Anda di halaman 1dari 43

PENANGANAN ODGJ

Kabupaten Sanggau

NAMA : AANG SYAHRONI, S.IP, M.Si


JABATAN : KEPALA SEKSI PENANGANAN WARGA MIGRAN
KORBAN TINDAK KEKERASAN DAN ORANG TERLANTAR
NO HP/WA : 081345500695
LATAR BELAKANG
Penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial Perlu perhatian dan
merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan masyarakat
khususnya memberikan pelayanan sosial
terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
di kabupaten Sanggau
LANJUTAN ....
Program pelayanan sosial terhadap orang
dengan gangguan jiwa dan pembinaan mental
sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan
oleh Bidang Rehabilitasi Perlindungan Sosial
dan Jaminan Sosial Dinas Sosial,P3AKB
Kabupaten Sanggau, berdasarkan data Dinas
Sosial, P3AKB Kabupaten Sanggau sebagai
berikut :
LANJUTAN ....
 Jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa
terlantar/dipasung sebanyak 375 orang Per Juli 2020
yang tersebar di 15 kecamatan dan yang masih dirawat
di Rumah Sakit Jiwa sekarang sebanyak 33 orang Per
17 Juni 2020.
 ODGJ yang terlantar tidak serta merta bisa kita bawa
ke Rumah Sakit Jiwa karena biaya pengobatan siapa
yang menanggungnya, kalau menggunakan BPJS kita
butuh telusuri dulu latar belakang keluarganya untuk
mengurus BPJSnya dan butuh NIK serta kelengkapan
administrasinya.
LANJUTAN ......
 Penanganan ODGJ butuh penguatan peran oleh Dinas
Kesehatan dan Dinas Sosial membantu/fasilitasi
proses administrasi untuk rujuk ke Rumah Sakit Jiwa
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa
 Sebagaimana diketahui Pemerintah Kabupaten Sangau
mempunyai 7 (tujuh) Brand Image dalam
merealisasikan Sanggau Maju dan Terdepan salah
satunya Sanggau Sehat dimana kondisi masyarakatnya
Sehat dan ada upaya pencegahan dan pengobatan
ODGJ serta bebas dari pemasungan bagi penyandang
disabilitas mental/ODGJ
Seven Brand Image PemKab Sanggau
Ke 2 : Sanggau Sehat

Tiap masyarakat
Sanggau sehat secara JAMINAN PELAYANAN
fisik, mental, spiritual KESEHATAN YANG
dan sosial sehingga MEMADAI TERMASUK
memungkinkan hidup PENANGANAN MASALAH
produktif secara sosial KESEHATAN MENTAL /
dan ekonomi ODGJ
LANJUTAN .....
Setiap orang dengan sengaja melakukan
pemasungan, penelantaran, kekerasan dan/atau
kekerasan terhadap ODMK (Orang Dengan
Masalah Kejiwaan ) dan ODGJ ( Orang Denga
Gangguan Jiwa ) atau tindakan lainnya yang
melanggar hak asasi manusia, dipidana sesuai
dengan ketentuan perundang undangan (pasal 86
UU No.18/2014 tentang Kesehatan Jiwa
DASAR HUKUM
Undang Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa :
Bahwa Negara menjamin setiap orang harus hidup sejahtera
Lahir dan batin serta memperoleh pelayananan kesehatan
yang merupakan amanat UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan yg
mewujudkan derajat keswa yg optimal bagi setiap individu,
keluarga dan masyarakat dgn pendekatan promotif,preventif,
kuratif dan rehabilitatif yg diselenggarakan menyeluruh oleh
pemerintah, pemerintah daeah dan/atau masyarakat (psl 1 ayat
4).
Belum optimalnya pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap
orang dan belum terjaminnya hak orang dengan gangguan
jiwa mengakibatkan rendahnya produktivitas sumber daya
manusia.
LANJUTAN ....
 Pengaturan penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa di
Kabupaten Sanggau, apabila dilakukan secara
komprehensif akan dapat mengoptimalkan pelayanan
kesehatan jiwa bagi setiap orang dan terjaminnya hak
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
 Dinas sosial tidak berperan sendiri menangani
ODGJ,adapun tanggungjawab ini juga melibatkan
Dinas Kesehatan dan Instansi terkait lainnya
LANNJUTAN ......

Di Dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 12 Tahun


2012 juga sudah jelas tentang Pedoman Pencegahan dan
Penanganan Pemasungan Bagi Penyandang Disabilitas
Mental (ODGJ).
Dalam rangka melaksanakan pelayanan sosial bagi Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ ) secara Komfrehensif
Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau sudah mempunyai
Regulasi yaitu PERDA Kabupaten Sanggau no.8 Tahun
2019 tentang Penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa.
MAKSUD DAN TUJUAN :
- Maksud Perda Penanganan ODGJ adalah :
 a. Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan
sosial menuju layanan kesehatan jiwa yang
bermartabat, menghilangkan Stigma,
Deskriminasi dan Marginalisasi terhadap
ODGJ/ODMK
- Tujuannya adalah :
 Terwujudnya Penanganan terhadap ODGJ yang
selama ini belum maksimal tertangani
 Memperluas pelayanan yang memadai dengan
mendekatkan akses bagi mereka yang
membutuhkan serta meningkatkan upaya
kesehatan jiwa secara optimal
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN SANGGAU
Menetapkan : PERDA tentang Penanganan ODGJ

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 2 HAK DAN KEWAJIBAN

Mendapatkan pelayanan Kesehatan Jiwa di fasilitas pelayanan


ODGJ berhak :
kesehatan yang mudah dijangkau;

Mendapatkan pelayanan Kesehatan Jiwa sesuai dengan standar


pelayanan Kesehatan Jiwa;

Mendapatkan jaminan atas ketersediaan obat psikofarmaka sesuai


dengan kebutuhannya;
LANJUTAN BAB 2 HAK DAN KEWAJIBAN
ODGJ berhak : Memberikan persetujuan atas tindakan medis yang dilakukan
terhadapnya;

Mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data


kesehatan jiwanya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan dengan
kompetensi bidang Kesehatan Jiwa

Mendapatkan Perlindungan dari setiap bentuk penelantaran,


kekerasan, eksploitasi, serta diskriminasi;

Mendapatkan Kebutuhan sosial sesuai dengan tingkat gangguan


jiwa; dan

Mengelola sendiri harta benda miliknya dan/atau yang diserahkan


kepadanya.
PASAL 3
PERDA BERKEWAJIBAN:
1. Mengatur dan menjamin ketersediaan SDM dibidang Kesehatan Jiwa

2. Mendirikan fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa

Mendirikan fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan dan fasilitas


3.
kesehatan berbasis masyarakat

Melakukan upaya rehabilitasi terhadap ODGJ terlantar, menggelandang,


4.
mengancam keselamatan dirinya dan umum.

Melakukan penampungan di fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan


5.
bagi ODGJ yang telah sembuh yang terlantar

Melakukan penanggulangan Pemasungan pada ODGJ secara komprehensif


6.
dan berkesinambungan
PASAL 4
KELUARGA/ WALI/ PENGAMPU ODGJ
BERKEWAJIBAN:

1. Melaporkan dan merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila


ditemukan indikasi ODGJ

2. Mendampingi ODGJ Selama proses Perujukan, perawatan dan pasca


pengobatan

3. Menerima kembali dan merawat eks ODGJ didalam keluarga


BAB III
KRITERIA DAN FASE
PASAL 5:

Kriteria ODGJ yang menjadi tanggung jawab PERDA Meliputi :

1. Miskin

2. Tidak mempunyai keluarga, Wali/Pengampu atau tidak diketahui


keluarganya; dan/atau

3. Memiliki faktor risiko akibat gangguan jiwa pada diri sendiri maupun orang
lain.
PASAL 6
FASE KEJIWAAN ODGJ MELIPUTI :

1. Fase Akut

2. Fase Stabilisasi

3. Fase Pemberdayaan
BAB IV
PENJANGKAUAN DAN PENERTIBAN
PASAL 7:

1. Menjangkau/menjemput ODGJ di lokasi tempat diketahui adanya ODGJ:

2. Mengamankan lokasi yang terkena dampak adanya ODGJ;

3. Melakukan tindakan penertiban, pengamanan dan perlindungan terhadap


ODGJ; dan

4. Mengantarkan ODGJ terlantar ke fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di


Daerah
BAB IV
PENJANGKAUAN DAN PENERTIBAN
PASAL 8:

1. Dalam hal ODGJ yang dijangkau/dijemput oleh Perangkat Daerah yang


membidangi urusan ketertiban umum dan/atau sosial diduga berada dalam
fase akut, ODGJ dapat langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
atau fasilitas pelayanan Kesehatan Jiwa;

2. Dalam hal ODGJ terlantar berada di Kecamatan, Perangkat Daerah yang


membidangi urusan ketertiban umum dan/atau sosial berkoordinasi dengan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan dan camat
dan/atau/lurah/kepala desa.
BAB IV
PENJANGKAUAN DAN PENERTIBAN
PASAL 9:
1. Terhadap ODGJ terlantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan
identifikasi dan asesmen;

2. Identifikasi dan asesmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


untuk menentukan :
a.Data dan informasi tentang ODGJ;
b.Kondisi fase kejiwaaan; dan
c.Tindak lanjut penatalaksanaan.

3. Dalam menentukan kondisi fase kejiwaan dan tindak lanjut


penatalaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
penegakan diagnosis berdasarkan kriteria diagnostik oleh
a.Dokter umum;
b.Psikolog; atau
c.Dokter spesialis kejiwaan
BAB IV
PENJANGKAUAN DAN PENERTIBAN
PASAL 10:

1.
Dalam hal ODGJ terlantar memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5, maka Pemerintah Daerah memfasilitasi ODGJ untuk
mendapat penanganan lebih lanjut.

2. Dalam hal ODGJ terlantar tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5, maka ODGJ dikembalikan kepada keluarga/wali/Pengampu
atau dirujuk ke fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa/fasilitas
pelayanan di luar sektor kesehatan/fasilitas pelayanan berbasis masyarakat
sesuai dengan fase kejiwaan ODGJ atas persetujuan
keluarga/wali/Pengampu
BAB V
PENATALAKSANAAN KONDISI KEJIWAAN PADA
ODGJ
PASAL 11:

1. Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di fasilitas


pelayanan kesehatan;

2. Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilaksanakan melalui sistem


rujukan;

3.
Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan dengan
cara:
a.Rawat Jalan; atau
b.Rawat Inap
BAB V
PENATALAKSANAAN KONDISI KEJIWAAN PADA
ODGJ
PASAL 12:
1. Rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.ODGJ dalam fase akut dirujuk ke rumah sakit jiwa provinsi Kalimantan
Barat; dan
b.ODGJ dalam fase stabilisasi dan ODGJ terlantar dalam fase
pemberdayaan dirujuk ke balai rehabilitasi sosial/panti sosial
2.
Selain fasilitasi pelayanan dibidang Kesehatan Jiwa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ODGJ dapat dirujuk ke fasilitas pelayanan lain dibidang
Kesehatan Jiwa yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3.
Setiap pelaksanaan rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), harus disertai dengan pencatatan dan berita acara serah terima rujukan
BAB VI
PENATALAKSANAAN KONDISI KEJIWAAN PADA
ODGJ
PASAL 13:

1.
Penatalaksanaan kondisi kejiwaan ODGJ yang dilakukan secara rawat inap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b, dilakukan atas
hasil pemeriksaan psikiatrik oleh dokter spesialis kedokteran jiwa dan/atau
dokter yang berwenang dengan persetujuan tindakan medis secara tertulis

2. Persetujuan tindakan medis secara tertulis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan oleh ODGJ yang bersangkutan
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
PASAL 15:

Masyarakat berperan serta dalam penanganan ODGJ.


1.

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilakukan secara perseorangan dan/atau kelompok.
2.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan cara
a.Melaporkan adanya ODGJ;
b.Melaporkan tindakan kekerasan yang dialami serta yang dilakukan
3. ODGJ;
c.Menciptakan iklim kondusif bagi ODGJ;
d.Memberikan pelatihan keterampilan khusus kepada ODGJ;
e.Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya peran
keluarga dalam penyembuhan ODGJ;
f.Memberikan bantuan tenaga, dana, fasilitas serta prasaran dan sarana
dalam penanganan ODGJ
BAB VIII
KOORDINASI DAN KERJA SAMA
PASAL 16:

1.
Dalam penanganan ODGJ, Pemerintah Daerah dapat mengembangkan dan
melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan instansi
pemerintah/pemerintah provinsi, swasta, dan masyarakat

2. Koordinasi dan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
BAB VIII
KOORDINASI DAN KERJA SAMA
PASAL 17:

1.
Dalam melaksanakan upaya penanganan ODGJ, dibentuk tim pembina
kesehatan jiwa masyarakat di tingkat kabupaten dan kecamatan.

Ketentuan mengenai pembentukan, susunan dan uraian tugas tim pembina


2.
kesehatan jiwa masyarakat di tingkat Kabupaten ditetapkan dengan
keputusan Bupati, sedangkan tim pembina kesehatan jiwa masyarakat di
tingkat kecamatan ditetapkan dengan keputusan camat.
BAB IX
PENDATAAN, MONITORING DAN EVALUASI
PASAL 18

1.
Pemerintah Daerah melalui tim pembina kesehatan jiwa masyarakat di
tingkat kabupaten dan kecamatan bertanggungjawab dalam pendataan
ODGJ, serta monitoring dan evaluasi penanganan ODGJ di Daerah.

Pendataan ODGJ serta monitoring dan evaluasi penanganan ODGJ di


2.
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan baik di tingkat
desa/kelurahan, kecamatan maupun Kabupaten secara berkala setiap 3
(tiga) bulan sekali dan dilaporkan kepada Bupati.
BAB X
PEMBIAYAAN
PASAL 10

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini dapat


bersumber dari

B. Sumber pembiayaan lain yang sah


A. Anggaran pendapatan dan dan tidak mengikat sesuai dengan
belanja daerah ketentuan peraturam perundang-
undangan.
BAB XI
LARANGAN
PASAL 20

Setiap orang dilarang dengan sengaja melakukan


Pemasungan, penelantaran, kekerasan dan/atau
menyuruh orang lain untuk melakukan Pemasungan,
penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap ODGJ atau
tindakan lainnya yang melanggar hak asasi ODGJ
Surat Edaran Gubernur KalBar No. 440/2713/KESRA-A Tgl 04
September 2019, Pemda Kab/kota wajib mendirikan fasilitas pelayanan
diluar sektor kesehatan (rumah singgah/shelter) dan fasilitas pelayanan
berbasis masyarakat.

Hasil Rekomendasi Bupati Sanggau pada Telaah Staf Tgl 08 Juli 2019
Nomor 460/1299/DSP3AKB.
SEBERAPA BESAR
PERMASALAHANNYA
• Jumlah penderita ODGJ di Kab.Sanggau
th 2020 375 orang (data s/d Juli 2020)
• Ada 18 orang ODGJ terlantar
(dinyatakan layak pulang tdk/blm bisa
diterima oleh keluarga)

saat ini masih dirawat di


RSJ Singkawang

• Stigma masyarakat – ODGJ :aib,


penolakan dari keluarga bahkan
masyarakat & Aparat desa
APA YANG AKAN TERJADI JIKA
TIDAK DITANGANI?

 Kematian/bunuh diri
 Disabilitas

 Menderita

 Pelanggaran hak asasi,


stigma dan
diskriminasi
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN DI
KAB. SANGGAU

No Uraian Kegiatan Keterangan Sumber Biaya


1 Pengiriman dan pemulangan APBD
pasien ODGJ

2 Rehsos : bansos Disabilitas APBD


termasuk disabilitas mental /
ODGJ
3 Jaminan Kesehatan / BPJS APBD
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DINAS SOSIAL, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, Nomor SOP / DINSOSP3AKB/2020


PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA Tanggal Pembuatan Januari 2020
KABUPATEN SANGGAU Tanggal Revisi Januari 2020
Tanggal Efektif Januari 2020
Disahkan oleh Kepala DINSOSP3AKB Kab. Sanggau

JL. SULTAN SYAHRIR NO. 54 SANGGAU Drs. ALOYSIUS YANTO, M.Si


NIP. 19640909 199412 1 003
SOP PENGIRIMAN DAN PEMULANGAN ODGJ

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- 1. Pelaksana 1 diwajibkan memiliki kemampuan, kecakapan, terampil
Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah dan pendidikan minimal SMA
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia 2. Pelaksana 2 diwajibkan memiliki kemampuan, kacakapan, terampil,
Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik inovatif, pendidikan minimal S1
Indonesia Nomor 1820)
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
3. UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
4. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 9 Tahun
2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679)
5. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
6. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat dan Daerah
7. PP Nomor 58 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
8. PP Nomor 8 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
9. PP Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial
10. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri
No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
11. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pencegahan dan Penanganan Pemasungan bagi Penyandang
Disabilitas Mental
12. Peraturan Daerah Kabupaten Sanggau Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Penanganan ODGJ
Keterkaitan : Peralatan / Perlengkapan :
SOP yang dilaksanakan ada keterkaitan dengan SOP di Lembaga lain Surat Tugas
SOP Internal dan Administratif Seperangkat Komputer
Alat Tulis Kantor
Kendaraan Mobilitas Darat
Peringatan : Pencatatan dan Pendataan
Pejabat yang berwenang tidak ada ditempat Data Penyandang Disabilitas Mental (ODGJ) yang akan dikirim ke RSJ
Hambatan Koordinasi Rujukan maupun yang akan dijemput
Hambatan Pembiayaan
Kurang lengkapnya administrasi persyaratan pengajuan Jamkesda
No Aktifitas Pelaksana Mutu Baku
Seksi Kabid RPJS Kadis Persyaratan /Perlengkapan Waktu Output
PWM,KTK/OT
1 Menerima data ODGJ yang Data ODGJ 10 Menit Data ODGJ
akan dikirim / dijemput dari /
ke RSJ Singkawang

2 Menyiapkan kelengkapan KK, Kepesertaan JKN APBD 1-14 hari Kartu JKN APBD /
dokumen / BPJS BPJS

3 Koordinasi instansi terkait 1 -2 hari Rujukan FKTP TK I,


(BPJS, FKTP Tk.I, Rumah Sakit, Ketersediaan
Pol PP) Ambulans Rujukan

4 Memerintahkan Kasi PWM, Data ODGJ 30 Menit Surat Perintah


KTK/OT untuk mengantar / Tugas
menjemput ODGJ sesuai data
terdaftar

5 Mengantar ODGJ sesuai data  ODGJ terdata 3 hari ODGJ mendapat


terdaftar ke RSJ Singkawang /  Surat perintah layanan Kesehatan
pengembalian kepada keluarga atasan di RSJ / ODGJ
 Kendaraan darat berkumpul kembali
dengan keluarga
setelah
diperbolehkan
pulang dari RSJ

Anda mungkin juga menyukai