Anda di halaman 1dari 29

Latihan Aerobik Jangka Pendek Meningkatkan

Regulasi Peptida Usus pada Penyakit


Perlemakan Hati Non-alkohol

Marwan Rosada 20/ 465957/ PKU/ 18584

Program Studi Ilmu Biomedik


FK- KMK Universitas Gadjah Mada
Tahun 2020/2021
NAFLD

• kontributor utama perkembangan banyak


penyakit yang berhubungan dengan gaya
hidup, termasuk sindrom metabolik, diabetes
mellitus tipe 2, dan penyakit kardiovaskular
• Diperkirakan bahwa 30% dari populasi orang
dewasa A.S. memiliki NAFLD dan ini terkait erat
dengan obesitas, ketidakaktifan fisik, dan pola
makan yang buruk

2
Dalam upaya untuk mengembangkan strategi yang
ditargetkan mengatasi obesitas dan penyakit terkait,
banyak perhatian telah diarahkan pada dua hormon yang
diturunkan dari usus yang diketahui memodulasi asupan
nutrisi dan metabolisme

glucagon-like peptide-1 (GLP-1)


Peptide tyrosine tyrosine (PYY)
• Mengatur rasa kenyang
• Menginduksi rasa kenyang
• Mempengaruhi tindakan insulin
• Regulasi metabolisme glukosa
mengatur metabolisme lipid

3
LATAR BELAKANG

Obesitas dikaitkan dengan kelainan pada sekresi dan


regulasi PYY dan GLP-1

Kondisi metabolik seperti resistensi insulin dan diabetes tipe 2


hidup berdampingan dengan NAFLD dan terkait dengan
disregulasi hormon ini lebih lanjut

Pengaruh NAFLD terhadap regulasi GLP-1 dan PYY saat ini


belum diketahui

4
Latihan aerobik adalah terapi yang efektif untuk mencegah perkembangan
penyakit NAFLD.
Perbaikan metabolik :
• Sensitivitas insulin, oksidasi asam lemak hati
• Hiperlipidemia, pengiriman asam lemak ke hati, jaringan adiposa viseral.
• Efek anoreksigenik ( peningkatan GLP-1 dan PYY)

Tujuan :
• Mengetahui apakah intervensi latihan aerobik jangka pendek
dapat meningkatkan regulasi peptida usus pada NAFLD
• Menginvestigasi respon peptida usus (GLP1 & PYY) pada
keadaan puasa dan stimulasi glukosa pada NAFLD

5
METODE PENELITIAN

6
22 orang dewasa
obesitas

Inform consent
16 NAFLD dan 6 tidak NAFLD dan
obesitas obesitas

Eksklusi : Anamnesis &


-konsumsi obat & suplemen yang Pemeriksaan Fisik
mempengaruhi outcome
- Kontraindikasi aktivitas fisik -Darah rutin
- OR > 20 menit 2x/ minggu Pemeriksaan darah
lengkap & EKG -Fungsi lipid
-Fungsi Hati
Fungsi ginjal
Submaximal
Exercise Test

OGTT Pemeriksaan darah

Subjek diminta untuk mencatat 24 jam makanan yang dikonsumsi sebelum intervensi OGTT dan diminta
untuk mereplikasi diet nya setelah OGTT pasca latihan dan selama penelitian

7
Kandungan lemak intrahepatik dan visceral
Spektroskopi resonansi magnetic
NAFLD : kandungan lemak intrahepatik > 5%
Kandungan lemak visceral dihitung melalui CT Scan

Metabolisme glukosa (sensitivitas insulin & glukosa)


2-3 hari setelah
Hari-1 Latihan (7 hari) exercise selesai

Sampel darah dasar (puasa) Sampel darah dasar (puasa)

75 gr OGTT 75 gr OGTT
Sampel darah diambil menit 30, 60,90,120 Sampel darah diambil menit 30, 60,90,120

8
GLP-1, PYY, C-Peptida

• Mengetahui apakah intervensi latihan aerobik jangka pendek


dapat meningkatkan regulasi peptida usus pada NAFLD
• Menginvestigasi respon peptida usus (GLP1 & PYY) pada
keadaan puasa dan stimulasi glukosa pada NAFLD

2-3 hari setelah


Hari-1 Latihan (7 hari) exercise selesai

Sampel darah dasar (puasa) Sampel darah dasar (puasa)


GLP-1, PYY, C-Peptida
75 gr OGTT 75 gr OGTT
Sampel darah diambil menit 30, 60,90,120 Sampel darah diambil menit 30, 60,90,120

9
Analisis darah
glukosa plasma Insulin plasma dan C-
ditentukan : peptida ditentukan
penganalisis YSI 2300 melalui
STAT Plus radioimmunoassay

GLP-17-36 dan PYY


Aspartate transaminase
Total diukur 120 menit
(AST) dan alanine
post OGTT
transaminase (ALT)
menggunakan kit ELISA

10
Intervensi latihan • Selama 7 hari berturut-turut
(treadmill / siklus ergometer)
60 menit / hari
• 85% dari HR max.
• Setiap sesi latihan :pemanasan
5 menit dan dilanjutkan
dengan pendinginan 5 menit
• HR dimonitor terus menerus
Kapasitas aerobik (V˙ O2 maks)
• Diukur 1 hari sebelum dimulainya intervensi latihan dan 1 hari
setelah penyelesaian program latihan 7 hari
• Ditentukan dengan menggunakan tes latihan treadmill
tambahan
11
Analisis statistik.

• Stat View Versi 5.0.1 (SAS Institute, Cary, NC)


• Variabel dependen primer dianalisis dengan repeated ANOVA
Untuk menguji interaksi antara kelompok (NAFLD vs kontrol) dan
percobaan (sebelum vs sesudah latihan)
• Korelasi Pearson digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antara
hasil yang dipilih. Signifikansi statistik ditetapkan pada nilai P≤ 0,05.

12
HASIL PENELITIAN

13
14
Sensitivitas Insulin

15
Korelasi Fasting PYY dengan VAT pada
NAFLD

16
Respon PYY terhadap glukosa

Control NAFLD

17
Respon GLP-1 terhadap glukosa

Control NAFLD

18
DISKUSI

19
NAFLD
• Konsentrasi PYY dan GLP-1 yang tinggi saat puasa
• Respon PYY dan GLP-1 yang tumpul setelah 30 menit
konsumsi glukosa
Setelah exercise, menunjukkan perbaikan respon pada PYY dan
GLP-1 terhadap stimulasi glukosa

• Gangguan fungsi hati dan metabolik di NAFLD


berdampingan dengan disfungsi gastrointestinal
• Exercise mengurangi efek ini

20
PYY
• PYY mengatur rasa kenyang, dan meningkat segera setelah
makan

• Kadar PYY puasa yang tinggi dihubungankan dengan derajat


penyakit metabolik dan DM- 2

• Sulit mengatakan bahwa NAFLD secara independen :


meningkatkan PYY puasa karena subjek banyak yang
mengalami resistensi insulin.

21
• PYY puasa 2,5 kali pada kelompok NAFLD dibanding kontrol
dan berkorelasi positif dengan lemak visceral (VAT) yang
2,5 kali pada kelompok NAFLD
• Lemak visceral memiliki sinyal adipokin yang mungkin berperan
dalam regulasi konsentrasi PYY
Exercise tidak mengubah PYY puasa pada
kelompok control dan NAFLD, namun setelah
exercise korelasi antara lemak visceral dan PYY
menjadi tidak signifikan
Exercise memiliki efek menguntungkan pada regulasi PYY
yang terganggu dan tidak terpengaruh pada lemak viseral

22
• Penelitian menunjukkan respon PYY tumpul terhadap stimulasi
glukosa pada kelompok NAFLD
• Gangguan pada stimulasi PYY menimbulkan intake makanan yang
berlebih
• Pada penelitian ini setelah exercise respon PYY terhadap stimulasi
glukosa
• Penelitian lain respon PYY setelah 12 mg exercise

• Exercise memiliki efek PYY (anoreksigenik),


• Exercise menimbulkan respon yang sangat cepat

23
GLP -1
• Perbedaan yang signifikan pada GLP-1 puasa dan respon 30
menit setelah stimulasi glukosa ditemukan pada NAFLD &
kontrol
• GLP-1 puasa 1,7 X lebih tinggi pada kelompok NAFLD
o Berkurangnya sensitivitas GLP-1 karena lemak >>
o Peradangan kronis (NAFLD)
NAFLD -> hepatosit rusak -> HPC -> GLP-1
• Tingkat GLP-1 yang beredar menunjukkan adanya dis fx hati

24
• Olahraga GLP-1 puasa pada kelompok NAFLD
Olahraga -> marker apoptosis hepatosit -> jumlah HPC yang
teraktivasi -> ekspresi GLP-1 puasa
• Sebelum olahraga respon GLP-1 pada kelompok NAFLD terhadap
glukosa tidak sesignifikan pada kelompok control (obes)
o Gangguan metabolik terkait NAFLD-> ganggu sinyal jalur gastropankreas
hati -> gangguan sekresi GLP-1

225
• Peneliti menemukan : exercise mengurangi GLP-1 tAUC120 pada
pasien NAFLD.
• Mencerminkan perbaikan sekresi insulin, yang menunjukkan
peningkatan efek incretin
• Sesuai dengan penelitian Chanoine et Al. (4) : respons GLP-1 yang
meningkat terhadap stimulasi glukosa pada remaja obesitas setelah
exercise.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa exercise meningkatkan


sensitivitas GLP-1 pada orang dengan NAFLD.

26
KESIMPULAN

27
• Mengetahui apakah intervensi latihan aerobik jangka pendek dapat meningkatkan regulasi
peptida usus pada NAFLD
• Menginvestigasi respon peptida usus (GLP1 & PYY) pada keadaan puasa dan stimulasi glukosa
pada NAFLD

• NAFLD mengganggu regulasi respon peptide usus (GLP-1 &


PYY) pada keadaan puasa dan stimulasi glukosa
• Hasil latihan aerobic jangka pendek meningkatkan regulasi
metabolic,(sensitivitas glukosa, memperbaiki respon PYY dan
GLP-1 pada individu dengan NAFLD)
• Latihan aerobic jangka pendek dapat dijadikan intervensi
efektif untuk normalisasai gangguan hormone peptida usus.

28
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai