Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 3

1. Dewi Safitri 1603619028


2. Yusuf Mahabil Akram 1603619031
3. Naufal Dzakiy As Subhani 1603619032
4. Rachmad Riski Haryanto 1603619034
5. Muhammad Faqih Addin 1603619035
6. Muhammad Verrel Bramasta 1603619036
7. Fransciscus Claudio Almeida Kuma 1603619037
8. Annisa Rahayu 1603619039
Materi
01 02 03
Shin Splints Metode RICE Tanda Inflamasi

04 05
Tanda Tanda Abdominal
Fracture Injuries
1. Shin Splits
Shin splints adalah sebutan untuk nyeri di
daerah “tulang kering”, atau tungkai
bawah sisi depan, biasanya disebabkan
karena olahraga.

Secara garis besar

Shin splints atau medial tibial stress


syndrome adalah peradangan pada otot,
tendon, dan jaringan tulang di tibia. Nyeri
biasanya dirasakan di sepanjang tepi
dalam tibia, di mana otot melekat pada
tulang.
• Shin splints sering diderita oleh
orang yang terlalu banyak berlari
atau melakukan aktivitas yang
melibatkan pembebanan berat
badan di kaki yang berulang,
misalnya tenis atau basket.

• Secara umum, shin splints


berkembang ketika otot dan
jaringan tulang (periosteum)
pada tungkai bekerja berlebihan
akibat aktivitas berulang.
Diperkirakan hal tersebut
menyebabkan pembengkakan
jaringan di sekitar tulang kering.
PENANGANAN SHIN SPLITS

Istirahat karena shin splits umumnya disebabkan oleh penggunaan yang


berlebihan, penanganan standar mencakup istirahat dari aktivitas yang
menyebabkan nyeri.

Hentikan aktivitas yang menyebabkan shin splints setidaknya selama dua hingga
tiga minggu; kemudian Anda dapat memulai aktivitas normal kembali secara
bertahap.

Aktivitas aerobik dengan benturan ringan seperti berenang, sepeda statis, atau
elliptical trainer dapat dilakukan sebagai olahraga pengganti.

Obat anti inflamasi non steroid. Obat pereda nyeri yang dijual bebas seperti
parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk meredakan nyeri.
Obat anti inflamasi non steroid. Obat pereda nyeri yang dijual bebas
seperti parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk meredakan
nyeri.

Es. Gunakan kompres dingin selama 20 menit beberapa kali sehari.


Jangan kompres kulit dengan es secara langsung.

Kompresi. Penggunaan perban elastis untuk menekan dapat mencegah


pembengkakan tambahan.

Ganti ke aktivitas dengan benturan yang ringan – lakukan latihan silang,


seperti bersepeda, berenang atau yoga. Latihan silang adalah cara yang
baik untuk tetap bugar tanpa memberikan tekanan berlebihan pada tulang
kering ketika sedang menyembuh.

Latihan fleksibilitas. Meregangkan otot tungkai bawah dapat membuat


tulang kering terasa lebih baik.
2. Metode RICE
RICE merupakan singkatan dari Rest, Ice, Compression dan Elevation.

Metode pengobatan ini biasanya dilakukan untuk cedera akut, khususnya cedera jaringan lunak
(sprain maupun strain). Metode terapi RICE ini dilakukan secepat mungkin sesaat setelah
terjadinya cedera sampai dengan ±48 jam setelah cedera terjadi. Metode RICE dapat
membantu penyembuhan jaringan setelah mengalami cedera dan mencegah cidera lebih lanjut.
1. Rest

artinya mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sedangkan bagian tubuh yang tidak
cedera boleh tetap melakukan aktivitas. Tujuan mengistirahatkan bagian tubuh yang
cedera adalah untuk mencegah cedera lebih lanjut dan membantu proses penyembuhan
luka lebih optimal.

2. Ice

artinya memberikan efek dingin untuk membantu menurunkan suhu di sekitar jaringan
yang mengalami cedera. Tujuan pemberian es pada jaringan yang cedera adalah
mengatasi pembengkakan dengan membuat penyempitan pembuluh darah, mengurangi
nyeri dan selanjutnya mengurangi spasme otot. Pemberian es sesegera mungkin setelah
cedera selama 15 – 20 menit secara berkala.
3. Compression

Adalah pemberian penekanan kepada jaringan yang mengalami cedera. Penakanan dilakukan bersama-
sama dengan pemberian metode ice (kompres dingin). Tujuan utama pemberian penekanan pada
jaringan dikombinasi dengan efek dingin ini adalah untuk mengatasi pembengkakan berkelanjutan, dan
pada kasus pendarahan dapat mengurangi / menghentikan perdarahan. Metode penekanan ini dilakukan
dengan melilitkan elastic verban pada bagian cedera. Perlu diperhatikan saat melakukan penekanan
atau pembebatan ini, jangan terlalu ketat karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi dengan gejala-
gejala seperti rasa baal, kesemutan, dan meningkatnya nyeri.

4. Elevasi

Adalah meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi ketinggian jantung sehingga dapat
membantu mendorong cairan keluar dari daerah pembengkakan. Pada tindakan elevasi, sebisa mungkin
harus mengangkat bagian tinggi di atas jantung, misalnya jika yang cedera pergelangan kaki, pasien
dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki diangkat atau ditopang dengan alat lebih tinggi dari
jantung. Bagian yang mengalami cedera diangkat sehingga berada 15 – 25 cm di atas ketinggian
jantung.
3. Tanda – tanda Inflamasi

Apa itu Inflamasi ?


Inflamasi adalah respon normal terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses inflamasi
berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen darah, sel darah putih (leukosit)
dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi.

Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk menetralisir dan
membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan
keadaan untuk perbaikan jaringan.
Tanda – tanda Inflamasi
Menurut Price dan Wilson (2005)

• Rubor (Kemerahan)
Rubor terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi yang terjadi karena
darah terkumpul di daerah jaringan yang cedera akibat dari pelepasan mediator
kimia tubuh.
Ketika reaksi radang timbul maka pembuluh darah melebar (vasodilatasi
pembuluh darah) sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke dalam
jaringan yang cedera.

• Edema (Pembengkakan)
Edema merupakan tahap kedua dari inflamasi yang ditandai adanya aliran
plasma ke daerah jaringan yang cedera. Gejala paling nyata pada peradangan
adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan
permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan
yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh
darah ke ruang interstitium.
• Kalor (Panas)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana
rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat
radang daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini
terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di
dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan.

• Dolor (Nyeri)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
1. Adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga
terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa
nyeri.
2. Adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator nyeri seperti
prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang
saraf-saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri.
4. Tanda – tanda Fracture
Fraktur (fraktura) atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang menjadi patah, retak, atau pecah
sehingga mengubah bentuk tulang. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya tekanan kuat pada tulang
atau karena kondisi tulang yang melemah.

Patah tulang atau fraktur memiliki beragam jenis. Secara garis besar, beberapa jenis fraktur yang
umum terjadi adalah:
• Fraktur terbuka, yaitu kondisi ketika tulang yang patah menembus kulit sehingga bisa dilihat.
• Fraktur tertutup, yaitu kondisi ketika tulang patah, tetapi tidak menembus kulit atau kulitnya
masih utuh.
• Fraktur parsial, yaitu kondisi ketika patahnya tulang tidak seutuhnya atau tidak lengkap.
• Fraktur total, yaitu ketika patahnya tulang terjadi secara total atau lengkap, sehingga tulang
terbagi menjadi dua bagian atau lebih.
Tanda dan gejala fraktura dapat berbeda pada setiap orang, tergantung jenis, lokasi, dan tingkat
keparahan yang dialami. Namun secara umum, gejala patah tulang atau fraktur yang sering
dirasakan adalah:

● Rasa nyeri atau sakit yang umumnya parah di area tulang yang mengalami fraktura.
● Pembengkakan di area tulang yang mengalami fraktura.
● Deformitas atau perubahan bentuk yang terlihat jelas di area tubuh yang mengalami fraktur.
● Sulit menggerakan bagian tubuh di area patahnya tulang.
● Kemerahan, memar, dan terasa hangat di kulit sekitar area tubuh yang mengalami fraktura.
● Mati rasa dan kesemutan di area tubuh yang terkena.
5. Tanda Abdominal Injuries

Abdominal Injuries atau disebut juga trauma abdomen


adalah cedera pada abdomen.
Tanda dan gejala termasuk sakit perut, nyeri tekan,
kekakuan, dan memar pada perut bagian luar.
Gejala trauma tumpul sering tidak muncul seketika setelah terjadi benturan. Tapi
keluhan yang muncul bisa berupa:
• Sakit perut
• Perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah
• Tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti denyut nadi yang cepat, tekanan darah
yang rendah, serta pernapasan abnormal
• Nyeri yang menjalar ke bahu kiri (bisa menjadi gejala cedera pada limpa)
• Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa menjadi gejala cedera ginjal)
• Perut terasa kaku (bisa menjadi gejala peritonitis, yakni peradangan lapisan
dinding dalam perut)

Karena keluhan yang jadang terlihat secara langsung, diagnosis trauma abdomen jenis
ini sulit dilakukan dan kerap memakan waktu.
Gejala trauma tembus di perut
Gejala trauma tembus umumnya bisa langsung terlihat. Contohnya, perdarahan dari
perut dan munculnya lubang atau luka di perut.Meski begitu, jenis keluhan yang
muncul bisa pula tergantung pada berbagai faktor. Mulai dari jenis senjata atau benda
tajam yang terlibat, letak dan besar cedera, organ mana yang terluka, serta jumlah
luka.Penderita mungkin akan mengalami kehilangan darah dan pingsan, sehingga bisa
berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera.
TERIMAKASIH
Pertanyaan

1.
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai