2. TUJUAN PEMERIKSAAN
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai apakah:
a. Sistem Pengendalian Intern (SPI) telah dilaksanakan secara efektif;
b. Pengelolaan keuangan daerah dan pendapatan asli daerah telah mematuhi
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; dan
c. Penggunaan sumber daya telah memperhatikan azas Kehematan, Efisiensi dan
Efektifitas.
PENDEKATAN PEMERIKSAAN
Penilaian terhadap SPI dan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan dan
PAD serta pemeriksaan terhadap penggunaan sumber daya, dilakukan dengan
pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
a. Pemahaman Entitas
Pemahaman tentang entitas yang akan diperiksa dapat diperoleh dari laporan
hasil pemeriksaan auditor ekternal (BPK) atau pemeriksa lainnya, hasil
pemantauan tindak lanjut, hasil evaluasi bukti-bukti pertanggungjawab
belanja (SPJ) yang sebelumnya telah dilakukan, dan database yang telah
dimiliki serta peraturan atau kebijakan tertulis/formal kepala daerah dan Kepala
SKPD terkait. Pemahaman atas entitas tersebut juga meliputi pemahaman atas
kegiatan utama entitas termasuk sumber pendapatan daerah, lingkungan yang
mempengaruhi, pejabat terkait, dan kejadian-kejadian luar biasa yang
berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah.
d. Pendekatan Resiko
Pendekatan resiko, dapat didasarkan pada pemahaman dan pengujian atas
efektivitas SPI. Hasil pemahaman dan pengujian atas SPI tersebut akan
menentukan tingkat keandalan SPI, sesuai ketentuan yang berlaku. Penetapan
resiko pemeriksaan (audit risk) simultan dengan tingkat keandalan
pengendalian (resiko pengendalian), tingkat bawaan (inherent risk) dan resiko
deteksi (detection risk) untuk menentukan fokus pemeriksaan.
e. Prosedur Analisis
Prosedur analitis merupakan evaluasi atas informasi keuangan dalam laporan
keuangan dengan melihat hubungan antar data keuangan yang ada dan atau
antara data keuangan dan data non keuangan yang tersedia. Prosedur ini tidak
dapat digunakan untuk menilai semua asersi. Prosedur analitis yang dapat
dilakukan meliputi analisa data, teknik prediktif dan analisa rasio dan tren.
Pengujian analitis terinci ini diharapkan dapat membantu pemeriksa untuk
menemukan hubungan logis penyajian akun/pos pada laporan keuangan dan
menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada pos/akun/unsur
pada laporan keuangan yang diperiksa, serta membantu menentukan area-
area signifikan dalam pengujian sistem pengendalian intern dan pengujian
substantif atas transaksi dan saldo.
g. Pelaporan
Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan pemeriksaan
tersebut di atas harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk
mengklarifikasikan dan memperoleh tanggapan tertulis sebelum disajikan
sebagai temuan pemeriksaan.
5. BATASAN PEMERIKSAAN
Batasan pemeriksaan yang terapkan yaitu:
a. Pemeriksaan dilakukan untuk periode tanggal ________________ [tanggal
penutupan kas pada pemeriksaan sebelumnya] sampai dengan
______________ [tanggal penutupan kas pada pemeriksaan ini];
b. Pemeriksaan dilaksanakan tanggal _________ [tanggal surat
penugasan/SPPD] sampai dengan _________ [tanggal penugasan/SPPD
berakhir].
6. STRATEGI PELAPORAN
Laporan Hasil Pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
a. BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN;
b. BAB II URAIAN HASIL PEMERIKSAAN;
c. BAB III PENUTUP.
HASIL PEMERIKSAAN
1. HASIL PENILAIAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)
Menurut penilaian kami, pengendalian intern yang dilaksanakan dalam
pengelolaan keuangan secara umum __________ [cukup/kurang/tidak] memadai.
Adapun kelemahan yang masih ditemukan dalam pengendalian intern tersebut
adalah sebagai berikut
[Contoh-contoh kelemahan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern:
a. Bukti-bukti transaksi keuangan tidak sah, tidak lengkap, dan atau tidak
dipelihara/didokumentasikan dengan baik;
b. Pencatatan dan atau pembukuan tidak dilaksanakan secara tertib dan tepat
waktu serta tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (SAP);
c. Standar atau pedoman pengelolaan keuangan daerah dan atau kebijakan
akuntansi yang diterapkan tidak sesuai dengan peraturan perundangan di
atasnya;
d. Nilai Kas tidak dilakukan cash opname secara tertib;
e. Barang persediaan yang dimiliki tidak dibukukan secara tertib dan dilakukan
stock opname;
f. Instansi atau SKPD tidak menyelenggarakan pembukuan dan atau menyusun
LK (LRA, Neraca dan CaLK) instansinya atau pelaporan tidak ada, tidak sesuai
standar, tidak dilaksanakan atau mengalami keterlambatan;
g. Pengendalian/pengelolaan uang muka tidak tertib/tidak tepat;
h. Kegiatan/program yang dilaksanakan belum dianggarkan pada tahun anggaran
yang bersangkutan;
i. Pendapatan daerah yang telah dipungut dan diterima belum ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
j. Penyampaian laporan pertanggungjawaban belanja (SPJ) tidak disampaikan
tepat waktu/terlambat;
k. Pembukuan Buku Kas Umum tidak dilakukan pengawasan/penutupan oleh
atasan langsung Bendahara secara tertib;
l. Terdapat kesalahan penganggaran baik pada pendapatan maupun belanja
daerah;
m. Penggunaan anggaran belanja daerah tidak sesuai dengan peruntukanny
Penetapan pajak/retribusi daerah tidak berdasarkan pada SKPD/SKRD;
o. Penetapan SKPD/SKRD tidak berdasarkan potensi riil dari pendapatan daerah;
p. Penyimpangan terhadap ketentuan intern organisasi yang diperiksa, misalnya,
penyimpangan terhadap SOP yang diterapkan pada suatu SKPD/organisasi
yang diperiksa;
q. Dan lainnya].
ajak-pajak yang masih perlu dipungut oleh bendahara atau wajib pungut;
f. Tuntutan perbendaharaan kepada bendahara atau tuntutan ganti rugi kepada
pihak ketiga belum diselesaikan pembayarannya/pelunasannya;
g. Sisa uang yang harus dipertanggungjawabkan (UUDP/UYHD) pada akhir tahun
anggaran yang tidak digunakan lagi, tidak disetorkan ke Kas Daerah;
h. Kewajiban penyetoran penerimaan daerah bukan pajak yang belum
diselesaikan;
i. Penyimpangan terhadap peraturan perundangan bidang pengelolaan badan
usaha daerah (BUMD);
j. Pembayaran gaji pada pegawai yang telah pensiun atau perhitungan
pembayaran gaji yang tidak tepat;
k. Penyimpangan terhadap peraturan perundangan bidang pengelolaan keuangan
daerah lainnya, seperti perda tentang bantuan keuangan dan sosial/hibah,
bantuan kepada parpol, dana bergulir dan lainnya.
l. Penyimpangan terhadap peraturan perundangan bidang pengelolaan barang
milik daerah;
m. Terdapat upaya untuk melakukan pemecahan atas pengadaan barang/jasa atau
pemborongan pekerjaan;
n. Penyimpangan terhadap peraturan perundangan bidang teknis tertentu
(misalnya, spesifikasi ke PU-an);
o. Kekurangan kuantitas dan kualitas atas barang/jasa hasil pengadaan atau
pemborongan pekerjaan;
p. Denda atas keterlambatan pekerjaan/pengadaan barang/jasa, belum
ditetapkan/dikenakan atau sudah ditetapkan tetapi belum disetorkan ke Kas
Daerah;
q. Tindakan lain pegawai yang menimbulkan kerugian negara/daerah.]
3. HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEHEMATAN, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN SUMBER DAYA
Hasil pemeriksaan kami menunjukkan bahwa penggunaan sumber daya secara
umum ______ [telah/belum] sepenuhnya hemat, efisien dan efektif. Penyimpangan
yang masih ditemukan adalah:
[Contoh penyimpangan atas efesiensi, ekonomis (kehematan) dan efektifitas
a. Penyimpangan Efesiensi, yang berdampak pada penggunaan input maupun
output yang tidak semestinya:
1) Penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang digunakan untuk
mencapai target (input) tidak dilakukan;
2) Penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang digunakan untuk
mencapai target (input) tidak sesuai standar;
3) Pemanfaatan barang/jasa dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang
ditetapkan;
4) Pencapaian target dilakukan dengan menggunakan barang/jasa yang
melebihi standar yang ditetapkan (misalnya dalam hal penetapan target
PAD ditetapkan kurang dari potensi PAD yang sebenarnya).
5) Dan lainnya.
b. Penyimpangan Kehematan, yang dapat berdampak pada pemborosan
keuangan daerah:
LHP Reguler Tahun ____ atas Pengelolaan Keuangan dan PAD pada _________