Perlakuan Panas
Kelompok 2
Husnul Hidayah
Kinanthi Rela Vana
Miqdad Rifa’i
Pendahuluan
1. Hilangnya O2 akibat pemanasan berakibat pada laju oksidasi dan laju
pertumbuhan bakteri pun terhambat.
2. Jumlah koloid fosfat meningkat dan kalsium menurun
3. Terjadi isomerisasi laktosa dan seabagian terdegradasi menghasilkan laktulosa
dan asam organik
4. Pecahnya fosfolipid yang mengakibatkan peningkatan fofat anorganik
5. pH susu menurun
6. Degradasi protein
7. Beberapa vitamin terdegradasi
8. bagian protein serum ( laktoglobumin) berikatan secara covalen dengan casein
dan menjadi gumpalan lemak
9. Enzim dinonaktifkan
10.Terjadi reaksi antara protein dan laktosa yaitu reaksi maillard
11.Misel kasein menjadi agregat atau berbulir., hal ini dapat mengakibatkan koagulasi
pada susu
7.2. akibat pemanasan
Reaksi kelompok
thiol (sulfihidril)
Setelah pemanasan gugus thiol menjadi sangat reaktif dan terjadinya perubahan
ireversibel. Akibatnya skim susu hampir hilang dan menghasilkan H2S, sedangkan
akan menghasilkan banyak krim.
Denaturasi protein serum
• Terputusnya rantai peptida dikarenakan pemanasan diatas suhu 70 oC. Dan sebagian besar
protein akan kehilangan aktivitas biologinsya, seperti enzim, dan susu menjadi kurang
larut. Namun, jika proses pemanasan tidak terlalu tinggi perubahan yang terjadi ringan
dan nilai nutrisinya hanya sedikit yang berkurang.
• Denaturasi panas laktoglobumin pada suhu tinggi akan melepaskan ikatan dan akan
berikatan dengan salah satu kelompok –S –S- dan membentuk dimer. Akibatnya terbentuk
agregat namun masih ukuran kecil dan mudah larut.
• Tetapi dalam kondisi pH, dan suhu yang berbeda agregasi akan berlanjut dan
menghasilkan partikel besar yang tidak larut dan pada konsentrasi tinggi mungkin
membentuk gel.
• Saat pemanasan protein serum, misalnya whey pada berbagai pH diamati, agregasi terjadi
pada pH rendah. Dan pemanasan susu pada pH netra dan pengasaman saat dingin akan
menjadikan susu menjadi padat.
• Protein susu secara keseluruhan meningkat, menyebabkan peningkatan
viskositas. Saat susu dipanaskan pada pH yang lebih tinggi dan kemudian
diasamkan hingga pH 6,5 atau lebih rendah ketika susu sudah dingin semua
protein serum yang terdenaturasi akan berikatan dengan misel. Perubahan
ini terjadi pada suhu sekitar 70oC – 90oC
Degradasi
Setelah pemanasan pada suhu tinggi, pemecahan berbagai molekul susu
mungkin terjadi. Seperti yang yang terjadi pada kasein. Pemanasan yang
lebih tinggi akan memecah rantai peptida, menghasilkan peptida yang
dapat larut, dan karbohidrat lain juga dapat terpisah dari kasein.
Rekasi laktosa
• Selama pemanasan susu, laktosa mengalami reaksi yang berakibat penting yang terjadi
pada perubahan rasa, warna nilai gizi, dan pH susu.
• Laktosa adalah gula reduksi yang beraksi dengan gugus amino pada susu. Laktosa dapat
terisomerisasi menjadi gula lain, yaitu galaktosa dan produk degradasi glukosa, dan
berbagai asam organik.
• Umumnya reaksi isomerisasi dapat dibalik, bagian fruktosa dari laktulosa dapat dipecah
menjadi asam format, sedangkan galaktosa tidak berubah. Asam format yang
terbentuk bertanggung jawab untuk meningkatkan keasaman susu setelah
dipanaskan.. Tahap selanjutnya dari pemanasan susu iyalah reaksi maillard, yang
bertanggung jawab dalam perubahan rasa dan warna. Dan galaktosa juga ikut berperan
dalam reaksi maillard. Pad atahap selanjutnya dari rekasi maillard, reaksi polimerisasi
senyawa amino dengan gula reaktif terjadi, ha ini menyebabkan susu memilki warna
coklat.
Koagulasi panas
Kasein tidak menunjukan denaturasi panas, seperti pada protein globular. Namun, pada
perlakuan panas yang sangat tinggi dan terus menerus akan terlhat. Koagulasi mungkin
terlihat
ketika agregat besar telah muncul atau dengan pembentukan gel. Waktu yang
dibutuhkan
untuk hal ini terjadi disebut waktu koagulasi panas
susu
• Koagulasi panas pada susu merupakan fenomena yang rumit, dan
variabel terpenting adalah pH. Yaitu semakin rendah pH, semaki rendah
suhu dimana koagulasi terjadi. Waktu koagulasi panas terjadi dekat pH
6,8 – 6,9. koagulasi hanya terjadi ketika pH susu menjadi rendah kurang
dari 6,2.
• Pada pH tinggi (> 6,7), ini terjadi untuk sebagian besar dalam larutan, menurunkan
konsentrasi κ-casein dalam larutan, dan dengan demikian mengganggu partisi
antara κ-casein dalam larutan dan di misel. Hasilnya adalah lebih banyak κ-casein
meninggalkan misel. Pada pH rendah (<6,7) sebaliknya akan terjadi. Akibatnya,
keadaan misel kasein menipis sangat bergantung pada pH.
Susu konsentrat
• Heat coagulation pada susu biasanya jarang terjadi tetapi pada susu
konsentrat (misal susu evaporasi) dapah mengalami koagulasi selama
proses sterilisasi.
• Penurunan stabilitas pada pH> 6,6 sperti pada susu, disebabkan oleh disosiasi κ-casein,
akibatnya misel yang terkuras tetap ada, yang rentan terhadap Ca. Jika pH meningkat
menjadi> 7,0 maka kestabilan tidak meningkat lagi seperti sebelumnya
• Hal Ini karena konsentrasi garam yang meningkat; konsentrasi garam yang meningkat
dalam susu tidak terkonsentrasi memiliki efek yang hampir sama pada stabilitas panas
pada pH tinggi.
• selama pemanasan begitu banyak kalsium fosfat yang berasosiasi dengan misel
sehingga membuatnya sangat tidak stabil. Ini agak sebanding dengan koagulasi yang
diinduksi Ca2 + dari misel yang habis dalam susu yang tidak terkonsentrasi, tetapi
reaksi dengan kalsium fosfat jauh lebih cepat.
• . Pada pH 6,3 sekitar 10 misel dapat
membentuk agregat berukuran kritis
untuk gelasi, sedangkan agregat hampir
isometrik yang terbentuk pada pH 6,8
akan terdiri dari sekitar 1000 misel.
▪ Intensitas Pemanasan
bergantung pada waktu
pemanasan (t’) dan suhu (T)
▪ Kombinasi dari waktu
pemanasan (t’) dan suhu (T)
yang berbeda akan
menghasilkan efek yang
berbeda pula.
▪ Beberapa reaksi terjadi cukup
cepat pada suhu yang relatif
rendah, sedangkan reaksi
lainnya membutuhkan suhu
yang jauh lebih tinggi sebelum
dapat memberikan efek yang
cukup berarti
Proses Dengan Intensitas Yang Berbeda
• Pelat heat exchanger terdiri dari bagian yang dihubungkan secara seri
diantaranya bagian regenerasi, bagian pemanas, bagian penahan dan
bagian pendingin.
• Kelemahan lainnya tekanan pada susu tidak bisa terlalu tinggi. Karena
tekanan tinggi
• Oleh karena itu, bentuk tabung sangat cocok untuk proses pemanasan UHT
tidak langsung. Seperti pada penukar panas pelat, penukar panas tabung
(tubular) dapat dibuat dari bagian regenerasi, pemanas, penahan, dan
pendinginan.
• Pada perlakuan UHT dengan pemanasan langsung tidak ada dinding antara
zat pemanas dan cairan yang akan dipanaskan tetapi zat pemanas (uap)
diinjeksikan ke dalam cairan atau sebaliknya.
Maka dengan cara ini perbedaan cara susu yang disterilkan secara
tradisioal dengan susu UHT dapat dikurangi
Autoclaving
• Autoclaving ialah pemanasan cairan dalam wadah tertutup rapat.
1. Intensitas pamas tidak cukup karena pasokan uap, dan suhu pemanasan
dapat mengalami fluktuasi akibat dari pengotoran (foulding).
2. Rekontaminasi dapat disebabkan karena susu mentah (raw milk) masuk
kedalam susu yang dipanaskan (karena bocor).
3. Pertumbuhan bakteri dapat terjadi dalam peralatan pemanas,
misalnya, dalam pasteurisasi batch. Terutama dalam wadah seperti
tangki keseimbangan, di mana susu mengalir sambil
mempertahankan suhu yang relatif tinggi untuk beberapa waktu,
organisme seperti Bacillus stearothermophilus (suhu pertumbuhan
maksimum berkisar dari 65 ° C hingga 75 ° C) dan B. coagulans
(maksimum Kisaran suhu pertumbuhan: 55 ° C hingga 60 ° C) dapat
tumbuh.
TERIMA KASIH
quiz