Anda di halaman 1dari 9

Hipersensitivitas

tipe IV
Kelompok IV :
Wafiq Nur Aulia P201901056
Walia Dwi Kurnia P201901047
Sri Hartiningsih P201901064
Hesti P201901054
Mardila Afifah P201901065
Debi Yulianita P201901081 (TIDAK AKTIF)
Risky Amanda Putri P201901049 (TIDAK AKTIF)
Kifandri P201901050 (TIDAK AKTIF)
A. Proses Patologis
Fase sensitasi dimulai dengan
diaktifkannya Th oleh APC melalui
MHC-II. Pajanan ulang antigen akan
menginduksi sel efektor sehingga Th1
melepas sitokin (IFN dan TNF) yang Pada fase efektor, sel Th1
mengarahkan makrofag dan sel melepas berbagai sitokin (IFN-y
Hipersensitivitas tipe IV
inflamasi lainnya ke jaringan yang dan TNF) yang mengerahkan
termasuk delayed type
terpapar. dan menggantikan makrofag
(tertunda) dengan mediator T
Makrofag akan mengeluarka dan sel inflamasi lainnya ke
cell dan makrofag sebagai
enzim litik yang menimbulkan destruksi tempat infeksi.
efektornya. Secara umum
non spesifik nonspesifik pathogen Fungsi dari produk-produk
terdapat dua fase dalam
intraselular. Namun, beberapa antigen tersebut adalah sebagai
hipersensitivitas tipe IV, yaitu
memyebabkan DTH yang memanjang, mediator inflamasi. Reaksi DTH
fase sensitasi dan fase efektor.
sehingga menimbulkan reaksi dapat terjadi sebagai kerusakan
granuloma. Granuloma terbentuk bila tambahan selama proses drari
makrofag terus menerus menempel satu respon perlindungan sel Th1
dengan yang lainnya dan kadang terdapat benda asing dapat
berfusi membentuk sel datia dideteksi sekita 18 jam setelah
multinuclear. injeksi antigen dan maksimal
pada 24 sampai 48 jam.
Lanjutan …..

Prinsipnya pada hipersensitivitas kontak adalah APC untuk


senstitasi adalah sel langerhans. Dalam waktu 24-48 jam,
Pada reaksi tuberkulin, limfosit T
jumlah sel langerhans meningkat. Sel langerhans akan
berinfiltrasi sehingga muncul pada daerah
mempresentasikan hapten-carrier ke CD4+ sehingga terjadi
perivaskular dan mengganggu ikatan
induksi CD3 pada limfosit T. Limfosit T melepaskan sitokin
kolagen dari dermis. Reaksi ini dimulai
IL-2,IL-3, IFN- , dan GM-CSF serta mengekspresikan
sejak 12 jam setelah pajanan dan
reseptor IL-2.
memuncak pada 48 jam. Sebagian
populasi limfosit yang teraktivasi
Adanya peningkatan IL-2 pada reseptor, maka sel T
mengeluarkan mediator yang menarik
akan berproliferasi, sedangkan IFN- dan TNF akan
makrofag ke tempat bersagkutan,
menginduksi sel keratin dalam epidermis untuk
sehingga gambaran histologisnya adalah
mengekspresikan molekul adhesi intraselular (ICAM-1) yang
akumulasi makrofag.
diperlukan untuk lokalisasi makrofag dan limfosit pada kulit
Setelah itu terjadi eksudasi sel
dalam waktu 24-48 jam setelah pemaparan. Sel keratin yang
mononuclear dan PMN. Limfosit dan
teraktivasi akan melepaskan IL-1, IL-6 dan GMCSF yang
makrofag yang berinfiltrasi dapat
akan meningkatkan respon imun setempat. Setelah 48-72
mengekspresikan HLA-DR 48-96 jam
jam, reaksi mereda dikarenakan pelepasan mediator
setelah adanya infiltrasi limfosit.
diantaranya prostaglandin E yang menghambat produksi IL-1
dan IL-2.
B. Peran Pada
Hipersensitivitas Tipe Iv
Pada hipersensitifitas yang berperan adalah limfosit T atau
dikenal sebagai imunitas seluler. Imunitas seluler merupakan
mekanisme utama respons terhadap berbagai macam mikroba,
termasuk patogen intrasel seperti mycrobacterium tuberculosis dan
virus, serta agen ekstrasel seperti protozoa, fungi, dan parasit.
Namun, proses ini juga dapat mengakibatkan kematian sel dan
jenis jaringan, baik akibat pembersihan infeksi yang normal ataupun
sebagai respon terhadap antigen sendiri. Reaksi lambat terlihat sampai
sekitar 48 jam setelah pajanan dengan antigen. Reaksi ini terjadi
akibat aktivasi sel Th. Pada DTH yang berperan adalah sitokin yang
dilepas sel T yang mengaktifkan makrofag dan menimbulkan
kerusakan jaringan.
C. Contoh Dan Jenis
Penyakit
01
Contact Allergic Stomatitis
Contact allergic stomatitis merupakan hasil dari
reaksi hipersensitivitas tipe 4 (delayed
hypersensitivity) yang terjadi ketika antigen
memasuki jaringan sehingga mengaktifkan sel
langerhans dan akan berinteraksi dengan limfosit T
sehingga menimbulkan reaksi inflamasi pada lokasi
kontak. Gambaran klinis contact allergic stomatitis
ditandai dengan adanya eritema dan pembengkakan
yang dapat terjadi di seluruh daerah di rongga mulut,
baik lidah, palatum, mukosa, dan bibir.
02
Oral Lichenoid Reaction
Oral lichenoid reaction (OLR) adalah reaksi
hipersensitivitas tipe 4 (delayed hypersensitivity).
Kondisi ini berkaitan dengan imunitas sel terhadap
antigen yang terdapat pada obat-obatan, bahan perasa
makanan, dan bahan restorasi di bidang kedokteran gigi
seperti tambalan amalgam, logam mulia, komposit,
ataupun glass ionomer.1 Secara klinis OLR terlihat
sebagai garis-garis plak berwarna putih yang terkadang
disertai daerah berwarna merah, bersifat kronis, posisi
unilateral, permukaan lesi sedikit timbul, tipis, dan
umumnya terletak di mukosa bukal dekat dengan
restorasi penyebab lesi ini
D. Jenis Uji Alergi Yang Digunakan
Jenis uji alergen yang digunakan pada
hipersensitivitas adalah Tes tempel (patch testing). Tes
tempel atau patch testing adalah salah satu jenis tes alergi
yang dilakukan untuk memastikan apa pemicu alergi anda.
Tes tempel diketahui berguna sebagai penunjang diagnosis
untuk eritema multiform, eksantema, eksema, namun tidak
untukreaksi nonlimfostik.
Tes tempel dibaca stelah 12 jam atau 48-72 am jika
ada eritema dan vesikulasi. Pembacaan tes tempel dilakukan
berdsarkan skor dimana jika hanya makulopapular yang
tidak jelas digambarkan sebagai reaksi meragukan, jika
terdapat eritema, infiltrasi, atau papul dianggap sebagai
lemah positif (non vesikuler), jika trdapat vesikel dianggap
positif kuat, dan jika terdapat lepuh maka diinterpretasi
sebagai ekstrim positif.
E. Terapi Modalitas Dan
Komplementer

Terapi Farmakologis Seperti


Kortikosteroid Terapi Herbal Seperti Tanaman
Kersen
Kortikosteroid adalah obat paling kuat yang
tersedia untuk pengobatan alergi. Memiliki Daun kersen sangat bermanfaat untuk
pengaruh nyata dalam 2 jam sesudah pemberian penyembuhan stomatitis. Daun kersen kaya akan
peroral atau intravena yaitu penurunan eosinofil senyawa antiinflamasi, antibakteri, dan
serta limfosit prrimer. Steroid topikal mempunyai antioksidan. Hal ini dikarenakan ekstrak daun
pengaruh lokal langsung yang meliputi kersen mengandung senyawa seperti flavonoid,
pengurangan radang, edema, produksi mukus, tanin, dan saponin. Sementara itu, penggunaan
permeabilitas vaskuler, dan kadar Ig E mukosa. ekstrak tanaman sudah dimanfaatkan hampir
85% dari jumlah penduduk dunia sebagai obat
herbal.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik and
illustrations by Storyset

Anda mungkin juga menyukai