INSPEKTORAT KOTA
Jalan Gunung Agung Nomor 4 Tebing Tinggi 20614 Telepon/fax. (0621) 21757
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik, berdaya guna,
berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab diperlukan adanya pengawasan
oleh Inspektorat Kota Tebing Tinggi yang berkualitas.
b. bahwa dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota
Tebing Tinggi yang berkualitas diperlukan suatu ukuran mutu yang sesuai
dengan mandat pengawasan.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b, perlu menetapkan Keputusan Inspektur tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kegiatan Pengawasan Inspektorat Kota Tebing Tinggi.
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pengawasan adalah pengawasan intern yaitu seluruh proses kegiatan audit. reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan teta kepemerintahan yang baik.
(2) Aparat Pengawasan Intern Pamerintah (APIP) adalah Instansi Pemerintah yang
mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan, dan terdiri badan pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal (ltjen), Inspektorat Pemerintah
Provinsi, Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota.
(3) Pedoman pengawasan adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan
pengawasan yang wajib dipedomani oleh Aparat Pengawasan Intem Pemerinah (APIP).
(4) Piagam Audit Intern merupakan dokuman formal yang menyatakan tujuan, wewenang, dan
tanggungjawab kegiatan audit intern oleh Inspektorat yang dibuat dalam bentuk penegasan
komitmen dari para pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap arti pentingnya fungsi
audit intern atas penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan Daerah Kota Tebing Tinggi.
(5) Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, objektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan. kredibilitas, efektititas, efisiensi, dan keandaian informasi pelaksanaan tugas
dan tungsi instansi pemerintah.
(6) Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil prestasi suatu kegiatan dengan
standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan taktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
(7) Kebijakan daerah adalah meliputi peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan keputusan
kepala daerah.
(8) Audit kinerja adalah audit atas tugas dan instansi yang terdiri atas audit aspek ekonomi,
efisiensi dan efektifitas.
(9) Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pelaksana urusan pemerintahan di daerah.
(10) Auditor adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan
wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga
dan/atau pihak Iain yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban
yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
(11) Obyek Pengawasan Auditi adalah orang instansi pemerintah yang dilakukan pengawasan
oleh Inspektorat.
(12) Prinsip-prinsip dasar untuk pedoman pengawasan adalah asumsi- asumsi dasar, prinsip-
prinsip yang diterima secara umum dan persyaratan yang digunakan dalam
mengembangkan pedoman pengawasan yang bagi inspektorat berguna dalam
mengembangkan simpulan atau opini atas pengawasan intern yang dilakukan, terutama
dalam hal tidak adanya pedoman pengawasan yang berkaitan dengan hal-hal yang tengah
diawasi.
(13) Skeptisme profesional adalah sikap yeng mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan
dan melakukan pengujian secara kritis bukti.
(14) Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang akan berdampak
pada pencapaian tujuan. Risiko diukur dari segi dampak dan kemungkinan.
(15) Risiko sisa/inheren adalah risiko yang tersisa setelah manajemen mengambil tindakan
untuk mengurangi dampak dan kemungkinan suatu peristiwa yang merugikan.
(16) Selera resiko (risk appetite) adalah tingkat risiko suatu yang dapat diterima.
(17) Manajemen Resiko adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi, menilai, mengelolah dan
menggandahkan peristiwa atau situasi potensial untuk memberikan kayakinan memadai
tentang pencapaian tujuan organisasi.
(18) Compliance Office for Risk Management adalah Inspektorat Kota Tebing Tinggi yang
bertugas melaksanakan penyusunan program pengawasan berbasis resiko.
BAB Il
Pasal 2
(1) Maksud disusunnya Pedoman Penyusunan Rencana Kegiatan Pengawasan adalah sebagai
acuan bagi Auditor Inspsktorat daIam melakukan pengawasan intern di lingkungan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
(2) Tujuan disusunnya Pedoman Penyusunan Rencana Kegiatan Pengawasan adalah;
a. Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang mempersentasikan praktik-praktik pengawasan
yang seharusnya;
b. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan pengawasan intern
yang memiliki nilai tambah;
c. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja pengawasan;
d. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;
e. Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan pengawasan;
f. Menjadi pedoman dalam pekerjaan pengawasan;
g. Menjadi dasar penilaian kaberhasilan pekerjaan pengawasan.
(3) Pedoman Penyusunan Penyusunan Rencana Kegiatan Pengawasan Organisasi berfungsi
sebagai ukuran mutu minimal bagi Auditor;
a. Pelaksanaan tugas dan fungsi yang dapat mempersentasikan praktik-praktik
pengawasan yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan
peningkatan kegiatan pengawasan yang memiliki nilai tambah serta menetapkan dasar-
dasar pengukuran kinerja pengawasan;
b. pelaksanaan perencanaan pengawasan oleh Inspektorat Kota Tebing Tinggi.
BAB III
Pasal 3
BAB IV
pasal 4
(1) Auditor harus mengikuti pedoman pengawasan dalam segala pekerjaan pengawasan yang
dianggap material.
(2) Auditor harus secara terus-menerus meningkatkan kemampuan teknik dan metodologi
pengawasan.
pasal 5
(1) Inspektorat harus mengelolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara
ekonomis, efisien dan efektif, serta memprioritaskan alokasi sumber daya tersebut pada
kegiatan yang mempunyai risiko besar.
(2) Inspektorat harus menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan kegiatan
pengawasan.
(3) Inspektorat harus melaksanakan koordinasi dengan/dan membagi informasi kepada auditor
eksternal dan/atau auditor lainnya.
(4) Inspektorat wajib menyusun dan menyampaikan laporan secara barkala tentang realisasi
kinerja dan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan kepada Walikota Tebing Tinggi.
(5) Inspektorat harus mengembangkan dan mengendalikan kualitas pelaksanaan pengawasan.
BAB V
PERENCANAAN PENGAWASAN
Pasal 6
(1) Inspektorat diwajibkan menyusun rencana strategis 5 (lima) tahunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penyusunan kegiatan rencana strategis dituangkan dalam rencana pengawasan jangka
menengah lima tahunan.
(3) Berdasarkan rencana strategis yang telah ditetapkan, masing- masing obyek pengawasan
yang telah didaftar dialokasikan untuk tahun mana akan dilaksanakan.
Pasal 7
Pasal 8
(1) Penyusunan PKPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disusun dengan prioritas pada
kegiatan yang mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi.
(2) Inspektorat menetapkan besaran risiko untuk seluruh obyek pengawasan dan peta
pengawasan.
(3) Setiap obyek pengawasan ditaksir besaran resikonya berdasarkan unsur-unsur informasi
yang berkaitan dengan :
a. Resiko inheren/bawaan dengan bobot 40% (empat puluh persen);
b. Besaran anggaran dengan bobot 10% (sepuluh persen);
c. Kontribusi terhadap keberhasilan dengan bobot 10% (Sepuluh Persen);
d. Dampak terhadap masyarakat dengan bobot 10% (sepuluh persen);
e. Kemampuan APIP dengan bobot 30% (tiga puluh persen).
(4) Resiko inheren/bawaan sebagaimana pada ayat (3) huruf a meliputi total skor yang
diperoleh dari perkalian skor kemungkinan terjadi dengan skor dampak yang akan terjadi.
Dengan Penjelasan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III keputusan ini.
(5) Besaran Anggaran sebagaimana pada ayat (3) huruf b merupakan persentase besaran
anggaran kegiatan dibandingkan dengan besaran anggaran program. Dengan Penjelasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV keputusan ini.
(6) Kontribusi terhadap keberhasilan sebagaimana pada ayat (3) huruf c merupakan hasil kali
antara kontribusi program/kegiatan kepada IKU OPD dengan kontribusi IKU OPD kepada
IKU Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dengan Penjelasan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V keputusan ini.
(7) Dampak terhadap masyarakat sebagaimana pada ayat (3) huruf d merupakan akumulasi
kriteria sorotan masyarakat ditambah kriteria isu nasional ditambah kriteria pelayanan
public ditambah kriteria hajat hidup orang banyak. Dengan Penjelasan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI keputusan ini.
(8) Kemampuan APIP sebagaimana pada ayat (3) huruf e merupakan akumulasi kriteria
ketersediaan waktu ditambah kriteria manajemen resiko ditambah kriteria sertifikasi
auditor ditambah kriteria diklat teknis yang telah diikuti ditambah kriteria pengalaman.
Dengan Penjelasan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII keputusan ini.
(9) Akumulasi atas pembobotan unsur unsur sebagaimana ayat (3) menjadi skor akhir
penentuan rencana pengawasan dan dapat disimpulkan dengan 5 (lima) skala kategori
tingkat resiko, yaitu :
a. Level 1 (Paling Rendah) dengan interval skor 0,01 – 1;
b. Level 2 (Rendah) dengan interval skor 1,01 – 2;
c. Level 3 (Sedang) dengan interval skor 2,01 – 3;
d. Level 4 (Tinggi) dengan interval skor 3,01 – 4;
e. Level 5 (Sangat Tinggi) dengan interval 4,01 – 5.
(10) Inspektorat selanjutnya menyusun peta pengawasan yang meliputi obyek pengawasan,
besaran risiko, jadwal operasional pelaksanaan pengawasan dan keterangan pengawasan
berdasarkan tingkat resikonya sebagaimana diatur dalam ayat (9) dalam bentuk prioritas
resiko tercantum pada Lampiran VIII. Untuk Level 4 dan Level 5 harus segera mendapat
perhatian khusus untuk dapat dimitigasi secepatnya.
(11) Penetapan besaran resiko tiap obyek pengawasan dilakukan setahun sekali pada saat
penyusunan rencana pengawasan tahunan dan dapat disusun dipertengahan tahun jika
diperlukan menurut pertimbangan manajemen.
(12) Audit Universe/peta pengawasan inspektorat dengan berdasarkan tingkat prioritas
resiko menggunakan formulir audit universe sebagaimana tercantum pada Lampiran IX
keputusan ini.
Pasal 10
Pasal 11
Pengendalian mutu atas perencanaan pengawasan dilaksanakan atas penyusunan rencana dan
program kerja pengawasan serta koordinasi dengan obyek pengawasan.
Pasal 12
Prosedur pengendalian mutu atas penyusunan rencana dan program kerja pengawasan pada
tingkat tim adalah:
Pasal 13
(1) Sebelum melaksanakan kegiatan pengawasan, Tim perlu melakukan koordinasi dengan
pihak obyek pengawasan agar pelaksanaan pengawasan tersebut dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
(2) Prosedur untuk melakukan koordinasi dengan obyek pengawasan tentang rencena
pelaksanaan pengawasan adalah:
a. Setelah selesai merencanakan kegiatan pengawasan pada tingkat tim maka Ketua
Tim merencanakan koordinasi dengan obyek pengawasan;
b. Tim kegiatan pengawasan juga akan mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan obyek pengawasan, yang belum dimiliki oleh Tim antara
tujuan dan lingkup kerja kegiatan pengawasan yang direncanakan, waktu
pelaksanaan kegiatan pengawasan, auditor yang akan ditugaskan, metode, waktu
dan tanggung jawab, permasalahan obyek Pengewasan serta prosedur pelaporan
dan proses pengawasan tindak Ianjut;
c. Dalam koordinasi tersebut harus ada kesepakatan tertulis yang kemudian
disajikan dalam sebuah Notulensi Kesepakatan antara tim kegiatan pekaksanaan
pengawasan dengan obyek pengawasan.
(3) Notulen ini kemudian didokumentasikan dalam kertas kerja kegiatan pengawasan
sebagai panduan selama proses pengawasan berjalan.
Pasal 14
(1) Penerapan dan pengembangan Manajemen Resiko pada setiap OPD berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku:
(2) Konsultasi dan bimbingan daläm penerapan Manajemen Resiko dapat dilakukan oleh
setiap OPD kepada inspektorat sebagai Compliance Office for Risk Management.
(3) Konsultansi dan bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan
sejak tanggal ditetapkannya keputusan ini.
BAB VI
ANALISIS DAMPAK
Pasal 15
(1) Dalam hal penyusunan rencana pengawasan terhadap prioritas resiko pada
program/kegiatan OPD terkait yang memiliki tingkat resiko tinggi dan sangat tinggi
harus ditangani secepatnya dengan dukungan sumber daya yang ada.
(2) Penerapan prioritas resiko sebagaimana ayat (1) harus didukung dengan alokasi sumber
daya yang memadai. Jika tidak, maka tujuan manajemen pengawasan tidak berjalan
secara efektif dan efisien.
(3) Alokasi sumber daya sebagaimana ayat (2) terdiri dari ketersediaan anggaran, alokasi
waktu, kuantitas Aparatur dan kompetensi Aparatur.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 16
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa hal-hal yang
belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan kemudian.
Identifikasi
Hitung Resiko Inheren
Program/Kegiatan OPD
Mulai program/kegiatan
dengan masing masing
urusannya
Evaluasi Signifikansi
Evaluasi Kemampuan APIP
Program/Kegiatan
Anggaran Pengawasan
Jadwal Pelaksanaan
Objek Pengawasan
Jenis Pengawasan
Jumlah Tenaga
Laporan Hasil
Pengawasan
Pengawas
NO
1 2 3 4 5 6 7
PETUNJUK PENGISIAN :
a. Kolom 1 diisi dengan nomor urut
b. Kolom 2 diisi dengan nama obyek pengawasan
c. Kolom 3 diisi dengan Jenis Pengawasan
d. Kolom 4 diisi dengan Jadwal Pelaksanaan
e. Kolom 5 diisi dengan Jumlah Tenaga Pengawas
f. Kolom 6 diisi dengan Anggaran Pengawasan
g. Kolom 7 diisi dengan Laporan Hasil Pengawasan
LAMPIRAN III KEPUTUSAN INSPEKTUR
Probabilitas Dampak
Tingkat Resiko
(P) (D)
Total Skor/
Skor Akhir
Pernyataan
Kegiatan
Program
=PxD
Urusan
Tujuan
Resiko
Skala
Skala
SKor
Skor
No
Skor Probabilitas/Kemungkinan
Probabilitas
Skor
Skala Kriteria
1 Sangat Kecil 1x dalam kurun waktu lebih dari 3
2 Kecil 1x dalam 3 tahun
3 Sedang 1x dalam 2 tahun
4 Besar 1x dalam 1 tahun
5 Sangat Besar Lebih dari 1x dalam 1 tahun
Skor Dampak
Dampak
Skor
Skala Kriteria
1 Tidak Signifikan Tidak menggangu pencapaian tujuan
2 Kecil Gangguan kecil dalam pencapaian tujuan yang dapat segera diatasi
3 Sedang Gangguan sedang dalam pencapaian tujuan, dapat diatasi dengan
perhatian manajemen
4 Signifikan Mengganggu pencapaian tujuan secara signifikan, sulit diatasi dan
perlu perhatian manajemen
5 Sangat Signifikan Tujuan tidak tercapai
BESARAN ANGGARAN
dengan Anggaran
Pemerintah/OPD
dibandingkan
Persentase
Kegaiatan
Anggaran
Anggaran
Anggaran
Kegiatan
Kegiatan
Program
Program
Program
Urusan
Skor
No
Skor Keterkaitan
dengan IKU OPD
Pemerintah/OPD
IKU Pemda
Skor Akhir
IKU OPD
Kegiatan
Program
Urusan
Tujuan
No
Catatan :
Semakin besar kontribusi suatu auditable unit maka semakin diberikan skor tinggi. Penilaian
kontribusi auditable unit terkait erat dengan IKU Pemerintah Daerah. Penilaian kontribusinya
dikaitkan dengan seberapa penting peran auditable unit tersebut dalam mencapai IKU OPD
dan/atau IKU Pemerintah Daerah.
LAMPIRAN VI KEPUTUSAN INSPEKTUR
Kriteria
Pemerintah/OPD
Hajat Hidup
Orang Banyak
Isu Nasional
Pelayanan
Masrakat
Kegiatan
Program
Sorotan
Jumlah
Urusan
Publik
Skor
No
Kriteria :
Pemberian skor dampak terhadap masyarakat dilakukan berdasarkan 4 indikator, yaitu:
A. menjadi sorotan masyarakat (berita media cetak dan media elektronik)
B. menjadi isu nasional (masalah nasional di pemerintahan, media cetak dan media elektronik)
C. penyedia layanan publik
D. menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak
semakin banyak indikator yang terpenuhi maka semakin tinggi skornya.
Kriteria
Pemerintah/OPD
Nama Kegiatan
Rentang Waktu
Manajemen Resiko
Sertifikasi Auditor
Pengawasan
Diklat Teknis
Kegiatan
Ketersediaan
Program
Tersedia
Pengalaman
Jumlah
Urusan
RMP
SKor
Tim
No
Waktu
Kriteria :
Tingkat Kemampuan APIP diukur berdasarkan 5 indikator, yaitu:
A. Tim tidak memiliki lebih dari 2 rencana penugasan dalam waktu bersamaan
B. Pengendali teknis, ketua tim dan minimal 1 anggota tim sudah memiliki sertifikat auditor yang
sesuai
C. 50% dari personil tim memiliki pengalaman terkait objek yang diperiksa
D. 50% personil tim memahami tentang identifikasi dan analisis risiko serta penilaian efektivitas
manajemen risiko
E. 50% personil tim pernah mengikuti diklat teknis terkait objek yang diperiksa semakin banyak
indikator yang terpenuhi maka semakin tinggi skornya.
PRIORITAS RESIKO
Signifikansi
Program/Kegiatan
Kontribusi terhadap
terhadap
Kemampuan APIP
Besaran Anggaran
PEMERINTAH/
TIDAK WAJIN
Level Maturitas
Resiko Inheren
NAMA OPD
KEGIATAN
keberhasilan
PROGRAM
Skor Akhir/
Masyarakat
Total Skor
URUSAN
Rangking
Dampak
WAJIB/
(40%)
(30%)
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PETUNJUK PENGISIAN :
a. Kolom 1 diisi dengan nomor urut
b. Kolom 2 diisi dengan nama obyek pengawasan
c. Kolom 3 s.d 4 diisi dengan Program dan Kegiatan
d. Kolom 5 diisi dengan Urusan Wajib atau Bukan Wajib
e. Kolom 6 diisi dengan level resiko inhern dikali dengan bobot 40%
f. Kolom 7 s.d 9 diisi dengan level sub unsur dikali dengan bobot 10%
g. Kolom 10 diisi dengan level Kemampuan APIP dikali dengan bobot 30%
h. Kolom 11 dan 12 Total Skor Pembobotan dan Skor Akhir Level Maturitas Manajemen
Resiko
i. Kolom 13 diisi dengan Ranking
LAMPIRAN IX KEPUTUSAN INSPEKTUR
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
PENGAWASAN INSPEKTORAT KOTA TEBING TINGGI
AUDIT UNIVERSE
Pengendalian
Efektivitas Pengendalian
Dampak kepada
Indikator Tujuan Renja
Masyarakat
Target Tahunan Dampak Probabilitas
Indikator Kegiatan
Indikator Program
Indikator Sasaran
Indikator Tujuan
Tujuan Strategis
Pemda
Tingkat Risiko
Tujuan Renja
Uraian Risiko
Persentase
No.
Nilai (Rp)
Kegiatan
Program
Sasaran
Uraian Dampak
Uraian
Skala Dampak
Misi
Probabilitas
Probabilitas
Capaian
Satuan
Uraian
Tahun
Skala
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
PETUNJUK PENGISIAN :
a. Kolom 1 diisi dengan Nomor Urut
b. Kolom 2 diisi dengan Misi Pemerintah Kota Tebing Tinggi
c. Kolom 3 diisi dengan Tujuan Strategis Pemerintah Kota Tebing Tinggi
d. Kolom 4 diisi dengan Indikator Tujuan Pemerintah Kota Tebing Tinggi
e. Kolom 5 diisi dengan Sasaran
f. Kolom 6 diisi dengan Indikator Sasaran
g. Kolom 7 diisi dengan Satuan target tahunan
h. Kolom 8 diisi dengan Tahun berjalan
i. Kolom 9 diisi dengan uraian target capaian
j. Kolom 10 diisi dengan Tujuan Renja OPD
k. Kolom 11 diisi dengan Indikator Tujuan Renja OPD
l. Kolom 12 diisi dengan program pada DPA OPD non rutin
m. Kolom 13 diisi dengan program pada DPA OPD non rutin
n. Kolom 14 diisi dengan Kegiatan OPD non rutin
o. Kolom 15 diisi dengan Indikator Kegiatan OPD non rutin
p. Kolom 16 diisi dengan Kontribusi terhadap tujuan pemerintah kota tebing tinggi
q. Kolom 17 diisi dengan level manajemen resiko
r. Kolom 18 diisi dengan uraian resiko
s. Kolom 19 diisi dengan uraian dampak
t. Kolom 20 diisi dengan skala dampak
u. Kolom 21 diisi dengan uraian probabilitas
v. Kolom 22 diisi dengan skala probabilitas
w. Kolom 23 diisi dengan tingkat resiko
x. Kolom 24 diisi dengan uraian pengendalian terpasang
y. Kolom 25 diisi dengan efektifitas pengendalian terpasang
z. Kolom 26 diisi dengan nilai anggaran dalam rupiah
aa. Kolom 27 diisi dengan persentase anggaran
bb. Kolom 28 diisi dengan dampak kepada masyarakat
LAMPIRAN X KEPUTUSAN INSPEKTUR
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
PENGAWASAN INSPEKTORAT KOTA TEBING TINGGI
KARTU PENUGASAN
Nomor: ..............
1. a. Nama Obyek Pengawasan : ............................
b. No File Permanen : ............................
c. Rencana audit nomor : ............................
d. Audit : ............................
2. Alamat dan Nomor Telepon : ............................
3. Tingkat Risiko Unit/Aktivitas : ............................
4. Tujuan audit : ............................
5. a. Nama Ketua Tim : ............................
b. Nama Anggota Tim : 1..........................
2..........................
6. a. Auditi dilakukan dengan Surat Tugas Nomor : ............................
b. Audit direncana kan mulai tanggal dan selesai
Tanggal : ............................
7. Anggaran yang Diajukan : ............................
8. Anggaran yang Disetujui : ............................
9. Catatan Penting dari Penanggung Jawab : ...........................
PETUNJUK PENGISIAN:
a. Kolom nomor diisi dengan nomor urut kartu penugasan
b. Kolom nama auditi diisi dengan nama auditi yang akan diaudit
c. Kolom nomor file permanen diisi dengan nomor urut file permanen auditi
d. Kolom nomor rencana audit diisi dengan nomor rencana audit tersebut
e. Kolom audit terakhir diisi dengan tahun terakhir dilakukannya audit
f. Kolom alamat dan nomor telepon diisi dengan alamat dan nomor telepon auditi
g. Kolom tingkat risiko diisi dengan hasil perhitungan risiko auditi tersebut
h. Kolom nama ketua tim dan anggota tim diisi dengan nama ketua dan anggota yang bertugas.
i. Kolom nomor surat tugas diisi dengan nomor surat tugas audit tersebut
j. Kolom tanggal mulai dan selesainya audit cukup jelas
k. Kolom anggaran yang diusulkan diisi dengan jumlah anggaran yang diusulkan
l. Kolom anggaran yang disetujui diisi dengan jumlah anggaran yang disetujui.
m. Kolom catatan penting diisi dengan catatan yang diberikan oleh penanggung jawab
n. Kolom tanggal diisi dengan tempat dan tanggal penulisan kartu penugasan
o. Kolom tanda tangan ketua tim dan penanggung jawab cukup jelas
LAMPIRAN XI KEPUTUSAN INSPEKTUR
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
PENGAWASAN INSPEKTORAT KOTA TEBING TINGGI
PETUNJUK PENGISIAN
a. Kolom nama obyek pengawasan diisi dengan nama obyek pengawasan yang diperiksa
b. Kolom disusun oleh diisi dengan jenis pengawasan audit.
c. Kolom disusun oleh diisi dengan nama penyusun alokasi anggaran waktu pengawasan
d. Kolom sasaran pengawasan diisi dengan sasaran audit yang telah ditetapkan
e. Kolom disetujui diisi dengan persetujuan yang diberikan oleh Penanggung Jawab
f. Kolom 1 diisi dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan butir-butir
tersebut dapat dikembangkan sesuai kondisi.
g. Kolom 2 diisi dengan nama ketua tim dan anggota tim yang ditugaskan
h. Kolom 3 diisi dengan tanggal pelaksanaan pekerjaan
i. Kolom 4 diisi dengan perkiraan waktu yang akan dipakau untuk melakukan pekerjaan tersebut
j. Kolom 5 diisi dengan perkiraan biaya yang akan dipakai untuk melakukan pekerjaan tersebut
k. Kolom jumlah diisi dengan jumlah jam yang dianggarkan dan jumlah biaya yang dianggarkan
LAMPIRAN XII KEPUTUSAN INSPEKTUR
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
PENGAWASAN INSPEKTORAT KOTA TEBING TINGGI
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
PETUNJUK PENGISIAN
a. Kolom unit organisasi, program, kegiatan diisi dengan nama unit yang bersangkutan
b. Kolom jenis pengawasan diisi dengan kegiatan audit
c. Kolom tahun diisi dengan tahun audit tersebut
d. Kolom dikerjakan oleh diisi dengan nama penyusun program audit tersebut
e. Kolom 1 diisi dengan nomor urut
f. Kolom 2 diisi dengan tujuan audit yang hendak dicapai
g. Kolom 3 diisi dengan prosedur, ukuran sampel, metode dan waktu yang akan dipakai
h. Kolom 4 diisi dengan anggaran waktu yang diperlukan
i. Kolom 5 diisi dengan nama auditor yang bertugas
j. Kolom 6 diisi dengan realisasi waktu yang dipakai untuk melaksanakan kolom 3
k. Kolom 7 diisi dengan nomor KKP sebagai pengendali arsip