Anda di halaman 1dari 41

CASE STUDY GLAUKOMA

Nama kelompok :
1. Ni kadek amelia amarta sari (1914320081)
2. Ni kadek ayu sai dewi (1914320082)
3. Ni kadek devi yusnita (1914320083)
4. Ni komang diyah astari saraswati (1914320084)
5. Ni made novya darmapatni (1914320085)
6. Ni wayan anik adrianti (1914320086)
7. Ni wayan putu Novita lestari (1914320087)
8. Nikodemus kahapat hamara (1914320088)
9. Nur Mutiara dunggio (1914320089)
10. Nurfadilah ramadhani bagenda (1914320090)
11. Ola alfian (1914320091)
12. Pande putu karina putri (1914320092)
13. Pascalia ariestya galgeni (1914320093)
A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. Definisi
Definisi Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh pencekungan
diskus optikus dan penyempitan lapang pandang dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor
risiko utama
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma sekunder,
glaukoma kongenital, dan glaukoma absolut. Glaukoma primer dibedakan berdasarkan keadaan sudut
iridokorneal danmekanisme peningkatan tekanan intraokular, diantaranya adalah glaukoma sudut
terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
3. Tanda dan gejala
Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan intraokular), baik akibat
produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut.
Gejala nya adalah Nyeri pada mata, Sakit kepala, Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya,
Mata memerah, Mual atau muntah.
4. Pemeriksaan diagnosik
Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait Pemeriksaan penunjang yang rutin
dilakukan untuk penegakan diagnosis dan penentuan dari derajat dari glaukoma adalah pemeriksaan
tonometri, funduskopi, kedalaman COA, gonioskopi (untuk melihat sudut iridokorneal dan kontak
iridotrabekular), dan perimetri (untuk melihat progresivitas penurunan lapang pandang)

5. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan terapi
Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait Pemeriksaan penunjang yang rutin
dilakukan untuk penegakan diagnosis dan penentuan dari derajat dari glaukoma adalah
pemeriksaan tonometri, funduskopi, kedalaman COA, gonioskopi (untuk melihat sudut iridokorneal
dan kontak iridotrabekular), dan perimetri (untuk melihat progresivitas penurunan lapang
pandang)
b. Terapi bedah dan laser
Iredektomi dan iridotomi perifer, Trabekuloplasti laser, Bedah drainase glaucoma dan Tindakan
silkodestruksi
B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi anestesi
Anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa. Rasa nyeri,
rasa tidak nyaman pasien, dan rasa lain yang tidak diharapkan. Anestesiologi adalah ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk
menjaga atau mempertahankan hidup pasien selama mengalami “kematian” akibat obat anestesia (Mangku, 2010).
2. Jenis anestesi

a. General Anestesi : Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai hilang kesadaran. Ada juga mengatakan
anestesi umum adalah keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran yang reversibel
(Neal, 2006).

b. Regional anestesi : Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke sistem saraf pusat
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika Sari, 2013).

3. Teknik anestesi

c. General anestesi : Teknik General Anestesi General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan
dengan 3 teknik, yaitu : general anestesi intravena, general anestesi inhalasi, general anestesi imbang.
b. Regional anestesi :
Jenis regional anestesi digolongkan sebagai berikut :
a. Anestesi spinal
b. anestesi epidural
c. anestesi kaudal.

4. Rumatan anestesi

d. Regional Anestesi

1) Oksigen nasal 2 Liter/menit

2) Obat Analgetik

3) Obat Hipnotik Sedatif

4) Obat merangsang kontraksi uterus ( Oxitocin dan Metylergometrine)


a. General Anestesi

1) Premedikasi

- Sedatif (diazepam, diphenhidramin, promethazine, midazolam)

- Analgetik Opiat (pethidine, morphine, fentanyl, analgetik non opiate)

- Anti Kolinergik (atropine sulfat)

- Antiemetik (ondansentron, metoclopramide)

- Profilaksis Aspirasi (cimetidine, ranitidine, antasida)

1) Obat Anestesi Intravena (ketamine, tiopenton, propofol, diazepam, midazolam, pethidine, morphine, fentanyl)

2) Obat Anestesi Inhalasi (N2O, halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, desfluran)


5. Resiko

a. Gangguan Kardiovaskuler : Salah satu gangguan kardiovaskuler yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah penurunan
curah jantung.

b. Gangguan Respirasi : Salah satu gangguan respirasi yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah pola napas tidak efektif.

c. Gangguan Termoregulasi : Salah satu gangguan termoregulasi yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah hipotermia.

d. Gastrointestinal : Salah satu gangguan gastrointestinal yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah rasa mual dan muntah.

e. Resiko Infeksi : Salah satu resiko infeksi yang dapat terjadi adalah luka insisi post operasi

f. Nyeri : Nyeri pada saat anestesi dapat terjadi karena beberapa alasan seperti proses kontraksi dan terputusnya kontinuitas
jaringan kulit.

g. Resiko Jatuh : Penyebab dari resiko jatuh dapat terjadi karena efek obat anestesi atupun efek dari blok pada saraf motorik.

h. Ansietas : Ansietas dalam hal ini dapat terjadi dikarenakan ketakutan akan tindakan pembedahan ataupun kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh pasien.
1) Identitas Pasien

• Nama : Ny. KD

• Umur : 49 th

• Jenis kelamin : Perempuan

• Agama : Hindu

• Pendidikan : S1

• Pekerjaan : Wiraswasta

• Suku Bangsa : Indonesia

• Status perkawinan : Kawin

• Ruangan : Angsoka 301.1

• No. CM : 14024436

• Diagnosa medis : Glaukoma OS

• Tindakan Operasi : Trabeculectomy

• Tanggal MRS: 02 April 2021

• Tanggal pengkajian : 02 April 2021 Jam Pengkajian : 11.00 wita

• Jaminan: BPJS umum


Identitas Penanggung Jawab

• Nama : Ny. DA

• Umur : 23 tahun

• Jenis kelamin : Perempuan

• Agama : Hindu

•Pendidikan : S1

•Pekerjaan : Pegawai

•Suku Bangsa : Indonesia

•Hubungan dg Klien : Anak

• Alamat : Ubud, Gianyar


PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : - Efen Agen Anestesi RK Disfungsi Kardiovaskuler
   
DO :  
TD : 90/60 mmHg Penghambatan Afterload
Nadi : 60x/menit  
MAP : 55 mmHg  
 
RK Disfungsi Kardiovaskuler

2 DS : - Luka Operasi Nyeri Post Operasi


   
DO :  
Klien tampak lemas dan pucat  
Pasien tampak meringis menahan sakit Stimulus pada reseptor nyeri
TD : 90/60 mmHg  
Nadi : 60x/menit  
Suhu : 36,5  
RR : 20x/menit Nyeri Post Operasi
Skala nyeri : 4 (1-10)
3 DS : - Pengaruh agen anestesi Resiko Mual Muntah
    (PONV)
DO :  
- Pasien masih tampak lemas dan pucat  
- TTV : Terstimulus di medulla oblongata
 
TD : 90/60 mmHg
 
Nadi : 60x/menit
 
Suhu : 34
Resiko Mual Muntah (PONV)
RR : 20x/menit

4 DS : - Efek agen anestesi RK Disfungsi


    Termoregulasi
DO :   (Hipotermi)
- Akral dingin  
- Pasien tampak pucat Hipersensitifitas pasien
 
- Suhu: 34oC
 
 
RK Disfungsi Termoregulasi
(Hipotermi)
 
B. Data dasar
1. Riwayat penyakit indikasi pembedahan
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada mata kiri. Keluhan lainnya sakit kepala, pandangan kabur
dan mata merah pada mata kiri. tampak mata kiri agak bengkak. keluhan dirasakan sejak 3 mg yang lalu, nyeri dirasakan
terutama malam hari dan berkurang setelah tidur sebentar, pandangan awalnya kabur dan semakin memberat sehingga terganggu
saat beraktifitas. Mata sering merah, berair, belekan, silau. Kepala dirasakan sakit terus menerus disertai mual dan muntah.
2. Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan tekanan darahnya sering tinggi, riwayat Dm (-), alergi obat dan makanan (-), riwayat pemasangan lensa
tanam pada mata kanan sekitar 2 bulan yang lalu.

1) Pemeriksaan fisik :

- Tanda-tanda vital pasien

TD : 170/90 mmHg Suhu : 36,5 ˚ C Nadi : 100 x/menitRR: 20 x/menit Skala Nyeri : 6 dari 0-10 skala nyeri NRS

BB & TB

BB: 70 kg

TB: 165 cm
Pemeriksaan fisik : 6 B ( Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone)

a) Breath : suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

b) Blood : suara jantung normal

c) Brain : sadar baik

d) Bowel : abdominal soepel, bising usus 15 x/menit

e) Bladder : BAK Spontan

f) Bone : ekstremitas atas dan bawah normal

Pemeriksaan penyulit intubasi : Teknik LEMON

g) Look externally : Tidak terdapat leher pendek, tidak terdapat trauma pada wajah, mandibula tidak kecil, pasien tidak
menggunakan gigi palsu dan gigi pasien rapi dan kuat dan tidak ada kelainan lidah besar
b. Evaluate 3-3-2 : Pasien dapat membuka mulut lebih dari tiga jari , Jarak thyromental < 6 cm

c. Mallapati score : Skor mallampati pasien 1

d. Obstruksi : Tidak ada tanda-tanda kesulitan jalan nafas pada pasien seperti hot potato voice, kesulitan menelan ludah dan
adanya stridor

e. Neck mobility : Pasien tidak memiliki keterbatasan dalam pergerakan leher, pasien mampu melakukan fleksi dan ekstensi
leher.

Data fokus : pengkajian anestesi

1. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan tekanan darahnya sering tinggi,

2. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat DM, dan penyakit menurun lainnya
1. Riwayat Kesehatan :

Pasien sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit pasien memiliki Riwayat operasi sebelumnya 2 bulan yang lalu yaitu
operasi pemasangan lensa tanam. Riwayat anestesi sebelumnya local anestesi pasien tidak pernah mendapat tranfusi darah dan
tidak pernah didiagnosa penyakit menular. Riwayat pengobatan/konsumsi obat hanya vitamin dan tidak sedang mengkonsumsi
obat. Pasien tidak merokok,alcohol maupun teh/kopi/ soda

D. Data penunjang diagnosik

2. Pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 12,60 g/dL 12,0-16 g/dL
Leukosit 8,71.103 uL 5,0-10,0.10’3 µL
Eritrosit 4,67.10’6 juta/µ 4,0-5,0 juta/µ
Hematokrit 37,30 % 40-50%
Trombosit 298.10’3 µL 150-400.10’3 µL
 
2. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan TIO dengan Tonometri
1) Hasil Pemeriksaan radiologi :Konjunctiva bulbi hiperemis dengan injeksi conjunctiva dan injeksi silier, pemeriksaan TIO
dengan tonometri: OD (11,5 mmHg) OS (54 mmHg) bising usus normal. Distensi tidak ada Hepatobilier Hepar tidak teraba
membesar .
3. Lain- lain : SGOT, SGPT, Albumin, Urogenital, BUN, Creatinin, Muskuloskeleta
Hasil pemeriksaan : SGOT 33,30 U/L ; SGPT 24,90 U/L ; Albumin 4,9 g/dl.Urogenital buang air kecil spontan ; BUN 11,00 mg/dl ;
creatinin 0,6 mg/dl Muskuloskeletal flexi defleksi leher normal.
e. Penatalaksanaan :
- Midazolam : 0,5 mg IV
- Sulfas Atropin : 0,5 mg IV
f. Kesimpulan status fisik (ASA) :
Status ASA : ASA II (Karena pasien penyakit bedah dan disertai dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang).
g. Pertimbangan Anestesi
1) Faktor penyulit : Hipertensi 
2) Jenis Anestesi : General Anestesi
Indikasi :
General anestesi diindikasikan untuk pasien yang tidak kooperatif, karena gerakan kepala sedikit saja dapat berbahaya pada
pembedahan mikro, dan pada tehnik pembedahan dimana anestesi lokal dikontraindikasikan.
3) Teknik Anestesi : LMA
Indikasi :
a. Alternatif facemask dan intubasi endotrakeal dan penanganan jalan nafas
b. Pengganti air way anestesi umum pada trabeculectomy
h. Analisa data
2 DS : Ketakutan akan tindakan pembedahan Ansietas
- Pasien mengatakan bahwa ia merasakan khawatir,  
dan takut mengenai penyakit yang dideritanya dan  
tindakan operasi yang akan dilakukan  
Kurangnya pengetahuan
DO :  
- Pasien tidak dapat berkonsentrasi  
- Kurangnya kontak mata  
Ansietas
 

3 DS : - Tindakan pembedahan Resiko Cedera Agen


      Anestesi
 
DO :  
- Pasien akan dilakukan operasi Trabeculectomy dengan Tindakan anestesi GA teknik Anestesi Inhalasi
anestesi general anestesi dengan teknik anestesi inhalasi  
 
 
Resiko Cedera Agen Anestesi
 
INTRA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : - Teknik pembiusan RK Disfungsi Respirasi
 
DO :  
RR < 12x/menit  
Napas pelan dan pendek Depresi pernapasan
Pertimbangan anestesi akan diberikan N2O  
dan Sevofluran  
 
RK Disfungsi Respirasi

2 DS : - Efek agen anestesi RK Disfungsi


  Kardiovaskuler
DO :
- Pertimbangan anestesi akan diberikan N2O dan Penghambatan afterload
Sevofluran
- Nadi : 50x/menit RK Disfungsi
- TD : 80/50 mmHg Kardiovaskuler
- MAP : 55 mmHg
3 DS : - Efek agen anestesi Resiko Trauma
    Pembedahan
DO :  
- Pasien akan dilakukan General Anestesi Farmakokinetik obat
- Berkurangnya efek obat anestesi  
 
- Nadi : 50x/menit
Stadium II
- TD : 80/50 mmHg
 
 
Resiko Trauma Pembedahan
 
PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : - Efen Agen Anestesi RK Disfungsi Kardiovaskuler
   
DO :  
TD : 90/60 mmHg Penghambatan Afterload
Nadi : 60x/menit  
MAP : 55 mmHg  
 
RK Disfungsi Kardiovaskuler

2 DS : - Luka Operasi Nyeri Post Operasi


   
DO :  
Klien tampak lemas dan pucat  
Pasien tampak meringis menahan sakit Stimulus pada reseptor nyeri
TD : 90/60 mmHg  
Nadi : 60x/menit  
Suhu : 36,5  
RR : 20x/menit Nyeri Post Operasi
Skala nyeri : 4 (1-10)
3 DS : - Pengaruh agen anestesi Resiko Mual Muntah
    (PONV)
DO :  
- Pasien masih tampak lemas dan pucat  
- TTV : Terstimulus di medulla oblongata
 
TD : 90/60 mmHg
 
Nadi : 60x/menit
 
Suhu : 34
Resiko Mual Muntah (PONV)
RR : 20x/menit

4 DS : - Efek agen anestesi RK Disfungsi


    Termoregulasi
DO :   (Hipotermi)
- Akral dingin  
- Pasien tampak pucat Hipersensitifitas pasien
 
- Suhu: 34oC
 
 
RK Disfungsi Termoregulasi
(Hipotermi)
 
II. PROBLEM ( MASALAH )
PRE ANESTESI
1) Nyeri Akut (Prioritas Tinggi)
2) Ansietas (Prioritas Sedang)
3) Resiko Cedera Agen Anestesi (Prioritas Rendah)
Alasan prioritas :
Nyeri Akut
Nyeri akut menjadi prioritas masalah tinggi karena nyeri akut merupakan situasi atau masalah kesehatan yang dapat mengancam
nyawa pasien. Dimana nyeri akut menyebabkan terganggunya rasa nyaman pasien dan dapat menganggu hemodinamik pasien,
sehingga hal tersebut harus diatasi terlebih dahulu agar tidak menghambat proses pembedahan.

Ansietas
Ansietas menjadi prioritas masalah sedang karena ansietas dapat mengancam status Kesehatan pasien. Ansietas dapat
menyebabkan tanda-tanda vital pasien terganggu.
Resiko Cedera Agen Anestesi
Resiko Cedera Agen Anestesi menjadi prioritas rendah dikarenakan resiko ini tidak mengancam nyawa pasien dan
tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari penyakit yang diderita pasien.
B. INTRA ANESTESI

1. RK Disfungsi Respirasi (Prioritas Tinggi)

2. RK Disfungsi Kardiovaskuler (Prioritas Sedang)

3. Resiko Trauma Pembedahan (Prioritas Rendah)

Alasan prioritas :

A. RK Disfungsi Respirasi

RK Disfungsi Respirasi dapat menjadi masalah dengan prioritas tinggi karena masalah respirasi dapat mengancam nyawa pasien. Keadaan
respirasi pasien sangat menentukan jalannya tindakan operasi.

B. RK Disfungsi Kardiovaskuler

RK Disfungsi Kardiovaskuler menjadi prioritas sedang karena masalah ini tidak terlalu mengancam nyawa dibandingkan dengan gangguan
respirasi. Disfungsi kardiovaskuler dapat menganggu Kesehatan pasien dan proses pembedahan.

C. Resiko Trauma Pembedahan

Resiko Cedera Trauma Pembedahan menjadi prioritas rendah karena masalah ini tidak berhubungan langsung dengan penyakit yang diderita
pasien. Resiko cedera trauma pembedahan berhubungan dengan efek dari agen anestesi dan waktu pembedahan.
C. PASCA ANESTESI
1.RK Disfungsi Kardiovaskuler (Prioritas Tinggi)
2.Nyeri Post Operasi (Prioritas Tinggi)
3.Resiko Mual Muntah (PONV) (Prioritas Sedang)
4.RK Disfungsi Termoregulasi (Prioritas Rendah)
Alasan prioritas :
A. RK Disfungsi Kardiovaskuler
RK Disfungsi Kardiovaskuler menjadi prioritas utama pada pasca anestesi karena masalah ini dapat mengancam nyawa dan menghambat proses
pemulihan pasien.
B. Nyeri Post Operasi
Nyeri Post Operasi menjadi prioritas sedang karena masalah ini tidak terlalu mengancam nyawa dibandingkan gangguan kardiovakuler. Nyeri post
operasi dapat menganggu masalah kesehatan pasien dan memberikan rasa tidak nyaman kepada pasien sehingga harus segera diatasi.
C. Resiko Mual Muntah (PONV)
Resiko Mual Muntah ini menjadi prioritas rendah karena tidak terlalu mengancam nyawa pasien dan tidak berhubungan langsung dengan penyakit
pasien. Namun masalah ini harus segera diatasi agar nantinya tidak menganggu kesehatan pasien, dan tidak menyebabkan gangguan pada respirasi
pasien. 
D. RK Disfungsi Termoregulasi
Resiko Disfungsi Termoregulasi menjadi prioritas rendah karena masalah ini tidak mengancam nyawa pasien. Namun masalah ini juga harus diatasi
agar tidak menganggu status kesehatan pasien dan menghambat pemulihan pasien.
II. RENCANA INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI
1) Pra Anestesi

Nama : Ny. KD No. CM : 14024436

Umur : 49 Tahun Dx : Glaukoma OS

Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK


Implementasi Evaluasi Nama & Paraf
Problem Rencana Intervensi
No (Masalah)
 

Tujuan Intervensi

Nyeri Akut 1. Mengobservasi Kelompok 3


1 Setelah dilakukan asuhan kepenataan 1. Observasi TTV S
  TTV
anestesi selama 30 menit, diharapkan nyeri 2. Kaji skala nyeri pasien 2. Mengkaji skala Pasien mengatakan nyeri
berkurang
akut dapat teratasi dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik distraksi nyeri pasien
3. Mengajarkan  
1. Skala nyei 1-3 (nyeri ringan) dan relaksasi teknik distraksi dan O:
2. Pasien tampak tidak meringis 4. Berikan posisi nyaman relaksasi - TD: 120/80 mmhg
3. TTV dalam batas normal : bagi pasien 4. Memberikan posisi - N:80x/menit
TD : 120/80 mmhg nyaman bagi - S: 36oC
5. Kolaborasi pemberian pasien - RR: 20x/menit
N : 80x/menit analgetik dengan dokter 5. Mengkolaborasi - Pasien tampak
S : 360C   dalam pemberian tidak meringis
- Skala nyeri 3
RR : 20x/menit obat analgetik
 
sesuai dengan A:
instruksi dokter:
Fentanil 150 mcg Masalah teratasi
(IV)
  P :
Pertahankan intervensi
2 Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji TTV pasien 1. Mengkaji TTV dan S: Kelompok
tingkat ansietas pasien 3
kepenataan anestesi selama 2. Kaji tingkat ansietas pasien 2. Mengkaji tingkat
- Pasien mengatakan tidak
takut dan khawatir lagi  
30 menit diharapkan ansietas 3. Berikan lingkungan yang ansietas pasien dengan tindakan operasi
dapat teratasi, dengan nyaman bagi pasien 3. Memberikan lingkungan yang akan dilakukan
kriteria hasil : 4. Bina hubungan rasa saling yang nyaman bagi
pasien - Pasien sudah mengerti
1. Pasien tampak tenang, percaya antara penata dengan 4. Membina hubungan
dengan prosedur yang
tidak cemas dan gelisah pasien akan dilakukan
rasa saling percaya
2. Pasien mengatakan 5. Jelaskan jenis prosedur yang antara penata dengan  
akan dilakukan pasien
tidak khawatir lagi O:
5. Menjelaskan jenis
dengan tindakan operasi 6. Kolaborasi pemberian prosedur yang akan Pasien tampak tenang
yang akan dilakukan premedikasi dengan dokter dilakukan  
3. TTV pasien dalam batas   6. Mengkolaborasi dalam
A:
pemberian obat
normal : premedikasi sesuai Masalah teratasi
TD : 120/80 mmHg dengan instruksi dokter  
N : 80x/mnt anestesi midazolam 1 mg
  P:
RR : 20x/mnt
Pertahankan intervensi
S : 36oC
3 Resiko Cedera Agen Anestesi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status nutrisi pasien 1. Mengobservasi status S: Kelompok 3
(menimbang BB) nutrisi pasien
kepenataan anestesi selama 2. Menganjurkan pasien
Pasien mengatakan siap
2. Anjurkan pasien untuk untuk dilakukan tindakan
30 menit, diharapkan tidak berpuasa
untuk berpuasa
anestesi
terjadi cedera anestesi 3. Menganjurkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk untuk mengosongkan  
dengan kriteria hasil: mengosongkan kadung kemih kadung kemih sebelum
O:
1. Pasien siap untuk sebelum operasi operasi
- Pasien tampak
dilakukan tindakan 4. Lakukan persiapan sebelum 4. Melakukan persiapan
terbebas dari aksesoris
sebelum pembedahan
anestesi pembedahan
5. Melakukan balance - Persiapan pasien
2. Pemilihan teknik 5. Lakukan balance cairan cairan sudah lengkap
anestesi yang tepat 6. Lepaskan aksesoris 6. Melepaskan aksesori  
sesuai dengan kondisi 7. Lakukan latihan pra anestesi 7. Melakukan latihan pra
A:
pasien 8. Pantau penyulit yang akan
anestesi
8. Memantau penyulit Masalah teratasi
terjadi
yang akan terjadi  
9. Tentukan status fisik menurut
9. Menentukan status fisik
ASA menurut ASA
P:
10. Delegasi dalam pemberian 10. Mendelegasikan dalam Pertahankan intervensi
obat pramedikasi pemberian obat
pramedikasi
11. Kolaborasi penetapan teknik
anestesi 11. Mengkolaborasi kan
penetapan teknik
12. Lakukan informed consent anestesi
12. Melakukan informed
consent
 
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 03-04-2021
Kesadaran : Composmentis E(4) V(5) M(6) Pemasangan IV line :  1 buah □ 2 buah
Tekanan darah : 170/90 mmHg Kesiapan mesin anestesi :  Siap/baik
Nadi : 100x/mnt. Sumber gas medik :  Siap/baik
RR : 20x/mnt Suhu : 36,50C
Saturasi O2 : 98 %
Gambaran EKG : Tidak terkaji

Penyakit yang diderita : □Tidak ada  Ada, sebutkan Hipertensi


Gigi palsu :  Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi :  Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa :  Tidak ada □ Ada , sudah dilepas. s
Penggunaan obat sebelumnya:  Tidak ada □ Ada, sebutkan…………

CATATAN LAINNYA :
Intra Anestesi
Nama : Ny. KD No. CM : 14024436

Umur : 49 Tahun Dx : Glaukoma OS

Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK


Nama & Paraf

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi


(Masalah) Tujuan Intervensi  

RK Disfungsi Respirasi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengobservasi S:- Kelompok 3
1
  kepernataan anestesi selama setiap saat TTV pasien setiap  
30 menit, PK Disfungsi 2. Monitor ekspansi dada saat
2. Memonitor O:
Respirasi teratasi dengan setiap saat
ekspansi dada - TTV dalam batas normal :
kriteria hasil : 3. Berikan oksigen dengan
setiap saat
1. TTV dalam rentang simple mask 5- 6 LPM TD : 120/80 mmHg
3. Memerikan
normal 4. Lakukan analisa gas oksigen dengan Nadi : 60x/menit
RR : 20x/menit darah arteri: pH, PaCO2, simple mask 5- 6 RR : 20x/menit
SaO2 : 100% dan PaO2 LPM
2. PaCO2 : 35-45 5. Kolaborasikan 4. Melakukan analisa SaO2 : 100%
3. PaO2 : 80-100 pemasangan ETT gas darah arteri: Suhu 36,5˚C
4. Pasien tidak mengeluh   pH, PaCO2, dan
 
PaO2
dan tidak mengatakan   5. Mengolaborasikan A:
sesak napas pemasangan ETT Masalah teratasi
5. Tidak terjadi apneu  
 
P:
Pertahankan intervensi
 
RK Disfungsi Setelah melakukan tindakan 1. Lakukan persiapan alat-alat 1. Melakukan persiapan S:- Kelompok 3
2
Kardiovaskuler kepenataan anestesi monitoring TTV pasien alat-alat monitoring
(Hipotensi) TTV pasien  
diharapkan PK disfungsi
2. Lakukan persiapa obat 2. Melakukan persiapan O:
jantung/kardiovaskular, obat anestesi sesuai
anestesi sesuai dengan
dengan kriteria hasil; dengan teknik anestesi - EKG irama sinus normal
teknik anestesi
1. EKG irama sinus 3. Melakukan - TTV dalam batas normal
normal/tidak ada 3. Lakukan monitoring intra monitoring pasca - TD : S : 120/80 mmhg
distritmia yang operasi operasi - RR : 20 x/menit
mengancam nyawa 4. Memonitoring
- N : 70 x/mnt
2. TTV dalam batas 4. Monitoring kardivaskular kardivaskular
(tekanan darah, irama - MAP : 70 mmhg
normal : (tekanan darah, irama dan
dan frekuensi nadi,  
TD : S : 90-120 mmhg/ D: frekuensi nadi, map)
map) A :
60 – 90 mmhg 5. Monitoring lead ekg 5. Memonitoring lead
RR : 12-24 x menit ekg
Tujuan 1,2 dan 3
N : 60 -100 x/mnt 6. Monitoring balance cairan 6. Memonitoring balance tercapai.Masalah kesehatan rk
S: 36,5-37,5°c cairan disfungsi kardiovaskular
7. Lakukan kolaborasi dengan 7. Berkolaborasi dengan teratasi
MAP : 70-100 mmhg dokter dalam pemberian dokter dalam
3. Palsasi nadi teraba kuat cairan pemberian cairan  
8. Berkolaborasi dengan P :
8. Kolaborasi dengan dokter dokter dalam
dalam pemberian obat life pemberian obat life Pertahankan kondisi pasien
saving ephedrine saving ephedrine 25  

mg/ml.
Resiko Trauma Setelah dilakukan 1. Monitoring perianestesi 1. Memonitoring S:- Kelompok 3
3
Pembedahan tindakan kepenataan 2. Lakukan persiapan peralatan peri anestesi
dan obat- obatan sesuai  
  anestesi selama 30 menit, 2. Melakukan
dengan perencanaan teknik O:
diharapkan tidak terjadi anestesi persiapan
trauma pembedahan 3. Lakukan pemasangan alat peralatan dan - TTV dalam batas
dengan kriteria hasil : monitoring non invasif obat-obatan normal :
1. Tidak adanya tanda- 4. Lakukan pemeliharaan jalan sesuai dengan TD : 120/80 mmHg
tanda trauma napas perencanaan
5. Lakukan pemasangan alat Nadi : 60x/menit RR :
pembedahan teknik anestesi
ventilasi mekanik 20x/menit SaO2 :
2. Pasien tampak rileks 6. Lakukan pengakhiran 3. Membantu
selama operasi pemasangan alat 100%
tindakan anestesi
berlangsung 7. Kolaborasi dengan SpAn monitoring non Suhu 36,5˚C
3. TTV dalam batas apabila kondisi pasien invasif
memburuk A:
normal 4. Melakukan
 
pemeliharaan Masalah teratasi
jalan napas  
5. Melakukan
P:
pemasangan alat
ventilasi Pertahankan intervensi
mekanik dengan cara pemasangan
6. Melakukan alat monitoring non invasif
pengakhiran  

tindakan
anestesi
 
1) Pasca Anestesi

Nama : Ny. KD No. CM : 14024436

Umur : 49 Tahun Dx : Glaukoma OS

Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK


Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi
(Masalah)  
Tujuan Intervensi

RK Disfungsi Kardiovaskuler Setelah melakukan tindakan 1. Lakukan persiapan alat-alat 1. Melakukan persiapan alat- S:-
monitoring TTV pasien alat monitoring TTV pasien
kepenataan anestesi selama 1 x 2. Melakukan persiapan obat
 
2. Lakukan persiapan obat anestesi
30 menit, diharapkan PK anestesi sesuai dengan O:
sesuai dengan teknik anestesi teknik anestesi
disfungsi kardiovaskular, dengan 3. Lakukan monitoring pasca 3. Melakukan monitoring
- EKG irama sinus normal
- TTV dalam batas normal
kriteria hasil: operasi pasca operasi
- TD : S : 110/70 mmhg
1. EKG irama sinus 4. Monitoring kardivaskular 4. Memonitoring kardivaskular
- RR : 20 x/menit
(tekanan darah, irama dan
normal/tidak ada distritmia (tekanan darah, irama dan frekuensi nadi, map)
- N : 70 x/mnt
frekuensi nadi, map) - MAP : 70 mmhg
yang mengancam nyawa 5. Memonitoring lead ekg
 
5. Monitoring lead ekg 6. Memonitoring balance
2. TTV dalam batas normal cairan
A :
6. Monitoring balance cairan
TD: S : 90-120 mmhg/ D: 60 – 7. Kolaborasi dengan dokter 7. Berkolaborasi dengan Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.Masalah
90 mmhg dokter dalam pemberian kesehatan rk disfungsi kardiovaskular
dalam pemberian cairan cairan teratasi
RR : 12-24 x menit 8. Kolaborasi dengan dokter dalam 8. Berkolaborasi dengan
 
N : 60 -100 x/mnt pemberian obat life saving dokter dalam pemberian
ephedrine jika diperlukan obat life saving ephedrine P :
MAP : 70-100 mmhg jika diperlukan
3. Palsasi nadi teraba    
Pertahankan kondisi pasien

kuat    
 
2 Nyeri Pasca Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV dan PQRST 1. Mengkaji TTV dan S : Kelompok 3
Operasi kepenataan anestesi selama PQRST Pasien mengatakan nyerinya
1x30 menit,nyeri akut 2. Diskusikan dengan 2. Mendiskusikan berkurang
teratasi dengan kriteria pasien mengenai dengan pasien  
hasil : penggunaan teknik mengenai
1. Pasien mengatakan penggunaan teknik O :
relaksasi napas dalam
nyerinya berkurang untuk meredakan relaksasi napas - Skala nyeri 3 (nyeri
dalam untuk ringan)
2. Skala nyeri 0 - 3 (nyeri nyeri meredakan nyeri - Pasien tidak tampak
ringan) Pasien
mengatakan teknik
3. Ajarkan teknik 3. Mengajarkan meringis
relaksasi napas dalam teknik relaksasi - TTV dalam batas normal
relaksasi napas dalam
napas dalam
efektif mengurangi 4. Kolaborasi dalam - Nadi : 70 x/menit
4. Berkolaborasi
nyeri yang dirasakan
pemberian obat dalam pemberian - TD: S : 110/70 mmhg
3. Pasien tidak tampak analgetik Ketorolac 30 obat analgetik - Suhu : 36,5 C
meringis TTV dalam mg iv Ketorolac 30 mg iv - RR: 20x/menit
batas normal
   
- Nadi : 60 x/menit A :
- TD : S : 90-120 mmhg/
Tujuan 1,2 dan 3
D: 60 – 90 mmhg
tercapai.Masalah kesehatan
- Suhu : 36,5 C nyeri pasca operasi teratasi
- RR : 20x/menit
 
P:
Pertahankan kondisi pasien
 
3 Resiko PONV Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab mual 1. Mengidentifikasi S : Kelompok 3
dan muntah penyebab mual dan
tindakan kepenataan muntah Pasien mengatakan tidak mual
anestesi selama 1 x 30 2. Berikan istirahat dan tidur
2. Memberikan istirahat
dan muntah
menit diharapkan resiko yang adekuat untuk dan tidur yang adekuat  
mual dan muntah tidak mengurangi mual untuk mengurangi mual
O :
terjadi dengan kriteria 3. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah 3. Menganjurkan pasien - Pasien tampak tidak
hasil :
makanan yang bisa mengurangi jumlah gelisah
1. Pasien tidak makanan yang bisa
menimbulkan mual - Pasien dapat
mengatakan mual menimbulkan mual
4. Anjurkan makan sedikit tapi mengidentifikasi factor-
dan muntah 4. Menganjurkan makan faktor penyabab mual
sering dan dalam keadaan
2. Pasien tampak tidak hangat
sedikit tapi sering dan
dan muntah
dalam keadaan hangat
gelisah
5. Anjurkan pasien untuk 5. Menganjurkan pasien A :
3. Pasien dapat
istirahat dengan posisi untuk istirahat dengan Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.
mengidentifikasi semifowler setelah makan posisi semifowler setelah Masalah kesehatan resiko
factor-faktor dan mengganti posisi secara makan dan mengganti
posisi secara perlahan
PONV teratasi
penyabab mual dan perlahan
muntah 6. Berkolaborasi dengan P :
6. Kolaborasi dengan pemberian antiemetik:
pemberian antiemetik : Pertahankan kondisi pasien
Ondansentron 4mg iv
Ondansentron 4mg iv
4 RK Setelah dilakukan 1. Monitoring TTV pasien 1. Memonitoring S :- Kelompok
Termoregulasi tindakan kepenataan 2. Berikan selimut hangat TTV pasien   3
anestesi, diharapkan 2. Memberikan
hipotermi dapat teratasi 3. Naikkan suhu ruangan O :
selimut hangat
dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasi dengan - Permukaan tubuh
1. Suhu tubuh pasien dokter dalam pemberian 3. Menaikkan suhu teraba hangat
dalam rentang cairan hangat ruangan
normal (36 o C-36,5° - Pasien tidak
4. Berkolaborasi menggigil
C) dengan dokter
2. Permukaan tubuh dalam pemberian - Suhu 36,5o C
teraba hangat cairan hangat A :
3. Pasien tidak
menggigil Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.
Masalah kesehatan RK
termoregulasi teratasi
 
P:
Pertahankan kondisi
pasien
II. Catatan Perkembangan

Nama : Ny. KD No.CM : 14024436

Umur : 49 Tahun Diagnosa : Glaukoma OS

Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK

No Tanggal Jam Problem (Masalah ) Catatan Perkembangan Nama & Paraf


1     Nyeri Akut S: Kelompok 3
  Pasien mengatakan nyeri berkurang
 
O:
- TD: 120/80 mmhg
- N:80x/menit
- S: 36oC
- RR: 20x/menit
- Pasien tampak tidak meringis
- Skala nyeri 3
 
A:
Masalah teratasi
 
P:
Pertahankan intervensi
 
2     Ansietas S: Kelompok 3
- Pasien mengatakan tidak takut dan khawatir lagi dengan tindakan
operasi yang akan dilakukan
- Pasien sudah mengerti dengan prosedur yang akan dilakukan
 
O:
Pasien tampak tenang
 
A:
Masalah teratasi
 
P:
Pertahankan intervensi

3     Resiko Cedera Agen Anestesi S: Kelompok 3


Pasien mengatakan siap untuk dilakukan tindakan anestesi
 
O:
- Pasien tampak terbebas dari aksesoris
- Persiapan pasien sudah lengkap
 
A:
Masalah teratasi
 
P:
Pertahankan intervensi
4     RK Disfungsi Respirasi S:- Kelompok 3
 
O:
- TTV dalam batas normal :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60x/menit
RR : 20x/menit
SaO2 : 100%
Suhu 36,5˚C
 
A:
Masalah teratasi
 
P:
Pertahankan intervensi
 
5     RK Disfungsi Kardiovaskuler S:- Kelompok 3
(Hipotensi)  
O:
- EKG irama sinus normal
- TTV dalam batas normal
- TD : S : 120/80 mmhg
- RR : 20 x/menit
- N : 70 x/mnt
- MAP : 70 mmhg
 
A :
Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.Masalah kesehatan rk disfungsi
kardiovaskular teratasi
 
P :
Pertahankan kondisi pasien
 
6     Resiko Trauma Pembedahan S:- Kelompok 3
 
O:
- Pasien tampak rileks
- TTV dalam batas normal :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 60x/menit
RR : 20x/menit
SaO2 : 100%
Suhu : 36,5˚C
 
A:
Masalah resiko trauma pembedahan
teratasi
 
P:
Pertahankan intervensi dengan cara
pemasangan alat monitoring non invasif
 
•Format Hand Over Kamar Operasi ke Ruang Recovery
Nama : Ny. KD No.CM : 14024436
Umur : 49 Tahun Diagnosa : Glaukoma OS
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK

S (Situation) Nama : Ny. KD  


  Umur : 49 th
  No. CM : 1402443
  Diagnosa Medis : Glaukoma Os
  Tanggal Masuk : 02-04-2021
  Alasan MRS : Nyeri pada bagian mata kiri
 

B (Background) Riwayat penyakit dahulu : Tekanan darah tinggi, riwayat pemasangan lensa tanam pada Terapi DPJP : -
  mata kanan
  Alergi : Tidak ada
 
 
 
 
A (Assestment/Analisa) Kesadaran : Komposmetis Hasil lab : -
  TD: S : 120/80 mmhg IV Lines / fluids: RL 500 ml
  Suhu : 36,5 C
  RR: 20x/menit
  Skala Nyeri : 3 ( Nyeri Ringan)
 

R (Recommendation)  Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien  


   Berikan Cairan Infuse RL 20 tpm
   Berikan pengobatan nyeri (fentanyl 25-50 mg/ml), RK PONV (bolus
 
 
metoclopramid untuk dewasa 10 mg)
 
 
 
 

Nama dan Paraf yang Nama : Perawat K Paraf


menyerahkan pasien

Nama dan paraf yang menerima Nama : Perawat F Paraf


pasien

Anda mungkin juga menyukai