Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

K3 MEKANIK DI PROYEK PEMBANGUNAN KELAS BERSAMA UNIVERSITAS AIRLANGGA (PT SASMITO) DAN
K3 PESAWAT UAP BEJANA TEKAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
Deti Rachmawati

Rafiqah Rana
Febrianti

Shabrina Firsta
Aulia
Merry Andrianti

Ita Riyana
Limbong Nesya Shera
Iksani

Tazkia Salsabila Riska Ayu Y.

Anggota Kelompok 2
K3 Mekanik di Proyek Pembangunan Kelas
Bersama Universitas Airlangga (PT Sasmito)
Pendahuluan
 Pekerjaan di bidang konstruksi merupakan bidang
pekerjaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi dalam
pelaksanaannya
 Salah satu potensi bahaya untuk menyebabkan terjadinya
suatu kecelakaan kerja adalah alat angkat dan angkut
 Dalam proses pengangkutan barang, tidak
memungkinkan jika menggunakan tenaga manusia
karena beratnya beban yang diangkut atau dibawa
sehingga diperlukan teknologi permesinan untuk
memindahkan barang dalam prosesnya
 Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk
menggali dan mengangkut (loading and unloading) suatu
material (tanah, batubara, pasir dan lain-lainnya)
Dasar
Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
a. Pasal 3 ayat (1) huruf a “Mencegah dan mengurangi
kecelakaan”
b. Pasal 3 ayat (1) huruf n “Mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang”
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 1985
tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1985
tentang Pesawat Angkat dan Angkut
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 9 Tahun 2010
tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat Angkut
Temuan Positif
Temuan Peraturan Perundangan

a. Alat Excavator telah dijalankan di a. Pasal 102 Permenaker No.


daerah yang tidak terdapat bahaya 05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat
kebakaran dan atau peledakan dan dan Angkut
atau ruangan tertutup.
Temuan Negatif
Temuan Peraturan Perundangan

a. Pihak perusahaan tidak dapat menunjukkan a. Pasal 3 Ayat (1) Permenaker No.
bukti bahwa operator pesawat angkat dan 05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan
angkut telah memiliki SIO (Surat Ijin Angkut.
Operator). b. Pasal 138 Ayat (4) Permenaker No.
b. Pihak perusahaan tidak dapat menunjukkan 05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan
bukti dokumen bahwa telah dilakukan Angkut.
pemeriksaan dan pengujian pada pesawat
angkat dan angkut. c. Pasal 3 Permenakertrans No. 09/MEN/2010
c. Tidak terdapat name plate di pesawat tentang Operator dan Petugas Pesawat
angkat dan angkut jenis Excavator. Angkat dan Angkut
d. Name plate yang tersedia di alat crane
masih menggunakan bahasa jepang.
Penutup
 Kesimpulan
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang dilakukan
didapatkan beberapa temuan yang melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
pekerjaan konstruksi yang dilakukan PT Sasmito telah
melakukan pelanggaran dalam pelaksanaannya, hal ini
dapat dikenakan sanksi sebagaimana yang tertera dalam
Undang-Undang Nomer 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

 Saran
PT Sasmito diharapkan dapat segera memperbaiki
pelanggaran yang sudah dilakukan sesuai dengan anjuran
yang ada dalam peraturan perundang-undangan sehingga
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja pada proses pelaksanaan konstruksi.
K3 BEJANA TEKAN DI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pendahuluan
 Keselamatan dan kesehatan kerja wajib
dilaksanakan di tempat kerja, salah satunya di
Rumah Sakit.
 Keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit
perlu mendapat perhatian serius dalam upaya
melindungi kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan,
maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-
obatan dan logistik lainnya yang ada di
lingkungan rumah sakit termasuk penggunaan
alat-alat yang merupakan bejana tekan
Dasar
Kerja Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

a. Pasal 3 ayat (1) huruf a “Mencegah dan mengurangi


kecelakaan”
b. Pasal 3 ayat (1) huruf c “Mencegah dan mengurangi bahaya
peledakan”
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 37 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekan
dan Tangki Timbun
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2 Tahun 1982
tentang Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja
Temuan Positif
Temuan Peraturan Perundangan

a. Terdapat rambu rambu bahaya pada a. Undang-Undang no. 1 tahun 1970


area Bejana tekan tentang keselamatan kerja
b. Terdapat pagar pengaman pada area b. permenaker no 37 tahun 2016
Bejana tekan tentang keselamatan dan kesehatan
c. Terdapat name plate pada bejana kerja bejana tekan dan tangki
tekan timbun pasal 28
c. permenaker no 37 tahun 2016
tentang keselamatan dan kesehatan
kerja bejana tekan dan tangki
timbun pasal 9
Temuan Negatif
Temuan Peraturan Perundangan

a. Belum dilakukan pembersihan dan a. permenaker no 37 tahun 2016 tentang


pengecekan pada bejana tekan berisi keselamatan dan kesehatan kerja bejana
Oksigen tekan dan tangki timbun pasal 31 Pasal
b. Bejana tekan tidak terlindungi dari 138 Ayat (4) Permenaker No.
panas dan hujan 05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat
c. Belum memiliki dokumen dan Angkut.
pemeriksaan dan pengujian. b. permenaker no 37 tahun 2016 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja bejana
tekan dan tangki timbun pasal 45
c. Peraturan Menteri Ketenagakerjan
Republik Indonesia Nomor: 37 tahun
2016
Penutup
• Kesimpulan
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang dilakukan didapatkan beberapa
temuan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan
demikian bejana tekanan yang digunakan oleh Rumah Sakit Universitas
Airlangga belum memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja dan telah
melakukan pelanggaran dalam pelaksanaannya, hal ini dapat dikenakan sanksi
sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Nomer 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.

• Saran
Rumah Sakit Universitas Airlangga diharapkan dapat segera memperbaiki
pelanggaran yang sudah dilakukan sesuai dengan anjuran yang ada dalam
peraturan perundang-undangan sehingga dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja pada proses pelaksanaan
kegiatan di Rumah Sakit.
TerimaKasih

Anda mungkin juga menyukai