Anda di halaman 1dari 54

BAB 12

MERGER, KONSOLIDASI,
AKUISISI DAN LIKUIDASI BANK
Pembahasan
7.1. Latar Belakang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
7.2. Pengertian Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
7.3. Dasar Hukum Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
7.4. Syarat-syarat Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
7.5. Prosedur Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank
7.6. Akuisisi Bank : Syarat dan Prosedur
7.7. Likuidasi Bank

2
7.1. Latar Belakang Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank
Kepemilikan bank dapat beralih kepada pihak lain melalui penyatuan usaha bank
dengan merger dan konsolidasi dalam rangka memperkuat posisi karena timbulnya
suatu sinergi bank guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, efisien, dan
mampu bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas. Sehingga
diharapkan muncul bank kuat dengan kinerja yang lebih baik. Demikian juga,
akuisisi bank-bank dapat menunjang terciptanya sistem perbankan yang sehat dan
efisien melalui masuknya investor yang mempunyai modal kuat. Dengan demikian,
penyatuan usaha bank adalah dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan sehingga bank
menjadi kuat. Demikian pula suatu kelompok usaha tidak perlu membesarkan
suatu perusahaan dari kecil sehingga menjadi besar, tetapi cukup membeli
perusahaan yang sudah besar atau sedang berjalan. Karena itu slogan “Big is
beautiful” merupakan ungkapan yang tepat untuk proses tersebut melalui merger,
konsolidasi dan akuisisi.

3
7.2. Pengertian Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank:
Merger adalah penggabungan dari 2 (dua) Bank atau lebih,
dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank
dan membubarkan Bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih
dahulu;
Konsolidasi adalah penggabungan dari 2 (dua) Bank atau lebih,
dengan cara mendirikan Bank baru dan membubarkan Bank-
bank tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu;
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu Bank yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Bank;

4
7.3. Dasar Hukum Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank
Merger, konsolidasi dan akuisisi, secara umum telah diatur, baik dalam Undang-
Undang tentang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 maupun dalam peraturan
pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Dalam Peraturan Pemerintah dimaksud kemungkinan berlakunya ketentuan khusus
yang mengatur tentang penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
perseroan untuk bidang-bidang tertentu menjadi terbuka, seperti perbankan dan
pasar modal. Hal ini diperkuat dengan Undang-undang Perbankan yang Diubah
pada pasal 28 yang menetapkan perlunya pengaturan merger, konsolidasi, dan
akuisisi bank dalam peraturan pemerintah. Untuk itulah ketentuan merger,
konsolidasi, dan akuisisi bank diatur secara khusus, yakni dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi bank,
yang kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 32/51/KEP/DIR/1999 tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata
cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum, dan Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 32/52/KEP/DIR/1999 tanggal 14 Mei 1999 tentang
Persyaratan Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat.

5
7.4. Syarat-syarat Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank
Pasal 28 Undang-Undang Perbankan yang Diubah
menetapkan merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih
dahulu mendapat izin dari Pimpinan Bank Indonesia. Dalam
memberikan izin tersebut, Bank Indonesia akan menilai
apakah pelaksanaan merger, konsolidasi, dan akuisisi bank
tersebut
a. dapat mendorong kinerja dan sistem perbankan nasional;
b. tidak menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi pada
satu orang atau suatu kelompok dalam bentuk monopoli
yang meruigkan masyarakat;
c. tidak merugikan kepentingan para nasabah.

6
Selain itu, merger, konsolidasi, dan akuisisi bank dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut
a. kepentingn-kepentingan:
i. kepentingn bank, dalam hal ini antara lain dalam rangka
meningkatkan kesehatan dan/atau permodalan bank
ii. kepentingan kreditor, dalam hal ini menyangkut pengambilalihan dana
terhadap kreditor yang bersangkutan, termasuk nasabah penyimpan
dana
iii. kepentingan pemegang saham minoritas, yakni hak pemegang saham
minoritas untuk menjual sahamnya kepada bank dengan harga yang
wajar sesuai dengan ketentuan pasal 55 Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas
iv. kepentingan karyawan bank, yang menyangkut hak-hak karyawan
bank sesuai dengan ketentuan di bidang ketenagakerjaan;
b. kepentingan rakyat banyak dan persaingan yang sehat dalam
melakukan usaha bank.

7
Syarat-syarat Merger dan Konsolidasi Bank Umum
Pasal 3 PP Nomor 28 Tahun 1999 menetapkan dilakukannya
merger, konsolidasi, dan akuisisi bank umum berdasarkan
a. inisiatif bank umum yang bersangkutan
b. permintaan Bank Indonesia; atau
c. inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam
rangka penyehatan perbankan.
Merger, konsolidasi, dan akuisisi atas inisiatif bank dan badan
khusus wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Direksi
Bank Indonesia. Merger atau konsolidasi antara bank Umum
Konvensional dan Bank Umum Syariah hanya dapat dilakukan
apabila Bank Umum Syariah atau Bank Umum Konvensional
memiliki kantor cabang berdasarkan prinsip syariah.

8
lzin merger atau konsolidasi atas inisiatif bank atau atas permintaan
badan khusus dapat diberikan apabila dipenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang
Saham atau Rapat Anggota;
b. pada saat terjadinya merger atau konsolidasi jumlah aktiva bank
umum hasil merger atau konsolidasi setinggi-tingginya 20%
(dua puluh per seratus) dari jurnlah aktiva seluruh Bank Umum
di Indonesia;
c. permodalan bank umum merger atau konsolidasi memenuhi
ketentuan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
d. calon Dewan Komisaris dan Direksi Bank Umum hasil merger
atau konsolidasi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam surat keputunan Direksi Bank Indonesia yang mengatur
Kepengurusan Bank Umum.
9
Syarat-syarat Merger dan Konsolidasi BPR dan BPRS

Sebagai penyempurna Pasal 2 Surat Keputusn Direksi Bank Indonesia Nomor


32/KEP/DIR/1999, maka dikeluarkan POJK Nomor 21/POJK.03/2019 yang
menetapkan bahwa merger, konsolidasi, dan akuisisi BPR dan BPRS dapat
dilakukan atas:
a. Inisiatif BPR dan BPRS yang bersngkutan, yang wajib terlebih dahulu
memperoleh izin dari Direksi Bank Indonesia;
b. Permintaan Bank Indonesia (Perintah OJK).
Merger atau konsolidasi hanya dapat dilakukan:
c. antar BPR yang:
i. berkedudukan dalam wilayah propinsi yang sama; atau
ii. berkedudukan dalam wilayah propinsi yang berbeda sepanjang kantor-
kantor BPR hasil merger atau konsolidasi berlokasi dalam wilayah
propinsi yang sama;
b. antar BPR konvensional dan BPRS apabila BPR hasil merger atau konsolidasi
dimaksud menjadi BPRS.
c. Antar BPRS

10
Salah satu kantor BPR hasil merger atau konsolidasi dijadikan sebagai kantor
pusat, dan kantor BPR lainnya dapat menjadi kantor cabang. Izin merger atau
konsolidasi atas inisiatif BPR dapat diberikan apabila dipenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham atau
Rapat Anggota
b. permodalan BPR hasil merger atau konsolidasi memenuhi ketentuan rasio
kewajiban pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
c. calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPR hasil merger atau
konsolidasi memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Direksi Bank Indoriesia tentang BPR yang mengatur
kepengurusan BPR;
d. apabila BPR hasil merger atau konsolidasi akan menjadikan kantor BPR
lainnya sebagai kantor cabang. BPR hasil merger atau konsolidasi wajib
memenuhi persyaratan modal disetor untuk pembukaan kantor cabang
BPR sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
yang mengatur tentang pembukaarn kantor cabang BPR.

11
7.5. Prosedur Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Bank
Prosedur Merger atau Konsolidasi Bank Umum

Prosedur merger atau konsolidasi Bank Umum dilakukan dalam beberapa tahap,
sebagai berikut:
Tahap Pertama, Persiapan Merger atau Konsolidasi
Dalam tahap pertama ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan:
1. Direksi Bank Umum yang akan menggabungkan diri dan menerima penggabungan
masing-masing, menyusun usulan rencana merger atau konsolidasi, yang wajib
mendapat persetujuan dari dewan komisaris masing-masing bank;
2. Usulan rencana merger atau konsolidasi dimaksud merupakan bahan rancangan
merger atau konsolidasi yang disusun secara bersama-sama oleh direksi bank yang
akan melakukan merger atau konsolidasi dengan memuat hal-hal yang terdapai
dalam usulan rencana merger atau konsolidasi mengenai penerimaan pengalihan
segala hak dan kewajiban dari bank akan merger atau konsolidasi;

12
3. Kemudian sebelum Rapat Umum Pemegang saham diselenggarakan, direksi
bank yang akan melakukan merger atau konsolidasi wajib mengumumkan
ringkasan rancangan merger atau konsolidasi, selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham, dalam 2 (dua) surat
kabar harian yang mempunyai peredaran luas dan 14 (empat belas) hari
dari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham, kepada karyawan masing-
masing bank secara tetulis;
4. Keberatan terhadap pelaksanaan merger atau konsolidasi oleh kreditor dan
pemegang saham minoritas dapat diajukan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham. Jika dalam
waktu tersebut kreditor dan pemegang saham minoritas tidak mengajukan
keberatan, maka kreditor dan pemegang saham minoritas dianggap
menyetujui merger atau konsolidasi. Selanjutnya keberatan tersebut
disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang saham guna mendapat
penyelesaian. Pengertian penyelesaian disini tidak harus berarti
pembayaran kembali piutang seketika, tetapi dapat juga berupa
kesepakatan tentang penyelesaian keberatan kreditor dan pemegang
saham minoritas. Selama penyelesaian dimaksud tadi belum tercapai,
merger atau konsolidasi tidak dapat dilaksanakan.
13
Tahap Kedua, Pelaksanaan Merger atau Konsolidasi

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut :


1. Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham atau
Rapat Anggota masing-masing bank yang akan
menggabungkan diri dan menerima penggabungan guna
memberikan persetujuan terhadap rancangan merger atau
rancangan konsolidasi dan konsep akta merger atau konsep
akta konsolidasi;
2. Konsep akta merger atau konsep akta konsolidasi yang
telah disetujui Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota tersebut, kemudian dituangkan dalam akta merger
atau akta konsolidasi dan angka perubahan anggaran dasar
atau akta pendirian termasuk anggaran dasar, yang dibuat
dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
14
Tahap Ketiga, Permohonan Izin Merger atau Konsolidasi

Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :


1. Setelah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham
atau Rapat Anggota untuk melakukan merger atau konsolidasi, direksi
masing-masing bank secara bersama-sama mengajukan permohonan
izin merger atau konsolidasi kepada Direksi Bank Indonesia selambat-
lambatnya 13 (empat belas) hari dengan tembusan kepada Menteri
Hukum dan HAM. Permohonan izin merger atau konsolidasi diajukan
dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
a. notulen Rapat Umum Pemegang Saham/Rapar Anggota;
b. akta merger atau akta konsolidasi;
c. akta perubahan anggaran dasar bank hasil merger atau akta
pendirian termasuk anggaran dasar bank hasil konsolidasi;
d. bukti pelaporan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan
pengumuman kepada investor, bagi bank yang tercatat di pasar
modal;

15
e. bukti pengumuman mengenai ringkasan rancangan merger atau
rancangan konsolidasi.

2. Kemudian Bank Indonesia dalam rangka memberikan persetujuan


atau penolakan atas permohonan izin merger atau konsolidasi tadi
melakukan penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen dan
wawancara terhadap calon anggota dewan komisaris dan direksi hasil
merger atau konsolidasi. Jawaban akan di berikan oleh Direksi Bank
Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
permohonan diterima secara lengkap. Jika dalam batas waktu
dimaksud Bank Indonesi tidak memberikan tanggapan atas
permohonan izin merger atau konsolidasi, maka Bank indonesia
dianggap telah menyetujui permohonan izin merger atau konsolidasi
tersebut. Dalam hal permohonan ditolak, maka penolakan tersebut
diberitahukan Bank Indonesia kepada pemohon secara tertulis
beserta alasannya. Baik tembusan persetujuan atau penolakan
permohonan izin merger atau konsolidasi disampaikan oleh Bank
Indonesia Kepada Menteri Hukum dan HAM;
16
3. Dalam waktu yang bersamaan dengan pengajuan permohonan izin
merger atau konsolidasi kepada Bank Indonesia, direksi bank hasil
merger atau konsolidasi wajib mengajukan perubahan anggaran
dasar atau persetujuan atas akta pendirian termasuk anggaran
dasar hasil bank konsolidasi kepada instansi yang berwenang
dengan tembusan kepada Bank Indonesia. Menteri Hukum dan
HAM hanya dapat memberikan persetujuan atas perubaharn
anggaran dasar bank hasil merger atau pengesahan akta pendirian
termasuk anggaran dasar bank hasil konsolidasi setelah
memperoleh tembusan izin merger atau konsolidasi dari Bank
Indonesia Persetujuan atau penolakan Menteri Hukum dan HAM
atas permohonan tersebut, diberikan dalam jangka waktu paling
lama 14 (empat belas) hari setelah diperolehnya izin merger atau
konsolidasi dari Bank Indonesia. Dalam hal permohonan ditolak
atau permohonan pengesahan ditolak, maka penolakan tersebut
diberitahukan kepeda pemohon secara tertulis beserta alasannya
oleh Bank Indonesia.
17
4. Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak akta perubahan
anggaran dasar atau akta pendirian bank hasil konsolidasi
memperoleh persetujuan atau pengesahan dari Menteri Hukum dan
HAM, direksi bank hasil merger atau konsolidasi wajib mendaftarkan
akta perubahan anggaran dasar atau akta pendirian bank hasil
konsolidasi dalam daftar perusahaan dan mengumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
5. Secara khusus perubahan anggaran dasar bank hasil merger tidak
memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM, maka dalam
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak Rapat
Umum Pemegang Saham, direksi bank hasil merger wajib melaporkan
akta merger dan akta perubahan anggaran dasar tersebut kepada
Menteri Hukum dan HAM. Atas laporan tersebut, Menteri Hukum dan
HAM akan mengeluarkan surat tanda penerimaan laporan jika izin
merger dari Bank Indonesia telah diperolehnya, selanjutnya direksi
bank hasil merger mendaftarkan akta merger dan akta perubahan
anggaran dasar bank hasil merger dalam daftar perusahaan serta
mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
18
Tahap Keempat, Berlakunya Izin Merger atau Konsolidasi

Tanggal berlakunya izin merger atau konsolidasi tergantung pada bentuk hukum
bank yang melakukan merger atau konsolidasi. karenanya dibedakan atas
1. izin merger atau konsolidaasi bagi bank yang berbentuk hukum perseroan
terbatas berlaku sejak
a. tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar atau akta pendirian
termasuk anggaran dasar oleh Menteri Hukum dan HAM;
b. tanggal pendaftaran akta merger atau perubahan anggaran dasar dalam
daftar perusahaan apabila tidak ada perubahan anggaran dasar.
2. izin merger atau konsolidasi bagi bank yang berbentuk hukum selain
perseroan terbatas berlaku sejak
a. tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar atau akta pendirian
memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM. Termasuk anggaran
dasar dari instansi berwenang;
b. tanggal pendaftaran akta merger dalam daftar perusahaan apabila
perubahan anggaran dasar tidak memerlukan persetujuan dari instansi
berwenang.

19
Tahap Kelima, Pelaporan Pelaksanaan Merger

Bank yang telah memperoleh izin merger atau konsolidasi wajib:


a. menyusun neraca penutupan masing-masing bank yang melakukan
merger atau konsolidasi;
b. menyusun neraca pembukaan bank dari hasil merger atau konsolidasi;
c. mengumumkan hasil merger atau konsolidasi disertai dengan neraca
pembukaan bank hasil merger atau konsolidasi dalam 2 (dua) surat
kabar harian yang mempunyai peredaran luas selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal berlakunya izin merger atau konsolidasi;
d. menyampaikan laporan pelaksanaan merger atau konsolidasi kepada
Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah tanggal
pengumuman dengan melampirkan fotocopy akta perubahan
anggaran dasar atau fotocopi akta pendirian, termasuk anggaran
dasar yang telah mendapat persetujuan dari instansi berwenang; dan
guntingan surat kabar harian mengenai pengumuman hasil merger
atau konsolidasi.
20
Prosedur Merger atau Konsolidasi BPR

Prosedur merger atau konsolidasi BPR agak sedikit sederhana


dibandingkan dengan prosedur merger atau konsolidasi bank umum.
Pelaksanaannya melalui beberapa tahap, yakni:
Tahap Pertama, Persiapan Merger atau Konsolidasi
Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan meliputi:
1. Direksi masing-masing BPR yang akan melakukan merger atau
konsolidasi, secara bersama-sama menyusun rancangan merger
atau konsolidasi, yang wajib mendapat persetujuan dari dewan
komisaris masing-masing BPR dan disusun konsep akta merger
atau konsolidasi.
2. Selanjutnya direksi BPR yang akan melakukan merger atau
konsolidasi wajib mengumumkan ringkasan rancangan merger
atau konsolidasinya yang dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota.
21
Pengumuman dimaksud dilakukan dalam surat kabar harian setempat
bagi BPR hasil merger atau konsolidasi yang memiliki total aset Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) atau lebih; atau dengan
menempelkan pada papan pengumuman dikantor masing-masing BPR
atau dikantor kecamatan setempat, bagi BPR hasil meregr atau
konsolidasi yang memiliki total aset kurang dari Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);
3. Jika ada kreditor dan pemegang saham minoritas yang mengajukan
keberatan atas pelaksanaan merger atau konsolidasi, maka dapat
diajukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota. Dalam jangka
waktu dimaksud, kreditor dan pemegang saham minoritas tidak
mengajukan keberatan, maka dianggap menyetujui merger atau
konsolidasi. Kemudian keberatan oleh kreditor dan pemegang saham
minoritas disampaikan kepada masing-masing direksi BPR untuk
diselesaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota. Selama penyelesaian belum tercapai, merger atau
konsolidasi tidak dapat dilaksanakan.
22
Tahap Kedua, Pelaksanaan Merger atau
Konsolidasi
Pelaksanaan merger atau konsolidasi BPR wajib dimintakan
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota masing-masing BPR yang akan melakukan merger
atau konsolidasi. Rancangan merger atau konsolidasi dan
konsep akta merger atau konsolidasi BPR wajib dimintakan
persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota tersebut. Setelah disetujui, konsep akta merger atau
konsolidasi, dituangkan dalam akta merger atau konsolidasi
dan akta perubahan anggaran dasar BPR hasil merger atau
akta pendirian hasil konsolidasi.

23
Tahap Ketiga, Pengajuan Permohonan Izin

Untuk memperoleh izin merger atau konsolidasi, direksi masing-


masing BPR yang akan melakukan merger atau konsolidasi
secara bersama-sama mengajukan permohonan kepada Direksi
bank Indonesia selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari
setelah Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota
dengan melampirkan dokumen-dokumen seperti berikut :
1. notulen Rapat Umum Pemegang Saham/Rapat Anggota;
2. akta merger atau konsolidasi;
3. akta perubahan anggaran dasar BPR hasil merger/akta
pendirian BPR hasil konsolidasi;
4. bukti pengumuman rancangan merger atau konsolidasi;
5. bukti pelunasan modal disetor bagi BPR yang memerlukan
penambahan modal, dalam bentuk fotocopi bilyet deposito
pada Bank Umum atas nama Direksi Bank Indonesia.
24
Tahap Keempat, Berlakunya Izin Merger atau Konsolidasi

Tanggal berlakunya izin merger atau konsolidasi BPR terganttung pula


pada bentuk hukumnya. Untuk itu dibedakan atas:
1. izin merger atau konsolidasi bagi BPR yang berbentuk hukum
perseroan terbatas berlaku sejak:
a. tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar atau akta
pendirian BPR oleh Menteri Hukum dan HAM;
b. tanggal pendaftaran akta merger dan perubahan anggaran dasar
dalam daftar perusahaan apabila perubahan anggaran dasar tidak
memerlukan persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM.
2. izin merger atau konsolidasi bagi BPR yang berbentuk hukum
perusahaan daerah atau koperasi berlaku sejak:
a. tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar atau akta
pendirian dari instansi yang berwenang;
b. tanggal pendaftaran akta merger dalam daftar perusahaan
apabila perubahan anggaran dasar tidak memerlukan
persetujuan dari instansi yang berwenang.
25
Tahap Kelima, Pelaporan Pelaksanaan Merger atau Konsolidasi

BPR yang telah memperoleh izin merger atau konsolidasi wajb:


a. menyusun neraca penutupan masing-masing BPR yang melakukan
merger atau konsolidasi;
b. menyusun rencana pembukaan BPR hasil merger atau konsolidasi;
c. mengumumkan hasil merger atau konsolidasi disertai dengan neraca
pembukaan BPR hasil merger atau konsolidasi selambat-lambatnya 30
(tiga puluh)hari sejak tanggal berlakunya izin merger atau konsolidasi
pada surat kabar harian setempat atau papan pengumuman di kantor
masing-masing BPR atau dikantor kecamatan setempat;
d. menyampaikan laporan pelaksanaan merger atau konsolidasi kepada
Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah tanggal
pengumuman dan wajib melampirkan dokumen fotocopy perubahan
anggaran dasar dan/atau akta pendirian yang telah mendapat
persetujuan instansi yang berwenang dan bukti pengumuman hasil
merger atau konsolidasi.

26
7.6. Akuisisi Bank : Syarat dan Prosedur
Syarat dan Prosedur Akuisisi Bank Umum
Berdasarkan pojk.03/2018 tentang persyaratan dan tata cara penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, integrasi dan konversi bank umum.
BAB III Pasal 22 “Umum” :
1. Pengambilalihan Bank dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan, baik melalui
melalui Direksi Bank atau langsung dari pemegang saham.
2. Pengambilalihan Bank dilakukan melalui pengambilalihan seluruh atau sebagian jumlah saham
yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Bank yang mengakibatkan beralihnya
Pengendalian Bank kepada pihak yang mengambilalih.
3. Pengambilalihan saham Bank dianggap mengakibatkan beralihnya Pengendalian Bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila kepemilikan saham:
a. menjadi sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari modal disetor Bank dan melebihi
kepemilikan saham pemegang saham yang terbesar pada Bank; atau
b. kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari modal disetor Bank namun menentukan baik
langsung maupun tidak langsung pengelolaan dan/atau kebijakan Bank.
4. Sehubungan dengan ayat (3), maka pengambilalihan saham yang tidak menyebabkan beralihnya
pengendalian namun lebih dari 25% mengikuti proses Penilaian Kemampuan dan Kepatutan.
27
BAB III Pasal 24 “Syarat” :
Izin Pengambilalihan dapat diberikan apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Telah memperoleh persetujuan RUPS dari Bank yang akan
diambil alih; dan
2. Pihak yang melakukan Pengambilalihan:
a. memenuhi ketentuan terkait kepemilikan Bank Umum
b. bagi badan hukum, mendapatkan persetujuan RUPS bagi
badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas atau organ
yang setara bagi badan hukum yang tidak berbentuk
Perseroan Terbatas.

28
BAB III Pasal 25-40 “Prosedur akuisisi melalui Direksi” :
Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil
alih menyampaikan maksudnya untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi
Bank yang akan diambil alih.
Direksi Bank yang akan diambil alih dan pihak yang akan mengambil alih menyusun
rancangan Pengambilalihan dan wajib disetujui oleh dewan komisaris Bank yang
diambil alih dan dewan komisaris dari pihak yang akan mengambil alih.
Rancangan Pengambilalihan paling sedikit memuat informasi:
a. nama dan tempat kedudukan Bank yang akan diambil alih dan pihak yang akan
mengambilalih, disertai dengan identitas pihak yang akan mengambil alih;
b. alasan serta penjelasan dilakukannya Pengambilalihan dari Bank yang akan
diambil alih dan pihak yang akan mengambil alih;
c. laporan keuangan dan Informasi kinerja keuangan 3 (tiga) tahun buku terakhir
dari Bank yang akan diambil alih dan pihak yang akan mengambil alih, yang
diperiksa oleh Akuntan Publik;
d. tata cara penilaian dan konversi saham dari Bank yang akan diambil alih
terhadap saham penukarnya apabila pembayaran Pengambilalihan dilakukan
dengan saham;

29
e. rancangan perubahan Anggaran Dasar Bank yang diambil alih
f. jumlah dan nilai saham Bank yang akan diambil alih.
g. kesiapan pendanaan dari pihak yang akan mengambil alih;
h. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
Pengambilalihan
i. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka
waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada
Direksi Bank;
j. komposisi pemegang saham setelah dilakukan Pengambilalihan;
k. rancangan Akta Pengambilalihan;
l. Analisa kemampuan keuangan calon PSP terkini beserta proyeksi 3 (tiga)
tahun ke depan yang disusunoleh konsultan independen, yang dilengkapi
dengan:
1. Surat Pernyataan tidak memiliki hutang jatuh tempo dan
bermasalah;
2. Struktur kepemilikan calon PSP Bank;
3. Daftar isian;

30
m. surat pernyataan dari pihak yang akan mengambil alih bahwa dana
yang digunakan untuk mengambil alih:
1. bukan berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam
bentuk apapun dari Bank dan/atau pihak lain;
2. bukan berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang (money
laundering);
3. bukan berasal dari dana yang diharamkan menurut Prinsip Syariah
bagi Bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah.
Direksi Bank yang akan diambil alih wajib mengumumkan ringkasan
rancangan Pengambilalihan sebelum penyelenggaraan RUPS.
Direksi Bank yang akan diambil alih dan pihak yang akan mengambil alih
wajib mengumumkan secara tertulis kepada karyawan bersamaan dengan
pengumuman ringkasan rancangan Pengambilalihan.
Dalam hal terdapat perubahan anggaran dasar terkait Pengambilalihan
Bank, perubahan anggaran dasar wajib dinyatakan dalam akta notaris
dalam bahasa Indonesia.

31
Perubahan anggaran dasar Bank hasil Pengambilalihan diajukan
kepada Menteri sebagai pemberitahuan kepada Menteri paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang
memuat perubahan anggaran dasar.
OJK memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin
Pengambilalihan Bank dengan melakukan :
a. penelitian kelengkapan dan kebenaran dokumen;
b. penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang
akan mengambil alih
c. analisis kinerja keuangan terkini dari pihak yang akan
mengambil alih dan Bank yang akan diambil alih

32
Dengan berlakunya Pengambilalihan, Direksi dari Bank yang diambil alih wajib:
a. mengumumkan hasil Pengambilalihan dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya Pengambilalihan melalui:
1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia atau lebih, yang memiliki
peredaran luas; dan halaman utama situs web Bank.
b. menyampaikan laporan pelaksanaan Pengambilalihan kepada OJK selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah tanggal berlakunya Pengambilalihan,
dan dilampiri dengan: copy akta perubahan anggaran dasar Bank yang telah
disetujui dan/atau diberitahukan kepada Menteri (dalam hal Pengambilalihan
disertai perubahan anggaran dasar); atau copy tanda terima penyampaian
salinan akta Pengambilalihan kepada Menteri, dalam hal Pengambilalihan
tidak disertai perubahan anggaran dasar;
c. Dalam hal pengumuman hasil Pengambilalihan, bukti pengumuman wajib
disampaikan selambatlambatnya 2 (dua) hari kerja setelah pengumuman

33
BAB III Pasal 41-45 “Prosedur Akuisisi melalui Pemegang saham” :
Dalam hal Pengambilalihan saham Bank langsung dari pemegang saham,
maka pengambilalihan saham Bank langsung dari pemegang saham tidak
perlu didahului dengan membuat rancangan Pengambilalihan, tetapi
dilakukan langsung melalui perundingan dan kesepakatan oleh pihak yang
akan mengambil alih dengan pemegang saham dengan tetap
memperhatikan anggaran dasar Bank yang diambil alih.
Konsep akta pemindahan hak atas saham dan konsep akta
Pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari pemegang saham
yang telah disetujui oleh oleh kedua belah pihak, wajib disampaikan
kepada OJK untuk mendapatkan izin OJK atas Pengambilalihan saham yang
dilakukan langsung dari pemegang saham, sebelum dinyatakan dengan
akta notaris dalam bahasa Indonesia.

34
Perubahan anggaran dasar Bank hasil Pengambilalihan diajukan
kepada Menteri sebagai pemberitahuan kepada Menteri paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang
memuat perubahan anggaran dasar.
OJK memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin
Pengambilalihan Bank dengan melakukan :
a. penelitian kelengkapan dan kebenaran dokumen;
b. penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang akan
mengambil alih
c. analisis kinerja keuangan terkini dari pihak yang akan
mengambil alih dan Bank yang akan diambil alih

35
Dengan berlakunya Pengambilalihan, Direksi dari Bank yang diambil alih
wajib:
a. mengumumkan hasil Pengambilalihan dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya
Pengambilalihan melalui: 1 (satu) surat kabar harian berbahasa
Indonesia atau lebih, yang memiliki peredaran luas; dan halaman
utama situs web Bank.
b. menyampaikan laporan pelaksanaan Pengambilalihan kepada OJK
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah tanggal berlakunya
Pengambilalihan, dan dilampiri dengan: copy akta perubahan
anggaran dasar Bank yang telah disetujui dan/atau diberitahukan
kepada Menteri (dalam hal Pengambilalihan disertai perubahan
anggaran dasar); atau copy tanda terima penyampaian salinan akta
Pengambilalihan kepada Menteri, dalam hal Pengambilalihan tidak
disertai perubahan anggaran dasar;
c. Dalam hal pengumuman hasil Pengambilalihan, bukti pengumuman
wajib disampaikan selambatlambatnya 2 (dua) hari kerja setelah
pengumuman
36
Syarat dan Prosedur Akuisisi BPR
Syarat :
Berdasarkan Buku “Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia”
karya Rachmadi Usman (2003) hal 100, Syarat akuisisi BPR yaitu :
a. telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham
atau Rapat Anggota BPR yang akan diakuisisi,
b. pihak yang melakukan akuisisi memenuhi persyaratan sebagai
pemilik BPR sebagaimana diattur dalam surat keputusan Direksi
Bank Indonesia tentang BPR yang mengatur kepemilıkan dan
permodalan BPR.

37
Prosedur :
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan nomor 16/SEOJK.03/2015 tentang BPR,
terdapat prosedur akuisisi untuk BPR sebagai berikut :
Direksi BPR menyampaikan permohonan persetujuan perubahan kepemilikan yang disebabkan
oleh pengalihan saham yang mengakibatkan perubahan dan/atau mengakibatkan terjadinya
PSP BPR, dan/atau penggantian dan/atau penambahan pemilik baik yang mengakibatkan atau
tidak mengakibatkan perubahan PSP BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan melampirkan:
a. bukti setoran modal dalam bentuk bilyet deposito pada Bank Umum atau BPR yang
bersangkutan dalam hal terdapat penambahan modal disetor berupa, antara lain:
1) fotokopi bilyet deposito setoran modal;
2) bukti pembukuan setoran modal;
3) dokumen pendukung terkait dengan aliran dana setoran modal;
b. bukti pengalihan saham
c. dokumen persyaratan calon pemegang saham
d. dokumen persyaratan akuisisi dalam hal pengalihan saham yang disebabkan oleh akuisisi
sehingga mengakibatkan beralihnya pengendalian;
e. risalah RUPS yang menyatakan persetujuan pembayaran dividen untuk disetorkan kembali
menjadi tambahan modal disetor disertai dengan bukti pemotongan pajak atas dividen.
38
Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan
perubahan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada angka 1 paling lama 20
(dua puluh) hari kerja sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan
diterima secara lengkap.
Dalam rangka melakukan persetujuan atau penolakan atas permohonan perubahan
kepemilikan saham, Otoritas Jasa Keuangan melakukan:
a. penelitian atas kelengkapan dokumen;
b. pemeriksaan setoran modal;
c. uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon PSP dalam hal penambahan modal
disetor tersebut mengakibatkan terjadinya PSP;
d. penelitian terhadap persyaratan calon Pemegang Saham dalam hal penambahan
modal disetor mengakibatkan terjadinya Pemegang Saham baru; dan
e. penelitian terhadap kinerja keuangan BPR dan/atau lembaga keuangan lain yang
dimiliki oleh calon PSP.
Pelaporan perubahan kepemilikan saham kepada Otoritas Jasa Keuangan dilakukan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah perubahan kepemilikan saham disetujui
oleh RUPS, dengan melampirkan risalah RUPS BPR yang telah memperoleh
persetujuan perubahan komposisi kepemilikan saham yang disertai dengan
penambahan modal disetor mengajukan permohonan persetujuan pencairan deposito
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
39
7.7. Likuidasi Bank
7.7.1. Pengertian Likuidasi
Dalam Pasal 1 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Nomor
1/PLPS/2011 yang diubah menjadi Nomor 3/PLPS/2019 Tentang Likuidasi Bank
adalah tindakan penyelesaian seluruh aset dan kewajiban bank sebagai akibat
pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Selain itu, dalam
Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 Likuidasi Bank adalah tindakan
penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai pencabutan izin usaha dan
pembubaran badan hukum bank.
Jadi dapat diartikan bahwa likuidasi adalah proses membubarkan perusahaan
sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor
dan pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang saham (persero). Dapat
dijelaskan bahwa likuidasi bank itu bukan sekedar pencabutan izin usaha dan
pembubaran badan hukum bank, tetapi berkaitan dengan proses penyelesaian
segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang dicabut izin usahanya. Setelah
suatu bank dicabut izin usahanya, dilanjutkan lagi dengan proses pembubaran
badan hukum bank yang bersangkutan, dan seterusnya dilakukan proses
pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban (piutang dan utang)
bank sebagai akibat dari pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum
bank.
40
7.7.2. Dasar Hukum Likuidasi
1. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 3/PLPS/2019 Tentang Likuidasi Bank
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan
Izin Usaha, Pembubaran Usaha dan Likuidasi Bank
3. UU No. 10/1998 Tentang Perbankan
• Pasal 37 ayat (2) mengatur bahwa Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut
izin usaha suatu bank apabila tindakan penyelamatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 ayat (1), belum cukup mengatasi kesulitan yang dihadapi bank
atau menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank dapat membahayakan
sistem perbankan.
• Pasal 52 ayat (1) menetapkan bahwa Bank Indonesia dapat menetapkan sanksi
administratif kepada bank yang tidak memenuhi kewajibannya, atau Pimpinan
Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank yang bersangkutan. Sanksi
administratif dimaksud antara lain dapat pembekuan kegiatan usaha tertentu,
baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1996 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran Usaha dan Likuidasi Bank
5. UU No. 1/1995 Tentang Perseroan Terbatas, bagi pembubaran bank yang berbentuk
hukum perseroan terbatas
6. UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, bagi pembubaran bank

41
7.7.3. Pencabutan Izin Usaha Bank dan Akibat
Hukumnya
7.7.3.1. Pencabutan Izin Usaha Bank
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 dalam
Bab II Pencabutan Izin Usaha dan Pembubaran Badan Hukum, Bank Indonesia
dapat mencabut usaha suatu bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan
sistem perbankan. Pencabutan izin usaha suatu bank oleh Bank Indonesia
merupakan tindakan terakhir bila kesulitan yang dihadapi bank yang bersangkutan
tidak dapat di atasi lagi.
Ketentuan dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
menetapkan dua alasan hukum yang memungkinkan suatu bank dicabut izin
usahanya oleh Bank Indonesia, yaitu :
1. Apabila menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank
membahayakan sistem perbankan.
2. Apabila menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya dan tindakan untuk
mengatasinya belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh
bank.
42
Berdasarkan salah satu alasan hukum tersebut bank mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan
beberapa tindakan sesuai ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 1999 agar:
1. pemegang saham menambah modal
2. pemegang saham mengganti dewan komisaris atau direksi bank;
3. bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dan modalnya
4. bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
5. bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban
6. bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain
7. bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang
dihadapi bank dan atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank
dapat membahayakan sistem perbankan, Pimpinan Bank Indonesia dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham.

43
Likuidasi bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan ijin usaha
bank. Likuidasi bank dilakukan dengan cara:
1. Pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitur, diikuti
dengan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan
dan atau penagihan tersebut; atau
2. Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang disetujui
oleh BI.
Adapun calon dari Tim Likuidasi wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Bank Indonesia. Kemudian pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1999 menyatakan bahwa apabila Rapat Umum pemegang saham tidak
dapat diselenggarakan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
pencabutan izin usaha, atau dapat diselenggarakan namun tidak berhasil
memutuskan pembubaran badan hukum bank dan pembentukan Tim Likuidasi,
Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada Pengadilan untuk mengeluarkan
penetapan yang berisi :
3. Pembubaran badan hukum bank
4. Penunjukan Tim Likuidasi
5. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
ini
6. Perintah agar Tim Likuidasi mempertanggungjawabkan pelaksanaan likuidasi
kepada Bank Indonesia.
44
7.7.3.2. Akibat Hukum
Pemegang saham. anggota dewan komisaris atau pengawas, anggota
direksi dan pejabat lainnya, pegawai serta pihak.pihak lain, yang turut
serta mempengaruhi pengelolaan bank, yang telah melakukan tindakan-
tindakari yang menyebabkan keadaan bank yang bersangkutan memburuk
sehingga dicabut izin usahanya, yang telah melanggar ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini, diancam dengan sanksi pidana dan/atau
administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 49, Pasal 50, Pasal 50A,
Pasal 52. dan Pasal 53 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimanatelah diubah dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998.
Adapun ketentuan lain yang tercantum dalam Pasal 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, antara lain :
1. Dalam hal harta kekayaan bank dalam likuidasi tidak cukup untuk
memenuhi seluruh kewajiban bank dalam likuidasi tersebut maka
kekurangannya wajib dipenuhi oleh anggota direksi dan anggota
dewan komisaris serta pemegang saham yang turut serta menjadi
penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi oleh bank atau menjadi
penyebab kegagalan bank.
45
2. Dalam hal direksi bank yang dicabut izin usahanya tidak
bersedia melakukan tugas dan kewajiban berkaitan dengan
pencabutan izin usaha bank. atau direksi dalam keadaan tidak
hadir, maka tanpa mengurangi tanggung Jawab direksi yang
bersangkutan untuk kepentingan nasabah penyimpan dana.
Bank Indonesia membentuk Tim Pengelola Sementara untuk
menjalankan fungsi direksi sampai dengan terbentuknya Tim
Likuidasi.
3. Direksi yang tidak bersedia melaksanakan tugas dan kewajiban
berkaitan dengan pencabutan izin usaha, pembubaran dan
likuidasi bank. atau yang dengan sengaja tidak hadir, dapat
dikategorikan telah melakukan pelanggaran terhadap Peraturan
Pemerintah ini, dan dapat dikenakan ancaman pidana dan
sanksi administratif.

46
7.7.4. Tugas Direksi Bank yang Dicabut Izin
Usahanya
1. Menyusun neraca penutupan per tanggal pencabutan izin
usaha bank yang bersangkutan dan diaudit oleh akuntan
publik yang terdaftar di Bank Indonesia.
2. Mempersipkan calon anggota Tim Likuidasi untuk
mendapat persetujuan Bank Indonesia sebelum diajukan
kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mempersiapkan perumusan hubungan kerja dengan
pegawai.
4. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham,
kecuali bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan
di luar negeri.

47
7.7.5. Pelaksanaan Likuidasi oleh Tim Likuidasi
Menurut Pasal 1 PP No.25 Tahun 1999 Tim Likuidasi adalah suatu tim
yang bertugas melakukan likuidasi bank yang dicabut izin usahanya. Dengan
terbentuknya Tim Likuidasi, tanggung jawab dan kepengurusan bank dalam
likuidasi dilakukan oleh Tim Likuidasi. Dalam melaksanakan tugasnya Tim
Likuidasi berwenang mewakili bank dalam likuidasi dalam segala hal yang
berkaitan dalam penyelesaian hak dan kewajiban bank tersebut.
Susunan anggota Tim Likuidasi terdiri atas :
1. Pihak lain yang bukan anggota direksi, dewan komisaris atau pemegang
saham; atau
2. Campuran antara pihak lain dengan satu atau beberapa anggota direksi,
dewan komisaris atau pemegang saham sepanjang jumlah anggota
direksi, dewan komisaris atau pemegang saham tersebut tidak melebihi
1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota Tim Likuidasi.

48
Dalam kepentingan harta bank dalam likuidasi, Tim Likuidasi dapat meminta
pembatalan kepada pengadilan atas segala perbuatan hukum bank yang
mengakibatkan kerugian harta bank, yang dilakukan dalam jangka waktu 1(satu)
tahun sebelum pencabutan izin usaha. Pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan
apabila terbukti bahwa pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan, bank yang
bersangkutan dan pihak lain dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan
mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan
mengakibatkan kerugian bagi harta bank tersebut. Yang dikecualikan dari
ketentuan adalah perbuatan hukum bank yang bersangkutan yang wajib dilakukan
berdasarkan undang-undang.
Tugas atau Kewajiban dari Tim Likuidasi di antaranya adalah :
1. Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan di Panitera Pengadilan Negeri
yang meliputi tempat kedudukan bank yang bersangkutan mengenai
pembubaran badan hukum bank dan pembubaran badan hukum ini
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan 2 (dua) surat kabar
harian yang mempunyai peredaran luas dan diberitahukan kepada instansi
yang berwenang dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
pembentukan Tim Likuidasi
2. Melakukan kepengurusan bank
3. Melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban bank dalam likuidasi serta
bertanggung jawab terhadap kekayaan bank tersebut
49
4. Melakukan likuidasi aset melalui pencairan harta dan atau penagihan
piutang kepada para debitur
5. Membuat perencanaan serta melakukan pembayaran ataupun
pemenuhan kewajiban bank kepada kreditur maupun pihak ketiga
lainnya dari hasil pencairan dan atau penagihan piutang bank tersebut
6. Meminta akuntan publik independen untuk melakukan audit atas
neraca penutupan pertanggal pencabutan izin usaha yang belum
diaudit
7. Menyusun neraca verifikasi
8. Melakukan pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak
lain apabila disetujui oleh Bank Indonesia
9. Menyusun Neraca Akhir Likuidasi
10. Membagikan sisa harta kepada para pemegang saham
11. Menitipkan bagian yang belum diambil oleh kreditur kepada bank yang
disetujui oleh Bank Indonesia
12. Menyelenggarakan dan melaporkan Neraca Akhir Likuidasi kepada
Bank Indonesia serta mempertanggungjawabkannya kepada Rapat
Umum Pemegang Saham
50
13. Mengumumkan berakhirnya likuidasi dan menempatkannya pada
Berita Negara Republik Indonesia, memberitahukan kepada instansi
berwenang, dan memberitahukan kepada Departemen Perindustrian
dan Perdagangan (Deperindag) agar nama badan hukum bank tersebut
dicoret dari Daftar Perusahaan apabila Neraca Akhir Likuidasi telah
disetujui oleh Bank Indonesia dan pertanggungjawabannya telah
diterima oleh Rapat Umum Pemegang Saham
14. Melakukan tugas-tugas lain yang dianggap perlu dalam pelaksanaan
likuidasi bank
15. Membubarkan Tim Likuidasi apabila telah selesai menjalankan
tugasnya.
16. Selain kewenangan dan tugas/kewajiban dari Tim Likuidasi, terdapat
juga larangan bagi mereka, yaitu di dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Tim Likuidasi dilarang memperoleh keuntungan untuk
diri sendiri, apabila melanggar larangan tersebut mereka secara pribadi
bertanggung jawab atas perbuatannya.

51
7.7.6. Pihak yang Dirugikan Bank Terlikuidasi
1.Nasabah Deposan
Uang simpanan deposan dalam berbagai bentuk seperti giro,
tabungan, deposito, dan lain lain terancam keselamatannya. Ketika bank –
bank tersebut dilikuidasi, pemerintah (BI) mengumumkan bahwa deposan
hanya diperbolehkan mengambil simpanannya misal paling banyak Rp 20
juta, sedangkan sisanya menunggu pemberitahuan lebih lanjut
(menunggu ketentuan dari tim likuidasi bank yang akan dibentuk).
2. Nasabah Kredit
Sebagian dari nasabah kredit ini sudah menandatangani perjanjian
kerja kredit (PK) namun sebelum seluruh pinjamannya dicairkan atau
ditarik oleh nasabah. Hal ini disebabkan oleh adanya klausul dalam PK
pencairan nasabah kredit dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan
proyek yang dibiayai kredit bank.
3.Karyawan
4.Para Pemegang Saham
5.Direksi dan Dewan Komisaris

52
Sesi 1 PERTANYAAN
1. Apa tujuan bank melakukan merger, konsolidasi, dan akuisisi? (Nurul)
2. Merger dan akuisisi seperti apa yang dilarang di Indonesia? (Monica)
Sesi 2
3. Strategi mana yang dilakukan antara merger dan akuisisi? (Monica)
4. Apa kelebihan dan kekurangan merger? (Nurul)
Sesi 3
5. Apa yang terjadi jika perusahaan melakukan kecurangan saat ketiga kegiatan
tersebut? (Monica)
6. Apakah saat pandemi ini merupakan waktu yang tepat untuk merger, konsolidasi,
dan akuisisi bank? (Nurul)
Sesi 4
7. Sebutkan contoh nyata dari ketiga kegiatan tersebut! (Monica)
8. Apakah proses hukum ketiga kegiatan perlu pengesahan Menkumham? (Nurul)
Sesi 5
9. Bagaimana nasabah harus bersikap jika bank dicabut izin usahanya? (Monica)
10. Bagaimana cara LPS membayarkan klaim kepada nasabahnya? (Nurul)
Latihan Soal
1. Jelaskan pengertian dari merger, konsolidasi
dan akuisisi.
2. Jelaskan syarat-syarat merger dan konsolidasi
Bank Umum.
3. Jelaskan syarat-syarat merger dan konsolidasi
Bank Perkreditan Rakyat
4. Jelaskan syarat akuisisi Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai