Anda di halaman 1dari 25

1

• UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah.
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
• Permendagri No.13 Tahun 2006, tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
• Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
2
• PERMENDAGRI No. 8 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Permendagri 23 Tahun 2007,
tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
• PERMENDAGRI No. 55 Tahun 2008, Tentang Tata
cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara serta
Penyampaiannya.
• PERMENDAGRI No. 4 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.
• Peraturan Gubernur Sulut No. 63 Tahun 2008
tentang Uraian Tugas Inspektorat Provinsi
Sulawesi Utara.

3
FUNGSI DAN PERAN INSPEKTORAT
DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
A. Tugas dan Fungsi Inspektorat
Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan
pemerintahan daerah mempunyai tugas :
• Membantu Gubernur dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah
provinsi.
• Membantu Gubernur dalam pelaksanaan pembinaan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kab/Kota
dan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
Kab/Kota.
(Pasal 2 PerGub Sulut No.63 Thn 2008)

4
• Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di
daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP)
• APIP adalah: Inspektorat Jenderal Departemen, BPKP,
Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota.
(Pasal 24 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah RI. No. 79 Thn
2005).
• Inspektur Provinsi dalam pelaksanaan tugas
pengawasan bertanggungjawab kepada Gubernur,
Inspektur Kab/Kota dalam pelaksanaan tugas
pengawasan bertanggungjawab kepada
Bupati/Walikota.
(Pasal 25 ayat 1 PP. RI no. 79 tahun 2005).

5
Fungsi Pengawasan
• Fungsi Pengawasan adalah untuk mengawasi
pelaksanaan seluruh kegiatan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan dilaksanakan oleh
orang atau organisasi unit/satuan kerja yang ada sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Fungsi Pengawasan dilakukan mulai pada saat
penyusunan program, pelaksanaan sampai pada pasca
pelaksanaan program kegiatan.
• Pengawasan secara umum adalah suatu proses kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan untuk mengamati, memahami dan
menilai setiap pelaksanaan kegiatan tertentu sehingga
dapat mencegah atau memperbaiki kesalahan atau
penyimpangan yang terjadi.

6
• Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah adalah: Proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar
Pemerintah Daerah berjalan secara efisien
dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 1 ayat 4 PP. RI. No. 79 thn 2005,
Pasal 1 ayat 1 Permendagri no. 23 thn 2007).

7
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dilakukan melalui kegiatan: Pemeriksaan,
Monitoring dan Evaluasi.
Pemeriksaan (Audit) adalah: Proses kegiatan yg
bertujuan utk meyakinkan tingkat kesesuaian antara
suatu kondisi yg menyangkut kegiatan dari suatu
entitas dengan kriterianya.
Monitoring adalah: kegiatan mengamati,
mengevaluasi keadaan dan pelaksanaan ditingkat
lapangan yg secara terus menerus atau berkala
disetiap tingkatan atas program sesuai rencana.
Evaluasi adalah: kegiatan penilaian kebijakan
daerah, akuntabilitas kinerja daerah atau program
dan kegiatan pemerintah daerah untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintah daerah.
(Pasal 9 Permendagri no. 23 tahun 2007).
8
• Pengawasan administrasi umum Pemerintahan di
lakukan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah
(Inspektorat) terhadap:
1. Kebijakan Daerah
2. Kelembagaan
3. Pegawai Daerah
4. Keuangan Daerah
5. Barang Daerah
( Pasal 2 ayat 2 Permendagri 23 Tahun 2007).
• Pejabat Pengawas Pemerintah melaksanakan
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah berpedoman pada Program Kerja Pengawasan
tahunan (PKPT).
(Pasal 8 Permendagri no. 23 thn 2007).

9
• PKPT disusun berdasarkan atas prinsip keserasian,
keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan
berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas
dalam penggunaan sumber daya pengawasan.
• Rencana Pengawasan (PKPT) ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
(Pasal 5 ayat 3 dan 4 Permendagri no. 23 tahun 2007).
• PKPT meliputi:
a. Ruang lingkup;
b. Sasaran pemeriksaan;
c. SKPD yang diperiksa;
d. Jadual pelaksanaan pemeriksaan;
e. Jumlah tenaga;
f. Anggaran pemeriksaan; dan
g. Laporaan hasil pemeriksaan yang diterbitkan.
(Pasal 6 Permendagri no. 23 tahun 2007).
10
Peran Inspektorat selaku Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya melakukan pengawasan melalui:
1. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan
Kepala Daerah.
2. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun
pemeriksaan terpadu.
3. Pengujian terhadap laporan berkala dan atau sewaktu-
waktu dari unit/satuan kerja.
4. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya
indikasi terjadinya penyimpangan, KKN.
5. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan,
pelaksanaan program dan kegiatan.
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah dan pemerintahan desa.
(Pasal 28 PP. 79 tahun 2005)

11
Metode dan Prinsip-prinsip Pengawasan
1. Metode Pengawasan terdiri dari:
a. Pengawasan Melekat yaitu: pengawasan yang
dilakukan oleh pimpinan atau atasan suatu
instansi kepada bawahannya
b. Pengawasan Fungsional yaitu: pengawasan
yang dilakukan oleh aparat pengawas
fungsional Yaitu ; BPKP, Inspektorat Provinsi
dan Inspektorat Kabupaten/Kota

12
2. Prinsip-Prinsip Pengawasan yaitu:
a. Wetmatigheid yaitu: Perinsip pengawasan pengeluaran
yang menekankan pentingnya aspek kesesuaian antara
praktek pelaksanaan APBD dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Rechmatigheid yaitu: prinsip pengawasan pengeluaran
yang menitikberatkan perhatian pada segi legilitas
praktek pelaksanaan APBD.
c. Doelmatigheid yaitu: Prinsip pengawasan pengeluaran
yang menekankan pentingnya peranan faktor tolak
ukur dalam praktek pelaksanaan APBD

13
B. PENGAWASAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
Pengawasan Keuangan Daerah dimulai dari:
Perencanaan anggaran/kegiatan, pelaksanaan
anggaran/kegiatan sampai pada pelaporan
(Pertanggungjawaban) kegiatan yang dilaksanakan,
dengan melakukan pemeriksaan apakah anggaran
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1. Tahap Perencanaan.
•Dilakukan pemeriksaan apakah APBD telah disusun
berdasarkan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta berpedoman
pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
termasuk hasil evaluasi atas rancangan PERDA tentang
APBD dan PERDA tentang penjabaran APBD.

14
• Diperiksa apakah RKA-SKPD telah disusun berdasarkan :
- Keterkaitan pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan dan program sebagai
penjabaran dari TUPOKSI termasuk efisiensi dalam
pencapaian keluaran dan hasil tsb.
- Capaian atau target kinerja, indikator kinerja, analisis
standar belanja, standar satuan harga dan standar
pelayanan minimal.
(Pasal 91 ayat 4, 93 ayat 1 Permendagri no. 13 thn 2006).

15
2. Tahap Pelaksanaan anggaran/kegiatan
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah anggaran
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, misalnya:
• Apakah ada SKPD yang melakukan pengeluaran atas beban
APBD yang tdk tersedia anggaran dan/atau tdk cukup
tersedia anggarannya dalam APBD.
(Pasal 54 ayat 1 PP.no.58 tahun 2005, dan Pasal 122 ayat 6 Permendagri no.
13 tahun2006)
• Apakah Pelaksanaan belanja daerah berdasarkan prinsip
hemat, tidak mewah, efisien, efektif dan sesuai peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
(Pasal 122 ayat 10 Permendagri no.13 tahun 2006).

16
• Apakah Bendahara penerimaan telah menyetor Seluruh
penerimaannya ke rekening kas umum daerah
selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja.
(Pasal 57 ayat 2 PP 58 tahun 2005,
Pasal 2 ayat 2 Permendagri no. 55 tahun 2008).
• Apakah Setiap pengeluaran telah didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh
pihak yang menagih.
(Pasal 132 ayat 1 Permendagri no.13 tahun 2006).
• Apakah ada Pengeluaran kas yang mengakibatkan
beban APBD dilakukan sebelum rancangan PERDA
tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan dalam
lembaran daerah.
(Pasal 132 ayat 3 Permendagri no. 13 tahun 2006).

17
• Apakah Semua Pelaksanaan Anggaran SKPD telah
berdasarkan DPA-SKPD.
(Pasal 124 ayat 4 Permendagri no.13 tahun 2006).
• Apakah ada SKPD melakukan pungutan pajak dan
retribusi selain dari yang ditetapkan dalam
peraturan daerah.
(Pasal 128 ayat 2 Permendagri no. 13 tahun 2006,
Pasal 58 ayat 1 PP. No. 58 tahun 2005).

• Apakah ada Penerimaan SKPD yang merupakan


penerimaan daerah dipergunakan langsung untuk
pengeluaran.
(Pasal 59 ayat 1 PP.no. 58 tahun 2005).

18
3. Tahap Pertangungjawaban Anggaran.
• Inspektorat Provinsi melakukan Reviu terhadap
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebelum di audit
oleh BPK Perwakilan.
• Reviu dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
• Reviu adalah prosedur penelusuran angka dalam
laporan keuangan, permintaan keterangan kepada
pejabat entitas pelaporan/pejabat pengelola keuangan
daerah dan prosedur analitis yang harus menjadi dasar
memadai bagi Inspektorat untuk memperoleh
keyakinan terbatas bahwa tdk ada modifikasi material
yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar
laporan keuangan tsb sesuai dgn Standart akuntansi
pemerintah.
19
• Tujuan Reviu LKPD untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa LKPD disusun berdasarkan Sistem Pengendalian
Intern (SPI) yang memadai dan disajikan sesuai dengan
Standart Akuntansi Pemerintahan (SAP).
• Reviu tidak mencakup suatu pengujian atas kebenaran
substansi dokumen sumber seperti: perjanjian kontrak
pengadaan barang/jasa, bukti pembayaran kwitansi, berita
acara fisik atas pengadaan barang/jasa dan prosedur
lainnya yang biasanya dilakukan dalam sebuah pemeriksaan
(audit).
• Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
keuangan daerah dilakukan oleh BPK sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(Pasal 314 Permendagri no. 13 tahun 2006)

20
C. KERUGIAN DAERAH
• Pengelolaan Keuangan daerah yang berindikasi tindak pidana
korupsi yaitu pada tahap pelaksanaan anggaran sampai pada
pertanggungjawaban, apabila tidak dilaksanakan sesuai
aturan yang berlaku.
• Jika dalam melakukan pemeriksaan ditemukan ada kerugian
daerah maka:
 Setiap kerugian daerah yang disebabkan oleh tindakan
melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera
diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undagan.
 Bendahara, PNS bukan bendahara, atau pejabat lain yang
karena perbuataanya melanggar hukum atau melalaikan
kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian
tersebut.

21
 Kepala SKPD dapat segera melakukan tuntutan ganti
rugi, setelah mengetahui bahwa dalam SKPD ybs terjadi
kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.
(Padal 315 ayat 1, 2 dan 3 Permendagri no. 13 tahun 2006)
 Kerugian Daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau
kepala SKPD kepada kepala daerah dan diberitahukan kepada BPK
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian daerah itu
diketahui. (Pasal 316 Permendagri no. 13 tahun 2006)
 Bendahara, PNS bukan bendahara, dan pejabat lain
yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian
daerah dapat dikenai sanksi administratif dan/atau
sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(Pasal 319 ayat 1 Permendagri no. 13 tahun 2006).
22
D. HASIL PENGAWASAN
• Hasil Pemeriksaan Pejabat Pengawas pemerintah
(Inspektorat) dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP).
(Pasal 13 ayat 1 Permendagri no.23 tahun 2007).
• Hasil Monitoring dan evaluasi Pejabat pengawas
pemerintah Inspektorat dituangkan dalam bentuk laporan
hasil monitoring dan evaluasi.
(Pasal 14 ayat 1 Permendagri no. 23 tahun 2007).
• LHP Pejabat pengawas pemerintah Inspektorat Provinsi
disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada
Menteri dan BPK Perwakilan.
(Pasal 15 ayat 2 Permendagri no. 23 tahun 2007).

23
• Laporan hasil monitoring dan evaluasi Pejabat
pengawas pemerintah Inspektorat Provinsi
disampaikan kepada Gubernur dan tembusan kepada
Menteri.
(Pasal 16 ayat 2 Permendagri no. 23 tahun 2007).
• Penyusunan LHP selambat-lambatnya 15 hari setelah
selesai melakukan pemeriksaan.
(Lampiran II Permendagri no.23 tahun 2007).
• LHP Pejabat pengawas pemerintah Inspektorat ditindak
lanjuti oleh Pemerintah daerah sesuai dengan
rekomendasi.
(Pasal 17 ayat 1 Permendagri no.23 tahun 2007).

24
25

Anda mungkin juga menyukai