Anda di halaman 1dari 26

Pengungkapan

Sosial dan
Lingkungan
Our Team

Muhammad Cahyo (7211418120)

Anisa Nurhidayati (7211418153)

Aida Tika Biluthfil Bahij (7211418165)

Wahyu Berliantoro (7211418223)

Jauza Iftinan Nafsi (7211418242)


Definisi PSL

Selama ini belum ada definisi tunggal yang dapat digunakan


untuk menunjukkan pengungkapan sosial dan lingkungan. Hal
ini disebabkan karena perkembangan praktik PSL masih dalam
tahap embrio jika dibandingkan perkembangan prkatik
pelaporan keuangan (Deegan 2002). Akibatnya sampai sekarang
masih terdapat perbedaan pendapat berkaitan dengan isi PSL.
Misalnya, masih terdapat perbedaan pandangan tentang tujuan
pengungkapan, kualitas dan jenis informasi yang diungkapkan,
audiencenya, cara pengungkapan yang terbaik dan sebagainya.
Konsep “Social Audit ”

Namun demikian, terminology pengungkapan sosial dan


lingkungan yang belum memiliki definisi tunggal mungkin
dapat dikaitkan dengan konsep “social audit” yang
dikemukakan Elkington (1997). Menurut Elkington (1997)
social audit adalah proses yang memungkinkan organisasi
untuk menilai kinerjanya berdasarkan harapan dan
persyaratan yang ditentukan masyarakat. Atas dasar
definisi ini pengungkapan sosial dan lingkungan
merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan
perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan.
Ernst and Ernst (1978)
menemukan bahwa pengungkapan
dikatakan berkaitan dengan isu sosial
(dan lingkungan) jika pengungkapan
tersebut berisi informasi yang dapat
dikategorikan kedalam kelompok
berikut ini:
a) Lingkungan
b) Energi
c) Praktik bisnis yang wajar (fair)
d) Sumber daya manusia
e) Keterlibatan masyarakat
f) Produk yang dihasilkan
g) Pengungkapan lainnya
Ullmann (1985)
mengatakan bahwa dari perspektif
serikat pekerja, pengungkapan sosial
dan lingkungan antara lain mencakup
item berikut ini:
a) Kondisi pekerjaan
b) Penghasilan karyawan
c) Jam kerja
d) Pengaruh teknologi
e) Kualifikasi dan pelatihan
f) Subsidi yang diterima dari
perusahaan
g) Polusi lingkungan
h) Kontribusi perusahaan pada tujuan
sosial seperti pembangunan
daerah pengangguran, dan lain-lain.
Wiseman (1985)
berpendapat bahwa pengungkapan sosial dan
lingkungan biasanya berisi informasi tentang:
Kondisi pekerjaan
a) Diskusi tentang regulasi dan persyaratan
tentang dampak lingkungan
b) Kebijakan lingkungan atau kepedulian
perusahaan tentang lingkungan
c) Konservasi sumber alam
d) Penghargaan atas kepedulian terhadap
lingkungan
e) Usaha melakukan daur ulang
f) Pengeluaran yang dilakukan perusahaan
berkaitan dengan penanganan lingkungan
g) Aspek hukum (litigasi) atas kasus berkaitan
dengan dampak lingkungan yang
disebabkan perusahaan
Peranan Penting PSL bagi
Perusahaan
Praktik PSL memainkan peranan penting bagi perusahaan
karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan
kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan
lingkungan. Preston dan Post (1975, p. 2) mengatakan
bahwa “karena unit bisnis merupakan elemen yang penting
dan besar dalam masyarakat, unit tersebut diharapkan terus
berinisiatif dan berpartisipasi dan responsive dalam proses
pengambilan keputusan sosial”
“Oleh karena kegiatan perusahaan dapat menimbulkan dampak sosial dan lingkungan,
praktik PSL merupakan alat manajerial yang digunakan perusahaan untuk menghindari
konflik sosial dan lingkungan. Selain itu, praktik PSL dapat dipandang sebagai wujud
akuntabilitas perusahaan kepada public untuk menjelaskan berbagai dampak sosial dan
lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan baik pengaruh yang baik maupun
dampak yang buruk. ”

—Someone Famous
Alasan Pengungkapan Sosial
dan Lingkungan
1 2 3
Keinginan untuk mematuhi Pertimbangan Keyakinan dalam
persyaratan yang ada dalam rasionalitas ekonomi proses akuntabilitas
undang-undang (economic rationality) untuk melaporkan

4 5 6
Keinginan untuk Untuk mematuhi Sebagai konsekuensi
mematuhi persyaratan harapan masyarakat dari ancaman terjadap
peminjaman legitimasi perusahaan
Lanjutan . . .

1 2
Untuk memanage kelompok Untuk menarik dana
stakeholder tertentu yang investasi
powerful

4 5
Untuk mematuhi Untuk memenangkan
persyaratan industri penghargaan
atau code of conduct pelaporan tertentu
tertentu
TEORI YANG
MELANDASI

Pengelompakan teori yang


bermanfaat untuk dibicarakan
adalah pengelompokan yang
dibuat oleh Gray, Kouhy dan
Lavers (1995b). Mereka
mengklasifikasikan persepektif
teoritis kedalam decision-
usefulness theory, economic-
based theory (positive accounting
theory) dan political economy
theory.
A. Decision-Usefulness

Pendekatan ini berusaha menjelaskan praktik PSL dari sudut


manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi sosial
dan lingkungan.

Aliran pertama didasarkan pada studi yang berusaha


menjelaskan praktik PSL dengan cara meminta responden
untuk meranking/mengurutkan stem atau informasi dalam PSL
dari yang paling penting atau paling bermanfaat.

Aliran kedua didasarkan pada studi yang berusaha untuk


menentukan apakah informasi pertanggungjawaban sosial
memiliki nilai informasi bagi pasar modal atau pelaku pasar
(Gray, Kouhy dan Lavers 1995b).
B. Economic-Based Theory
(Positive Accounting Theory)
Positive accounting theory (PAT) menganut paham yang mengutamakan maksimisasi
kemakmuran (wealth-maximisation) dan kepentingan peribadi individu (individual self-
interest).

Atas dasar pandangan ini pertanggungjawaban utama perusahaan adalah


menggunakan sumber ekonomi yang dimilikinya dan menjalankan kegiatan usahanya
dengan tujuan meningkatkan laba.

Jika dikaitkan dengan praktik PSL, hipotesis cost politik (political cost hypotheses)
dalam PAT sering digunakan sebagai media untuk membenarkan praktik PSL tersebut.

Atas dasar hipotesis ini, pengungkapan sukarela yang terdapat dalam pelaporan
keuangan tahunan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi cost politis
yang harus ditanggung perusahaan dalam menjelaskan aktivitasnya.
B. Economic-Based Theory
(Positive Accounting Theory)
Lanjutan...
Pemakaian economic-based theory untuk menjelaskan praktik PSL banyak mendapat
kritikan (Gray, Kouhy dan Lavers 1955b).

Hal ini disebabkan fokus teori tersebut yang mengutamakan kepentingan pribadi (self-
interest) dan maksimisasi kemakmuran pribadi (wealth maximisation) dianggap tidak
tepat dan bertentangan dengan logika sosial yang dikembangkan dalam praktik PSL.

Faktor politis dan sosial merupakan faktor yang jelas berpengaruh pada keberadaan
perusahaan di masyarakat. Masyarakat mengharapkan perusahaan untuk beroperasi
dengan benar dan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.

Dengan demikian, penerapan berbagai teori ekonomi, termasuk PAT untuk menjelaskan
perilaku dan pengungkapan sosial dan lingkungan dipandang sebagai usaha yang
secara empiris tidak dapat diterima-tidak nalar (implausible) dan sangat tidak
menyenangkan-offensive (Gray, Kouhy dan Lavers 1995b).
C. Political Economy Theory

Manfaat Political Economy Theory (PET) terletak pada sudut pandang yang
digunakan yaitu tidak terfokus pada economic self-interest dan wealth-
maximisation yang dilakukan individu atau organisasi. PET justru
mempertimbangkan “kerangka politik, sosial dan institusional di mana kegiatan
ekonomi tersebut dijalankan” (Gray, Kouhy dan Lavers 1995b, p. 52).
Gray, Owen dan Adams (1996) mengklasifikasikan PET
dalam dua kelompok: aliran klasik dan aliran borjuis (clasical
and borgeois streams).

a. PET klasik, dapat dikaitkan dengan ide-ide yang


dikembangkan Karl Marx yaitu: dinamika sosial yang muncul
karena adanya perbedaan kepentingan, perbedaan kelas
(kelompok) dan konflik dalam masyarakat.

b. PET borjuis, umumnya mengabaikan kepentingan kelas


(kelompok masyarakat), ketidakadilan struktural, konflik dan
peran negara serta memandang dunia sebagai realitas yang
betul-betul pluralistik (Gray, Kouhy dan Lavers 1995b).
D. Stakeholder Teori ini mengatakan bahwa
Theory perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk
kepentinganya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi
stakeholder-nya (pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier,
pemerintah, masyarakat, analis dan
pihak lain). Jadi keberadaan suatu
perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan dari stakeholder-nya.
Gray et al 1997) mengatakan: kelemahan stakeholder theory terletak
pada fokus teori tersebut yang hanya tertuju pada cara-cara yang
digunakan perusahaan diarahkan untuk mengidentifikasi stakeholder
yang dianggap penting dan beerpengaruh dan perhatian perusahaan
akan diarahkan pada stakeholder yang dianggap bermanfaat bagi
perusahaan. Mereka yakin bahwa stakeholder theory mengabaikan
pengaruh masyarakat luas (society as a whole) terhadap penyediaan
informasi dalam pelaporan keuangan—termasuk keberadaan hukum dan
regulasi yang menghendaki adanya pengungkapan informasi tertentu.
E
Legitimacy
Theory
Legitimacy Theory
Beberapa studi tentang PSL telah menggunakan teori legitimasi sebagai
dasar untukk menjelaskan praktik PSL (Wilmshurts dan Frost 2000;
Patten 1992; Guthrie dan Parker 1989; Tinker dan Neimark 1987; Hogner
1982). Teori legitimasi bermanfaat untuk menganalisis perilaku
organisasi.

Legitimasi adalah hal yang penting dalam organisasi. Batasan-batasan


yang disebutkan oleh norma dan nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan
tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan
memperhatikan lingkungan (Dowling dan Pfeffer, 1975).

Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara perusahaan dengan


masyarakat.
Legitimacy Theory

Menurut Dowling dan Preffer (1975) organisasi


berusaha menciptakan keselarasan antara nilai sosial
yang melekat dalam aktivitasnya dengan norma perilaku
yang ada dalam sistem sosial masyarakat, di mana
orgasisasi merupakan bagian dari sistem itu. Selama
kedua sistem nilai itu selaras, maka hal itu dapat dilihat
sebagai legitimasi perusahaan. Saat terjadi
ketidaklarasan aktual atau potensial pada kedua sistem
nilai tersebut, maka akan ada ancaman terhadap
legitimasi perusahaan.
Legitimacy Theory

Landasan dari teori legitimasi adalah


kontrak sosial yang terjadi antara
perusahaan dengan masyarakat
dimana perusahaan beroperasi dan
menggunakan sumber ekonomi.
Legitimacy Theory

Legitimasi tidak hanya dapat dimaknai dengan “apa yang legal atau
ilegal”. Harapan masyarakat terhadap perilaku perusahaan dapat
bersifat implisit & eksplisit.

Bentuk eksplisit: persyaratan legal.


Bentuk implisit: harapan masyarakat yang tidak tercantum dalam
peraturan legal (uncodified community expectation).
Legitimacy Theory
Saat terdapat perbedaan
Namun, keberadaan & besarnya
antara nilai perusahaan dan
legitimacy gap bukan merupakan
nilai sosial, perusahaan perlu
sesuatu yang mudah untuk
melakukan evaluasi nilai
ditentukan. Yang penting adalah
sosialnya dan menyesuaikan
bagaimana perusahaan berusaha
dengan nilai-nilai yang ada di
memantau nilai-nilai perusahaan &
masyarakat. Selain itu,
nilai-nilai sosial masyarakat, serta
perusahaan dapat mengubah
mengidentifikasi kemungkinan
nilai-nilai sosial yang ada atau
munculnya gap tersebut
persepsi terhadap perusahaan
sebagai taktik legitimasi.
THANK YOU!
Let’s Discuss!

Anda mungkin juga menyukai