Anda di halaman 1dari 44

BAGIAN ANESTESIOLOGI, PERAWATAN INTENSIF,

DAN MANAJEMEN NYERI TEXTBOOK READING


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2012

PENGHAMBAT SIKLOOKSIGENASE-2
DAN OBAT-OBAT ANTI INFLAMASI NONSTEROID NONSPESIFIK
 Stoelting RK, Hillier SC. Cyclooxygenase-2 inhibitors and nonspecific nonsteroidal antiinflammatory
drugs. In: Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice, 4th ed. Philadelphia. Lippincott Williams &
Wilkins; 2006. P: 276-291.

Oleh:
Saraswati Wulandari Hartono
C11107005
 
Pembimbing:
dr. Fitriani Asrul
 
Supervisor:
dr. Ratnawati, Sp.An
 
  DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
Cyclooxygenase (COX) pathways
KLASIFIKASI OAINS

 OAINS merupakan istilah untuk sekelompok


obat-obatan yang memiliki efek analgesik,
antiinflamasi, dan antipiretik.
Penghambat konvensional
Penghambat selektif COX-2
non-spesifik

ibuprofen
celecoxib
naproxen
aspirin valdecoxib
asetaminofen
parecoxib
ketorolac
Karakteristik Obat Antiinflamasi Non
Steroid

 ↓ aktivasi dan sensitisasi nosiseptor perifer


 ↓ respon inflamasi
 Tidak ada ketergantungan atau adiksi
 Efek sinergik dengan opioid
 Analgesia preemtive (menurunkan sensitisasi neuronal)
 Tidak ada depresi pernapasan
 Kurang menyebabkan mual dan muntah dibandingkan opioid
 Durasi kerja yang panjang
 Dosis rendah yang bervariabel dibandingkan opioid
 Tidak ada perubahan pupil
 Tidak ada gangguan kognitif
Efek samping potensial yang dihasilkan oleh
OAINS

 Menghambat agregasi platelet


 Ulserasi gaster
 Gangguan ginjal
 Kerusakan hepatoseluler
 Eksaserbasi asma
 Reaksi alergi
 Tinnitus
 Urtikaria
PENGHAMBAT SPESIFIK SIKLOOKSIGENASE-2

Celecoxib Rofecoxib

Valdecoxib Parecoxib
Penggunaan klinis

Cele Rofe Pare Valde


coxib coxib coxib coxib

Nyeri akut
Osteoartritis ●
Nyeri akut


Rheumatoid
Osteoartriti
artritis
s


Nye Osteoartriti
s


Familial
Rheumatoi
adenomatous
polyposis
d artritis

ri Rheumatoi

d artritis

Nyeri akut dan
Dismenore
akut primer
Dismenore
● ●
dismenore
primer
primer
Penggunaan klinis...

Penanganan
Keunggulan
Nyeri Pasca
Analgesik
Pembedahan

Proteksi
Proteksi
terhadap
terhadap
kanker
dementia
kolorektal
Penghambat Spesifik COX-2 - Efek samping

Efek

Asma

Saluran
Alergi
cerna

Hepar Koagulasi

Ginjal Jantung
INHIBITOR SIKLOOKSIGENASE NON-SPESIFIK

Asam Asam Asam Asam Pyrro


Karbo Aset Propi Enola pyrro
ksilat at onat t le

Terasetilita ●
Indom ●
Fenilb

si: Aspirin
Non- etasin


Ibuprofen
Naproxen utazo
Ket

terasetilisa ●
Sulinda Fenoprof
oro

si: Natrium
c en n
salisilat,
Salicilamid ●
Tolmet

Ketoprof ●
Piroxi
e,
Diflunisal in
en
cam lac
Aspirin (Asam Asetilsalisilat)

 menghambat enzim COX-asetil secara irreversibel

Farmakokinetik
Cepat diabsorpsi di Setelah diabsorpsi ke
dalam sirkulasi sistemik,
usus halus dan lebih aspirin dihirolisasi di hepar
rendah pada lambung. menjadi asam salisilat.

Metabolisme asam salisilat


juga terjadi di hepar, yang
terkonjugasi oleh glisin
menjadi bentuk asam
salisilurik

Ekskresi ginjal dari asam Eliminasi waktu paruh


salisilat bervariasi tinggi, dari >
Aspirin - Penggunaan klinis

Analgesik pada
nyeri intensitas
rendah

Antiplatelet Antipiretik
Lanjutan (Aspirin)...

 Pasien uremik sangat sensitif mengalami perdarahan yang


diinduksi oleh aspirin. Dosis kecil aspirin yang tidak
memperpanjang waktu perdarahan pada pasien normal,
akan memperpanjang waktu perdarahan sekitar 15 menit
pada pasien uremik.

 Prostaglandin mungkin berperan dalam mempertahankan


patensi duktus arteriosus, dan obat yang menghambat
sintesis prostaglandin, seperti indometasin, telah
digunakan dengan keberhasilan terbatas pada neonatus
untuk mendorong penutupan duktus arteriosus.
Aspirin - Efek samping

Efek samping lain:


stimulasi SSP
Efek samping utama:
gangguan hepar dan
gangguan saluran
ginjal
cerna
perubahan metabolik
inhibisi fungsi platelet.
efek uterin
reaksi alergi
Asetaminofen

 Analgetik dan antipiretik.


 Obat ini tidak dimasukkan sebagai OAINS
yang sebenarnya karena tidak atau sangat
sedikit memiliki antiinflamasi.
 Pada dosis oral 325 hingga 650 mg setiap 4
sampai 6 jam, asetaminofen adalah alternatif
aspirin yang baik sebagai analgetik dan
antipiretik, terutama pada pasien anak dan
pada pasien dengan kontraindikasi salisilat.
Asetaminofen - Farmakokinetik

 Absorpsi sistemik asetaminofen hampir


sempurna setelah pemberian oral, dan ikatan
signifikan dengan protein serum tidak terjadi.
 Asetaminofen diubah dengan konjugasi dan
hidroksilasi pada hati menjadi metabolit
inaktif dan hanya sedikit dari obat itu
dieksresi tanpa perubahan.
Asetaminofen – Efek Samping

 Toksisitas ginjal
 Toksisitas hepar dapat terjadi pada dosis
harian asetaminofen melebihi 4 gram dan
bahkan pada dosis yang lebih rendah jika
dikonsumsi dengan alkohol karena
menurunnya simpanan glutation  terapi:
asetilsistein
Diflunisal
Efek antiartritis juga
Derivat asam salisilat yang
menonjol, namun kerja
terfluorinasi, yang
antipiretiknya walaupun
berbeda secara kimiawi
ada tapi tidak bermakna
dengan salisilat.
secara klinis.

Efek pada fungsi platelet dan


Efek samping yang paling waktu perdarahan tergantung
pada dosisnya, namun
sering: mual, muntah, dan berkebalikan dengan aspirin,
iritasi gastrointestinal. efek diflunisal bersifat
reversibel.
Indometasin
Derivat indol termetilasi dengan
efek analgetik, antipiretik, dan Obat ini merupakan satu dari
antiinflamasi yang sebanding penghambat COX yang paling kuat.
dengan salisilat.

Indometasin merupakan obat Efek antiinflamasi sebanding dengan


kolkisin pada pengobatan serangan
pilihan pada pengobatan
akut artritis gout. Sebaliknya,
ankylosing spondylitis dan dapat
indometasin tidak mengatasi
dipertimbangkan untuk terapi hiperurisemia sehingga tidak
sindrom Reiter. berguna untuk pasien gout kronis.

Gagal jantung pada neonatus yang


Indometasin lebih efektif dibanding
disebabkan oleh patent ductus
aspirin dalam mengatasi nyeri
Indometasin – Efek Samping

 Gangguan gastrointestinal dan nyeri kepala


frontal yang berat.
 Menghambat agregasi platelet.
 Tes fungsi hati dapat menjadi abnormal
 Gangguan ginjal.
Sulindac

 Analog substitusi dari indometasin.


 Obat induknya tidak aktif (suatu prodrug)
direduksi secara in vivo menjadi bentuk sulfida.
 Metabolit aktif diklirens dengan lambat dari
plasma, utamanya lewat empedu, dengan
waktu paruh eliminasi sekitar 16 jam.
 Efek sampingnya: inhibisi agregasi platelet,
iritasi gastrointestinal, disfungsi ginjal, dan
perubahan tes fungsi hati.
Tolmetin

 Obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi


yang mirip dengan salisilat, menyebabkan iritasi
lambung dan memperpanjang waktu perdarahan.
 Obat ini lebih kuat dari salisilat dan kurang poten
dibanding indometasin atau fenilbutazon.
 Setelah pemberian oral, absorpsinya cepat dan
ikatan dengan protein plasma sangat banyak
(99%). Sebagian besar tolmetin diinaktivasi
melalui dekarboksilasi.
Derivat asam propionat

 Ibuprofen, naproxen, dan diklofenak.


 Mengobati berbagai bentuk artritis antara
lain osteoartritis, artritis reumatoid, dan
artritis gout akut.
 Naproxen cukup unik karena waktu paruh
eliminasinya yang panjang membuat
pemberian obat ini efektif diberikan dua kali
sehari.
Derivat asam propionat - Farmakokinetik

Ibuprofen Naproxen Diklofenak

dieliminasi dieliminasi melalui


melalui metabolisme menjadi
dimetabolisme glukoronida, hidroksi,
metabolisme
melalui dealkilasi dan konjugat sulfat,
menjadi konjugat diikuti dengan eksresi
oleh sitokrom P-
hidroksil atau dalam urin dan
450 dan < 10% empedu. Eliminasinya
karboksil dengan
dieksresikan cepat dengan 90%
<1% dari obat ini
ditemukan tidak
tanpa diubah klirens terjadi dalam 3
dalam urin. hingga 4 jam dan <1%
berubah dalam tidak berubah dalam
urin. urin.
Derivat asam propionat – Efek Samping

 Iritasi gastrointestinal dan ulserasi mukosa


biasanya kurang parah dibanding salisilat.
 Eksaserbasi gangguan fungsi ginjal pada
pasien dengan riwayat gangguan ginjal.
 Perlu diasumsikan bahwa semua pasien yang
hipersensitif terhadap salisilat juga
kemungkinan alergi terhadap derivat asam
propionat.
Derivat asam propionat – Interaksi Obat

 Interaksi obat yang merugikan sering


menggambarkan ikatan protein plasma dengan
albumin yang luas pada derivat asam
propionat. Sebagai contoh, dosis warfarin harus
diturunkan karena pemindahannya dari tempat
berikatan dan perubahan pada agregasi
platelet.
 Ibuprofen, merupakan pengecualian, mungkin
karena hanya menempati sedikit tempat
berikatan dengan albumin.
Fenilbutazon

Karena
Obat Alternatif toksisitasnya
Tidak
antiinflam kolkisin , obat ini digunak
asi yang yang efektif sebaiknya
efektif dan pada gout diberikan
an rutin
berguna akut, dalam sebagai
dalam mengurangi jangka analgeti
terapi gout gejala pada waktu yang
akut dan 85% pasien pendek, k atau
dalam 24- tidak antipiret
artritis melebihi 7
36 jam.
reumatoid. hari. ik.
Fenilbutazon - Farmakokinetik


diabsorpsi cepat dan seluruhnya dari traktus gastrointestinal.

Ikatan dengan protein plasma mencapai 98%.

Fenilbutazon
Fenilbutazon – Efek Samping

 Anemia dan agranulositosis.


 Mual, muntah, nyeri epigastrium, dan ruam kulit.
 Retensi natrium yang bermakna karena efek langsungnya
pada tubulus renalis.
 Fenilbutazon menggantikan (menggeser) obat-obat
seperti warfarin, hipoglikemik oral, dan sulfonamid dari
tempatnya berikatan dengan protein.
 Perdarahan yang meningkat dapat terjadi jika fenilbutazon
dan warfarin atau aspirin diberikan bersama-sama.
 Penggantian hormon tiroid dari ikatannya dengan protein
menyulitkan interpretasi tes fungsi tiroid.
Piroksikam

 Piroksikam berbeda secara kimiawi dengan


OAINS lainnya namun menghasilkan efek
farmakologi yang sama.
 Pemberian 20 mg dalam dosis tunggal atau
dalam dosis terbagi memberikan efek yang
memanjang.
 Ikatan dengan protein yang besar (99%) dapat
menggantikan obat lainnya seperti aspirin atau
antikoagulan oral dari tempat berikatan dengan
albumin.
Ketorolac

 Memiliki efek analgetik kuat namun hanya memiliki aktivitas


antiinflamasi yang sedang jika diberikan lewat IM atau IV.
 Digunakan sebagai analgetik pasca pembedahan sebagai
obat tunggal dan pendamping untuk opioid.
 Ketorolac, 30 mg IM, menghasilkan analgesia yang setara
dengan 10 mg morfin atau 100 mg meperidine.
 Keuntungan: tidak adanya depresi pernapasan atau
kardiovaskuler.
 Tidak seperti opioid, ketorolac memiliki sedikit atau tidak
sama sekali efek pada dinamika traktus bilier,
menjadikannya analgetik yang berguna pada kondisi di mana
spasme traktus bilier tidak diharapkan.
Ketorolac - Farmakokinetik

 Setelah injeksi IM, konsentrasi plasma maksimum


ketorolac tercapai dalam 45 hingga 60 menit, dan
waktu paruh eliminasinya kurang lebih 5 jam.
 Ikatannya dengan protein mencapai 99% dan klirens
obat ini berkurang jika dibandingkan dengan opioid.
 Klirens juga makin menurun pada orang tua, dan
dosis yang diberikan sebaiknya kurang dari pasien
usia dewasa.
 Ketorolac dimetabolisme oleh konjugasi asam
glukoronat.
Ketorolac – Efek Samping

 Waktu perdarahan dapat memanjang dengan dosis


tunggal ketorolac IV pada pasien dengan anestesi
spinal, namun tidak pada anestesi umum.
 Bronkospasme dapat terjadi pada pasien dengan
poliposis nasal dan asma.
 Berpotensi kecil menyebabkan toksisitas renal.
 Peningkatan sedang pada konsentrasi enzim
transaminase hati dalam plasma.
 Iritasi dan perforasi gastrointestinal, mual, sedasi,
dan edema perifer.
OBAT-OBAT ANTIARTRITIS LAINNYA
Kolkisin

Allopu
rinol
Obat-obat
urikosurik
(probenesid dan
sulfinpyrazone)
Kolkisin

Obat ini unik di mana efek


Kolkisin mengurangi inflamasi
antiinflamasinya terbatas hanya
sehingga mengurangi nyeri pada
untuk terapi pada serangan akut
artritis gout yang akut.
dan profilaksis serangan tersebut.

Efek pereda nyeri dan inflamasi Kolkisin bukan merupakan


ini biasanya tercapai dalam 24 analgetik dan tidak mengurangi
hingga 48 jam setelah pemberian nyeri pada jenis nyeri atau
oral. inflamasi lainnya.
Kolkisin - Mekanisme kerja
Kolkisin tidak mempengaruhi
Efek ini mengurangi
Hasil akhirnya
eksresi asam urat
berupa
olehinhibisi
ginjal
pelepasan
namun mengu
rangkaian respasam
bah laktat
on inflamasi yandan
mikrotubulus g
fibriler pada
dicetuskan
enzim oleh
yanggranulosit,
kristal produksi
mem natrium
yang urat
menyebabkan
yang menumpuk inhibisi
di jaringan
migrasisendi.
sel-
inflamasi lainnya.
sel ini ke area inflamasi.

Seju
mla
h
bes
ar
kolk
isin
dan
met
abol
itny
a
diek
sres
ikan
di
em
ped
u;
jum
lah
yan
g
lebi
h
sedi
kit
na
mp
ak
pad
a
urin
.
Kolkisin - Efek samping

 Mual, muntah, diare, dan nyeri abdominal.


Adanya intoleransi gastrointestinal cenderung
memproteksi pasien dari dosis toksik kolkisin.
 Efek samping gastrointestinal dapat dikurangi
dengan pemberian kolkisin intravena.
 Toksisitas kolkisin yang berat dapat berupa
depresi sumsum tulang dengan leukopenia dan
trombositopenia.
Allopurinol

 Allopurinol merupakan obat pilihan untuk


terapi hiperurisemia primer pada gout dan
hiperurisemia yang terjadi selama terapi
dengan obat-obat kemoterapi.
Allopurinol - Mekanisme kerja

 Berlawanan dengan obat urikosurik yang membantu


eksresi asam urat, allopurinol bekerja pada tahap akhir
sintesis asam urat dengan menghambat xanthine oxidase,
enzim yang mengubah xanthine menjadi asam urat.
 Allopurinol cepat diabsorpsi melalui pemberian oral dan
cepat diubah menjadi oxypurinol, dengan <10% dari obat
ini tidak berubah pada urin.
 Oxypurinol juga merupakan penghambat aktivitas
xanthine oxidase dan memiliki waktu paruh eliminasi
sekitar 21 jam dibandingkan dengan 1,3 jam untuk
allopurinol.
Allopurinol - Efek samping

 Ruam makulopapular, demam dan mialgia


dapat terjadi.
 Sindrom menyerupai hipersensitivitas ini
dapat disebabkan oleh kerja allopurinol
sebagai hapten yang menyebabkan
dermatitis kompleks imun.
 Nefritis dan vaskulitis.
 Menghambat enzim hati yang berperan
dalam metabolisme obat.
Obat-obat urikosurik

Obat-obat Obat ini juga


urikosurik, seperti
Eksresi rifampisin
berguna dalam oleh sistem bilier
probenesid dan mengontrol
sulfinpyrazone, ditekan oleh
hiperurisemia yang probenesid,
bekerja secara
disebabkan oleh
langsung pada sehingga dapat
penggunaan obat-
tubulus renalis tercapai
obat kemoterapi
untuk konsentrasi
atau dari penyakit
meningkatkan laju plasma yang lebih
eksresi asam urat yang berhubungan
dengan destruksi tinggi dari obat
dan asam organik antituberkulosis
lainnya, seperti eritrosit yang
cepat. ini.
penisilin.
Probenesid
 Probenesid diabsorpsi seluruhnya setelah pemberian oral, dengan
konsentrasi plasma puncak terjadi dalam 2 hingga 4 jam.
 Waktu paruh eliminasinya kira-kira 8 jam. Sekitar 90% probenesid
terikat dengan albumin plasma.
 Total dosis harian dewasa sebesar 1 gram probenesid dalam 4
dosis terbagi sangat efektif menghambat eksresi penisilin oleh
ginjal.
 Konsentrasi penisilin dalam plasma yang dicapai dengan adanya
probenesid sekurang-kurangnya dua kali level yang dicapai
dengan antibiotik itu sendiri.
 Reaksi alergi ringan seperti ruam kulit terjadi pada 2-4% pasien
yang diobati dengan probenesid.
 Disfungsi hati dapat terjadi namun jarang.
Sulfinpyrazone
 Merupakan suatu jenis organik dari fenilbutazon
 Kurang memiliki efek antiinflamasi namun merupakan
penghambat reabsorpsi asam urat pada tubulus renalis yang
cukup kuat.
 Baik diabsorpsi melalui pemberian oral, terikat dengan protein
hingga 98%.
 Obat ini mengalami sekresi oleh tubulus renalis proksimal karena
ikatan dengan proteinnya membatasi filtrasi oleh glomerulus.
Kira-kira 90% sulfinpyrazone terlihat tidak berubah di urin. Sisa
obat ini dimetabolisme menjadi analog parahidroksil, yang juga
memiliki aktivitas urikosurik.
 Efek samping: iritasi gastrointestinal, reaksi alergi (seperti ruam
dan demam), menghambat fungsi platelet.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai