
perbedaan pelaksanaan maupun penafsiran dari aturan undang-undang,
kejanggalan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, dan perjanjian kerja
sama.
2. Perselisihan Kepentingan
Perselisihan kepentingan ini terjadi dalam hubungan kerja yang
tidak memiliki kesesuaian pendapat. Terutama perihal pembuatan,
perubahan syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam perjanjian
kerja atau PKB (perjanjian kerja bersama) maupun PP (peraturan
perusahaan). Misalnya, kenaikan gaji, uang makan, transportasi,
dan premi dana lainnya.
3. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Adanya perselisihan karena perusahaan atau pengusaha melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Biasanya terjadi akibat
pendapat yang tidak sesuai dalam pengakhiran hubungan kerja
dari satu pihak saja. Misalnya, perbedaan hitungan pesangon yang
diterima pekerja atau buruh berdasarkan Undang-undang
Ketenagakerjaan dengan peraturan perusahaan.
1. Perundingan Bipartit
Perundingan yang dilakukan antara pengusaha maupun gabungan
pengusaha dengan serikat buruh. Jika tidak menemukan kata
sepakat, para pihak berselisih akan melanjutkan perundingan
tripartit. Sedangkan, jika kedua belah pihak menyepakatinya maka
dibuat perjanjian bersama dan didaftarkan pada Pengadilan
Hubungan Industrial dimana perusahaan berada.
2. Perundingan Tripartit
Perundingan dilakukan oleh pekerja dengan pengusaha dimana
melibatkan fasilitator yakni pihak ketiga. Tahapan perundingan
tripartit sebagai berikut ini.
a. Mediasi
c. Arbitrase
Para pihak yang tidak menyetujui dan menolak anjuran dari mediator
maupun konsiliator akan melanjutkan perselisihan dengan pengajuan
gugatan ke PHI. Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan di Indonesia, PHI memiliki
kompetensi absolut dalam memeriksa dan memutus perkara, antara
lain:
• Pada tingkat pertama tentang perselisihan hak
• Pada tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan kepentingan
• Pada tingkat pertama terkait perselisihan pemutusan hubungan kerja
(PHK)
• Pada tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan serikat pekerja
atau buruh yang terjadi dalam suatu perusahaan
Pada saat ini baik UU Ketenagakerjaan maupun UU Penyelesaian
Hubungan Industrial sedang dalam pembahasan untuk dilakukan
perubahan.
AKHIR KATA