Nama kelompok :
1. Ni kadek amelia amarta sari (1914320081)
2. Ni kadek ayu sai dewi (1914320082)
3. Ni kadek devi yusnita (1914320083)
4. Ni komang diyah astari saraswati (1914320084)
5. Ni made novya darmapatni (1914320085)
6. Ni wayan anik adrianti (1914320086)
7. Ni wayan putu Novita lestari (1914320087)
8. Nikodemus kahapat hamara (1914320088)
9. Nur Mutiara dunggio (1914320089)
10. Nurfadilah ramadhani bagenda (1914320090)
11. Ola alfian (1914320091)
12. Pande putu karina putri (1914320092)
13. Pascalia ariestya galgeni (1914320093)
A. KONSEP TEORI PENYAKIT
1. Definisi
Definisi Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh pencekungan
diskus optikus dan penyempitan lapang pandang dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai faktor
risiko utama
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, glaukoma sekunder,
glaukoma kongenital, dan glaukoma absolut. Glaukoma primer dibedakan berdasarkan keadaan sudut
iridokorneal danmekanisme peningkatan tekanan intraokular, diantaranya adalah glaukoma sudut
terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
3. Tanda dan gejala
Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan intraokular), baik akibat
produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut.
Gejala nya adalah Nyeri pada mata, Sakit kepala, Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya,
Mata memerah, Mual atau muntah.
4. Pemeriksaan diagnosik
Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait Pemeriksaan penunjang yang rutin
dilakukan untuk penegakan diagnosis dan penentuan dari derajat dari glaukoma adalah pemeriksaan
tonometri, funduskopi, kedalaman COA, gonioskopi (untuk melihat sudut iridokorneal dan kontak
iridotrabekular), dan perimetri (untuk melihat progresivitas penurunan lapang pandang)
5. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan terapi
Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait Pemeriksaan penunjang yang rutin
dilakukan untuk penegakan diagnosis dan penentuan dari derajat dari glaukoma adalah
pemeriksaan tonometri, funduskopi, kedalaman COA, gonioskopi (untuk melihat sudut iridokorneal
dan kontak iridotrabekular), dan perimetri (untuk melihat progresivitas penurunan lapang
pandang)
b. Terapi bedah dan laser
Iredektomi dan iridotomi perifer, Trabekuloplasti laser, Bedah drainase glaucoma dan Tindakan
silkodestruksi
B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi anestesi
Anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa. Rasa nyeri,
rasa tidak nyaman pasien, dan rasa lain yang tidak diharapkan. Anestesiologi adalah ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk
menjaga atau mempertahankan hidup pasien selama mengalami “kematian” akibat obat anestesia (Mangku, 2010).
2. Jenis anestesi
a. General Anestesi : Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai hilang kesadaran. Ada juga mengatakan
anestesi umum adalah keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran yang reversibel
(Neal, 2006).
b. Regional anestesi : Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke sistem saraf pusat
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin (Kartika Sari, 2013).
3. Teknik anestesi
c. General anestesi : Teknik General Anestesi General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan
dengan 3 teknik, yaitu : general anestesi intravena, general anestesi inhalasi, general anestesi imbang.
b. Regional anestesi :
Jenis regional anestesi digolongkan sebagai berikut :
a. Anestesi spinal
b. anestesi epidural
c. anestesi kaudal.
4. Rumatan anestesi
d. Regional Anestesi
2) Obat Analgetik
1) Premedikasi
1) Obat Anestesi Intravena (ketamine, tiopenton, propofol, diazepam, midazolam, pethidine, morphine, fentanyl)
a. Gangguan Kardiovaskuler : Salah satu gangguan kardiovaskuler yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah penurunan
curah jantung.
b. Gangguan Respirasi : Salah satu gangguan respirasi yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah pola napas tidak efektif.
c. Gangguan Termoregulasi : Salah satu gangguan termoregulasi yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah hipotermia.
d. Gastrointestinal : Salah satu gangguan gastrointestinal yang dapat menjadi resiko saat anestesi adalah rasa mual dan muntah.
e. Resiko Infeksi : Salah satu resiko infeksi yang dapat terjadi adalah luka insisi post operasi
f. Nyeri : Nyeri pada saat anestesi dapat terjadi karena beberapa alasan seperti proses kontraksi dan terputusnya kontinuitas
jaringan kulit.
g. Resiko Jatuh : Penyebab dari resiko jatuh dapat terjadi karena efek obat anestesi atupun efek dari blok pada saraf motorik.
h. Ansietas : Ansietas dalam hal ini dapat terjadi dikarenakan ketakutan akan tindakan pembedahan ataupun kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh pasien.
1) Identitas Pasien
• Nama : Ny. KD
• Umur : 49 th
• Agama : Hindu
• Pendidikan : S1
• Pekerjaan : Wiraswasta
• No. CM : 14024436
• Nama : Ny. DA
• Umur : 23 tahun
• Agama : Hindu
•Pendidikan : S1
•Pekerjaan : Pegawai
1) Pemeriksaan fisik :
TD : 170/90 mmHg Suhu : 36,5 ˚ C Nadi : 100 x/menitRR: 20 x/menit Skala Nyeri : 6 dari 0-10 skala nyeri NRS
BB & TB
BB: 70 kg
TB: 165 cm
Pemeriksaan fisik : 6 B ( Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone)
g) Look externally : Tidak terdapat leher pendek, tidak terdapat trauma pada wajah, mandibula tidak kecil, pasien tidak
menggunakan gigi palsu dan gigi pasien rapi dan kuat dan tidak ada kelainan lidah besar
b. Evaluate 3-3-2 : Pasien dapat membuka mulut lebih dari tiga jari , Jarak thyromental < 6 cm
d. Obstruksi : Tidak ada tanda-tanda kesulitan jalan nafas pada pasien seperti hot potato voice, kesulitan menelan ludah dan
adanya stridor
e. Neck mobility : Pasien tidak memiliki keterbatasan dalam pergerakan leher, pasien mampu melakukan fleksi dan ekstensi
leher.
2. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat DM, dan penyakit menurun lainnya
1. Riwayat Kesehatan :
Pasien sebelumnya tidak pernah masuk rumah sakit pasien memiliki Riwayat operasi sebelumnya 2 bulan yang lalu yaitu
operasi pemasangan lensa tanam. Riwayat anestesi sebelumnya local anestesi pasien tidak pernah mendapat tranfusi darah dan
tidak pernah didiagnosa penyakit menular. Riwayat pengobatan/konsumsi obat hanya vitamin dan tidak sedang mengkonsumsi
obat. Pasien tidak merokok,alcohol maupun teh/kopi/ soda
2. Pemeriksaan laboratorium
Ansietas
Ansietas menjadi prioritas masalah sedang karena ansietas dapat mengancam status Kesehatan pasien. Ansietas dapat
menyebabkan tanda-tanda vital pasien terganggu.
Resiko Cedera Agen Anestesi
Resiko Cedera Agen Anestesi menjadi prioritas rendah dikarenakan resiko ini tidak mengancam nyawa pasien dan
tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari penyakit yang diderita pasien.
B. INTRA ANESTESI
Alasan prioritas :
A. RK Disfungsi Respirasi
RK Disfungsi Respirasi dapat menjadi masalah dengan prioritas tinggi karena masalah respirasi dapat mengancam nyawa pasien. Keadaan
respirasi pasien sangat menentukan jalannya tindakan operasi.
B. RK Disfungsi Kardiovaskuler
RK Disfungsi Kardiovaskuler menjadi prioritas sedang karena masalah ini tidak terlalu mengancam nyawa dibandingkan dengan gangguan
respirasi. Disfungsi kardiovaskuler dapat menganggu Kesehatan pasien dan proses pembedahan.
Resiko Cedera Trauma Pembedahan menjadi prioritas rendah karena masalah ini tidak berhubungan langsung dengan penyakit yang diderita
pasien. Resiko cedera trauma pembedahan berhubungan dengan efek dari agen anestesi dan waktu pembedahan.
C. PASCA ANESTESI
1.RK Disfungsi Kardiovaskuler (Prioritas Tinggi)
2.Nyeri Post Operasi (Prioritas Tinggi)
3.Resiko Mual Muntah (PONV) (Prioritas Sedang)
4.RK Disfungsi Termoregulasi (Prioritas Rendah)
Alasan prioritas :
A. RK Disfungsi Kardiovaskuler
RK Disfungsi Kardiovaskuler menjadi prioritas utama pada pasca anestesi karena masalah ini dapat mengancam nyawa dan menghambat proses
pemulihan pasien.
B. Nyeri Post Operasi
Nyeri Post Operasi menjadi prioritas sedang karena masalah ini tidak terlalu mengancam nyawa dibandingkan gangguan kardiovakuler. Nyeri post
operasi dapat menganggu masalah kesehatan pasien dan memberikan rasa tidak nyaman kepada pasien sehingga harus segera diatasi.
C. Resiko Mual Muntah (PONV)
Resiko Mual Muntah ini menjadi prioritas rendah karena tidak terlalu mengancam nyawa pasien dan tidak berhubungan langsung dengan penyakit
pasien. Namun masalah ini harus segera diatasi agar nantinya tidak menganggu kesehatan pasien, dan tidak menyebabkan gangguan pada respirasi
pasien.
D. RK Disfungsi Termoregulasi
Resiko Disfungsi Termoregulasi menjadi prioritas rendah karena masalah ini tidak mengancam nyawa pasien. Namun masalah ini juga harus diatasi
agar tidak menganggu status kesehatan pasien dan menghambat pemulihan pasien.
II. RENCANA INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI
1) Pra Anestesi
Tujuan Intervensi
CATATAN LAINNYA :
Intra Anestesi
Nama : Ny. KD No. CM : 14024436
RK Disfungsi Respirasi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengobservasi S:- Kelompok 3
1
kepernataan anestesi selama setiap saat TTV pasien setiap
30 menit, PK Disfungsi 2. Monitor ekspansi dada saat
2. Memonitor O:
Respirasi teratasi dengan setiap saat
ekspansi dada - TTV dalam batas normal :
kriteria hasil : 3. Berikan oksigen dengan
setiap saat
1. TTV dalam rentang simple mask 5- 6 LPM TD : 120/80 mmHg
3. Memerikan
normal 4. Lakukan analisa gas oksigen dengan Nadi : 60x/menit
RR : 20x/menit darah arteri: pH, PaCO2, simple mask 5- 6 RR : 20x/menit
SaO2 : 100% dan PaO2 LPM
2. PaCO2 : 35-45 5. Kolaborasikan 4. Melakukan analisa SaO2 : 100%
3. PaO2 : 80-100 pemasangan ETT gas darah arteri: Suhu 36,5˚C
4. Pasien tidak mengeluh pH, PaCO2, dan
PaO2
dan tidak mengatakan 5. Mengolaborasikan A:
sesak napas pemasangan ETT Masalah teratasi
5. Tidak terjadi apneu
P:
Pertahankan intervensi
RK Disfungsi Setelah melakukan tindakan 1. Lakukan persiapan alat-alat 1. Melakukan persiapan S:- Kelompok 3
2
Kardiovaskuler kepenataan anestesi monitoring TTV pasien alat-alat monitoring
(Hipotensi) TTV pasien
diharapkan PK disfungsi
2. Lakukan persiapa obat 2. Melakukan persiapan O:
jantung/kardiovaskular, obat anestesi sesuai
anestesi sesuai dengan
dengan kriteria hasil; dengan teknik anestesi - EKG irama sinus normal
teknik anestesi
1. EKG irama sinus 3. Melakukan - TTV dalam batas normal
normal/tidak ada 3. Lakukan monitoring intra monitoring pasca - TD : S : 120/80 mmhg
distritmia yang operasi operasi - RR : 20 x/menit
mengancam nyawa 4. Memonitoring
- N : 70 x/mnt
2. TTV dalam batas 4. Monitoring kardivaskular kardivaskular
(tekanan darah, irama - MAP : 70 mmhg
normal : (tekanan darah, irama dan
dan frekuensi nadi,
TD : S : 90-120 mmhg/ D: frekuensi nadi, map)
map) A :
60 – 90 mmhg 5. Monitoring lead ekg 5. Memonitoring lead
RR : 12-24 x menit ekg
Tujuan 1,2 dan 3
N : 60 -100 x/mnt 6. Monitoring balance cairan 6. Memonitoring balance tercapai.Masalah kesehatan rk
S: 36,5-37,5°c cairan disfungsi kardiovaskular
7. Lakukan kolaborasi dengan 7. Berkolaborasi dengan teratasi
MAP : 70-100 mmhg dokter dalam pemberian dokter dalam
3. Palsasi nadi teraba kuat cairan pemberian cairan
8. Berkolaborasi dengan P :
8. Kolaborasi dengan dokter dokter dalam
dalam pemberian obat life pemberian obat life Pertahankan kondisi pasien
saving ephedrine saving ephedrine 25
mg/ml.
Resiko Trauma Setelah dilakukan 1. Monitoring perianestesi 1. Memonitoring S:- Kelompok 3
3
Pembedahan tindakan kepenataan 2. Lakukan persiapan peralatan peri anestesi
dan obat- obatan sesuai
anestesi selama 30 menit, 2. Melakukan
dengan perencanaan teknik O:
diharapkan tidak terjadi anestesi persiapan
trauma pembedahan 3. Lakukan pemasangan alat peralatan dan - TTV dalam batas
dengan kriteria hasil : monitoring non invasif obat-obatan normal :
1. Tidak adanya tanda- 4. Lakukan pemeliharaan jalan sesuai dengan TD : 120/80 mmHg
tanda trauma napas perencanaan
5. Lakukan pemasangan alat Nadi : 60x/menit RR :
pembedahan teknik anestesi
ventilasi mekanik 20x/menit SaO2 :
2. Pasien tampak rileks 6. Lakukan pengakhiran 3. Membantu
selama operasi pemasangan alat 100%
tindakan anestesi
berlangsung 7. Kolaborasi dengan SpAn monitoring non Suhu 36,5˚C
3. TTV dalam batas apabila kondisi pasien invasif
memburuk A:
normal 4. Melakukan
pemeliharaan Masalah teratasi
jalan napas
5. Melakukan
P:
pemasangan alat
ventilasi Pertahankan intervensi
mekanik dengan cara pemasangan
6. Melakukan alat monitoring non invasif
pengakhiran
tindakan
anestesi
1) Pasca Anestesi
RK Disfungsi Kardiovaskuler Setelah melakukan tindakan 1. Lakukan persiapan alat-alat 1. Melakukan persiapan alat- S:-
monitoring TTV pasien alat monitoring TTV pasien
kepenataan anestesi selama 1 x 2. Melakukan persiapan obat
2. Lakukan persiapan obat anestesi
30 menit, diharapkan PK anestesi sesuai dengan O:
sesuai dengan teknik anestesi teknik anestesi
disfungsi kardiovaskular, dengan 3. Lakukan monitoring pasca 3. Melakukan monitoring
- EKG irama sinus normal
- TTV dalam batas normal
kriteria hasil: operasi pasca operasi
- TD : S : 110/70 mmhg
1. EKG irama sinus 4. Monitoring kardivaskular 4. Memonitoring kardivaskular
- RR : 20 x/menit
(tekanan darah, irama dan
normal/tidak ada distritmia (tekanan darah, irama dan frekuensi nadi, map)
- N : 70 x/mnt
frekuensi nadi, map) - MAP : 70 mmhg
yang mengancam nyawa 5. Memonitoring lead ekg
5. Monitoring lead ekg 6. Memonitoring balance
2. TTV dalam batas normal cairan
A :
6. Monitoring balance cairan
TD: S : 90-120 mmhg/ D: 60 – 7. Kolaborasi dengan dokter 7. Berkolaborasi dengan Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.Masalah
90 mmhg dokter dalam pemberian kesehatan rk disfungsi kardiovaskular
dalam pemberian cairan cairan teratasi
RR : 12-24 x menit 8. Kolaborasi dengan dokter dalam 8. Berkolaborasi dengan
N : 60 -100 x/mnt pemberian obat life saving dokter dalam pemberian
ephedrine jika diperlukan obat life saving ephedrine P :
MAP : 70-100 mmhg jika diperlukan
3. Palsasi nadi teraba
Pertahankan kondisi pasien
kuat
2 Nyeri Pasca Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV dan PQRST 1. Mengkaji TTV dan S : Kelompok 3
Operasi kepenataan anestesi selama PQRST Pasien mengatakan nyerinya
1x30 menit,nyeri akut 2. Diskusikan dengan 2. Mendiskusikan berkurang
teratasi dengan kriteria pasien mengenai dengan pasien
hasil : penggunaan teknik mengenai
1. Pasien mengatakan penggunaan teknik O :
relaksasi napas dalam
nyerinya berkurang untuk meredakan relaksasi napas - Skala nyeri 3 (nyeri
dalam untuk ringan)
2. Skala nyeri 0 - 3 (nyeri nyeri meredakan nyeri - Pasien tidak tampak
ringan) Pasien
mengatakan teknik
3. Ajarkan teknik 3. Mengajarkan meringis
relaksasi napas dalam teknik relaksasi - TTV dalam batas normal
relaksasi napas dalam
napas dalam
efektif mengurangi 4. Kolaborasi dalam - Nadi : 70 x/menit
4. Berkolaborasi
nyeri yang dirasakan
pemberian obat dalam pemberian - TD: S : 110/70 mmhg
3. Pasien tidak tampak analgetik Ketorolac 30 obat analgetik - Suhu : 36,5 C
meringis TTV dalam mg iv Ketorolac 30 mg iv - RR: 20x/menit
batas normal
- Nadi : 60 x/menit A :
- TD : S : 90-120 mmhg/
Tujuan 1,2 dan 3
D: 60 – 90 mmhg
tercapai.Masalah kesehatan
- Suhu : 36,5 C nyeri pasca operasi teratasi
- RR : 20x/menit
P:
Pertahankan kondisi pasien
3 Resiko PONV Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab mual 1. Mengidentifikasi S : Kelompok 3
dan muntah penyebab mual dan
tindakan kepenataan muntah Pasien mengatakan tidak mual
anestesi selama 1 x 30 2. Berikan istirahat dan tidur
2. Memberikan istirahat
dan muntah
menit diharapkan resiko yang adekuat untuk dan tidur yang adekuat
mual dan muntah tidak mengurangi mual untuk mengurangi mual
O :
terjadi dengan kriteria 3. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah 3. Menganjurkan pasien - Pasien tampak tidak
hasil :
makanan yang bisa mengurangi jumlah gelisah
1. Pasien tidak makanan yang bisa
menimbulkan mual - Pasien dapat
mengatakan mual menimbulkan mual
4. Anjurkan makan sedikit tapi mengidentifikasi factor-
dan muntah 4. Menganjurkan makan faktor penyabab mual
sering dan dalam keadaan
2. Pasien tampak tidak hangat
sedikit tapi sering dan
dan muntah
dalam keadaan hangat
gelisah
5. Anjurkan pasien untuk 5. Menganjurkan pasien A :
3. Pasien dapat
istirahat dengan posisi untuk istirahat dengan Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.
mengidentifikasi semifowler setelah makan posisi semifowler setelah Masalah kesehatan resiko
factor-faktor dan mengganti posisi secara makan dan mengganti
posisi secara perlahan
PONV teratasi
penyabab mual dan perlahan
muntah 6. Berkolaborasi dengan P :
6. Kolaborasi dengan pemberian antiemetik:
pemberian antiemetik : Pertahankan kondisi pasien
Ondansentron 4mg iv
Ondansentron 4mg iv
4 RK Setelah dilakukan 1. Monitoring TTV pasien 1. Memonitoring S :- Kelompok
Termoregulasi tindakan kepenataan 2. Berikan selimut hangat TTV pasien 3
anestesi, diharapkan 2. Memberikan
hipotermi dapat teratasi 3. Naikkan suhu ruangan O :
selimut hangat
dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasi dengan - Permukaan tubuh
1. Suhu tubuh pasien dokter dalam pemberian 3. Menaikkan suhu teraba hangat
dalam rentang cairan hangat ruangan
normal (36 o C-36,5° - Pasien tidak
4. Berkolaborasi menggigil
C) dengan dokter
2. Permukaan tubuh dalam pemberian - Suhu 36,5o C
teraba hangat cairan hangat A :
3. Pasien tidak
menggigil Tujuan 1,2 dan 3 tercapai.
Masalah kesehatan RK
termoregulasi teratasi
P:
Pertahankan kondisi
pasien
II. Catatan Perkembangan
B (Background) Riwayat penyakit dahulu : Tekanan darah tinggi, riwayat pemasangan lensa tanam pada Terapi DPJP : -
mata kanan
Alergi : Tidak ada
A (Assestment/Analisa) Kesadaran : Komposmetis Hasil lab : -
TD: S : 120/80 mmhg IV Lines / fluids: RL 500 ml
Suhu : 36,5 C
RR: 20x/menit
Skala Nyeri : 3 ( Nyeri Ringan)