Anda di halaman 1dari 15

ACARA 8 : PROYEKSI STEREOGRAFI, TITIK POLE, & KALSBEEK

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR


PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
Proyeksi Stereografi
Proyeksi stereografis adalah penggambaran yang didasarkan pada perpotongan bidang/garis
dengan suatu permukaan bola.

• Struktur Bidang (busur, pole)


• Struktur Garis (titik)

Proyeksi Stereografi struktur geologi sangat bermanfaat dalam prediksi potensi longsoran
pada tambang
Schmidt net
 Schmidt net, dikenal juga dengan equal area net,
digunakan untuk proyeksi struktur bidang dan
struktur garis
 Stereonet terdiri dari great-circle dan small-circle
 Schmidt net dibuat untuk merepresentasikan
perpotongan antara struktur garis dan bidang
dengan bagian dasar bola, dengan syarat
struktur tersebut melewati bagian tengah bola
tersebut
Stereographic Construction

 Kertas kalkir
 Stereonet
 Paku payung
 Pensil/Spidol
Plotting truktur Bidang
Plotting Struktur Bidang
Model 3D mengilustrasikan sebuah

bidang yang memiliki orientasi


N320E/50

Proyeksi stereografi bidang dengan


orientasi N320E/50 pada Schmidt
net.

Proyeksi stereografi titik pole


bidang berorientasi N320E/50 pada
Schmidt net.
Plotting Struktur Bidang
1. Buat titik pada azimuth yang
diinginkan pada lingkaran terluar
Schmidt Net
2. Putar kertas kalkir hingga titik tadi
tepat di arah Utara pada Schmidt net

3. Gambar garis N-S pada kertas kalkir

4. Dip bisa diplot dengan


menghitung dari lingkaran terluar
ke arah dalam di sepanjang garis
E-W
6. Berilah lengkungan mengikuti
bentuk Great Circle

7. Putar kembali kertas kalkir ke arah


semula

8. Sekarang terlihat busus yang


merepresentasikan bidang dengan
orientasi N320E/50
Plotting Pole
1. Putar kertas kalkir sehingga garis
strike bidang tepat pada garis N-S
stereonet
2. Dari titik true dip bidang, hitung 90o
di sepanjang garis E-W melewati titik
tengah stereonet, tandai dengan titik

3. Putar kembali kertas kalkir ke arah


semula
4. Titik tadi merepresentasikan
sebagai titik pole dari bidang
Plotting Struktur Garis
Lines Plotting
 Ilustrasi 3D dari sebuah garis

yang menujam (plunging)


sebesar 40o and mengarah dari
Utara (trending) sebesar 30o

 Stereographic presentation of
the trend and plunge to the line
oriented N30oE /40.
Plotting Struktur Garis
1. Plot orientasi trend pada
lingkaran terluar stereonet
2. Putar kertas kalkir hingga titik
trend tepat berada di arah East.

3. Plunge dihitung dari lingkaran


terluar stereonet menuju ke
titik tengah di sepanjang garis
E-W
4. Putar kembali kertas kalkir ke
posisi awal
5. Proyeksi stereografi dari sebuah
struktur garis sekarang bisa
terlihat
Tipe Longsoran
1. Longsoran Bidang

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata.
Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-
syarat terjadinya longsoran bidang :
 Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus lebih kecil daripada kemiringan lereng
 Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah lereng (maksimum berbeda 200).
 Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.
 Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.
Tipe Longsoran
2. Longsoran Baji

Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut
perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat berupa bidang
sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya
maupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai
berikut :
 Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah

A.
 Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng.
 Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.
Tipe Longsoran
3. Longsoran Guling

Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau
hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat.
Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok
dan lebar balok terletak pada bidang miring.

Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-
akan membentuk suatu tipe longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut sebagai tipe longsoran
kompleks.
Tipe Longsoran
4. Longsoran Busur

Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika
batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada
longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas.

Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda
pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian
permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng,
hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .
.

Anda mungkin juga menyukai