Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA PORTOFOLIO

FAKULTAS KEDOKTERAN 05 April 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ADIKSI NARKOBA

Disusun Oleh:
A. Nurul Hikmah R. A 11120202083
Siti Hazrah 11120202142

Dokter Pendidik Klinik:


dr. Nur Isra, M. Kes, Sp. KJ
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat sekarang : Bukit Nusa Indah, Tangerang
Daerah asal : Jambi
ANAMNESIS
Keluhan Utama:

Memutuskan ingin lepas obat metadon sepenuhnya

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mempunyai riwayat penggunaan putau (heroin), shabu (metamfetamin), metadon, subutex, tembakau,

dan tramadol. Dari semua zat-zat psikoaktif yang pasien konsumsi, pasien paling sering dan suka menggunakan

putau (heroin). Pasien mengkonsumsi putau karena dengan menggunakan putau pasien merasa “fly” dan merasa

nyaman sehingga putau ini dikonsumsi secara rutin oleh pasien selama ± 9 tahun. Pasien menggunakan putau

dengan cara disuntikan ke vena di lengan kiri bagian lipat siku, setiap menggunakan putau pasien selalu mengganti

jarum suntik yang digunakan dan tidak berbagi jarum suntik dengan orang lain. Pasien mulai menggunakan zat-zat

psikoaktif sejak tahun 1998 hingga 2011.


CONTINUE…..

ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu:

Awalnya, pasien menggunakan putau hingga tahun 2003, lalu mulai tahun 2004 pasien mulai menjalani

rehabilitasi selama 6 bulan dengan metode terapi putus opioid seketika. Selang 2 bulan sejak keluar dari tempat

rehabilitasi, pasien mulai mengonsumsi putau kembali. Tahun 2006, pasien masuk lagi ke tempat rehabilitasi yang

sama. Enam bulan kemudian, pasien selesai menjalani rehabilitasi dan keluar tinggal di rumah. Namun hal yang

sama terulang, yaitu pasien kembali mengkonsumsi putau karena rasa ingin mengkonsumsinya dirasakan masih

cukup kuat. Kejadian ini berulang hingga pasien menjalani total 4 kali rehabilitasi hingga terakhir kali pasien

menjalani rehabilitasi adalah di tahun 2010.


CONTINUE…..

ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu:

Diantara tahun 2004 hingga tahun 2010, pasien mengaku sempat menggunakan kombinasi subutex dan putau

selama kurang lebih dua bulan, selanjutnya semenjak subutex ditarik dari pasaran, pasien kembali menggunakan putau

saja. Dosis putau yang digunakan adalah 0,25 ml. Putau dikonsumsi rutin satu kali setiap hari tanpa disertai penambahan

dosis hingga tahun 2010. Di tahun 2011 kurang lebih dua sampai tiga bulan setelah keluar dari tempat rehabilitasi, pasien

kembali mencoba menggunakan zat psikoaktif yaitu shabu-shabu untuk mengurangi gejala ketagihan yang dialami karena

pasien memiliki sugesti untuk “memakai” meskipun tubuhnya tidak lagi menunjukkan gejala putus obat. Pemakaian shabu

ini tidak berlangsung lama (kira-kira selama 6 jam). Sejak SMA, pasien mulai merokok dengan jumlah rokok 5 batang/

hari. Pasien dapat merokok dalam jumlah yang lebih banyak hanya pada saat setelah memakai putau.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :

Tak lama berselang, ketika terapi substitusi dengan menggunakan metadon mulai masuk ke Jambi,

pasien mulai menggunakan metadon sebagai pengganti putau dengan dosis pemakaian konstan 40 mg/hari.

Sejak saat itu pasien mengkonsumsi metadon secara rutin hingga 7 hari yang lalu pasien memutuskan ingin

lepas metadon sepenuhnya. Saat pasien memutuskan hal tersebut, pasien kemudian berkonsultasi ke dokter

untuk menanyakan tentang cara yang diperlukan untuk melepaskan metadon sepenuhnya. Cara yang

disarankan adalah dengan menurunkan dosis penggunaan metadon menjadi 20mg tiap hari ditambah dengan 2

tablet tramadol dan 1 tablet elsigan tiap malam selama 5 hari. Pada hari yang keenam setelah pasien sama

sekali tidak mengonsumsi metadon pasien merasakan gejala putus obat seperti nyeri sendi, menggigil,
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :

seluruh tubuh terasa nyeri, emosi tidak stabil, dan napas tidak teratur. Akhirnya setelah 3 hari

menahan gejala putus obat, dengan pertimbangan bahwa kondisi pasien yang demikian dapat membahayakan

keluarga pasien di rumah maka pasien meminta dengan keinginan sendiri untuk dirawat di RSKO sampai dapat

lepas dari zat sepenuhnya Pasien mengaku tidak suka mengkonsumsi alkohol. Pasien mengkonsumsi obat-obat

penenang seperti elsigan, tramadol dan kodein hanya saat diresepkan oleh dokter. Sejak SMA, pasien mulai

merokok dengan jumlah rokok 5 batang/ hari. Pasien dapat merokok dalam jumlah yang lebih banyak hanya

pada saat setelah memakai putau. Ide bunuh diri dan penyakit gangguan jiwa seperti depresi, cemas,

skizofrenia disangkal oleh pasien.


Riwayat Penyakit Sekarang :

No Jenis Zat Metadon Shabu Putau Rokok Subutex

1 Sejak tahun 2011 2011 1998 1994 2010

2 Cara penggunaan Oral Inhalasi Injeksi Merokok Sublingual

3. Frekuensi pemakaian dan Setiap hari 2x/minggu Setiap hari 5 batang/ hari Pasien tidak
kuantitas 40mg/hari 0,25ml/hari ingat

4. Pemakaian 1 thn terakhir Ya Tidak Tidak Ya Tidak

5. Pemakaian 1 bln terakhir Ya Ya Tidak Ya Tidak


Riwayat Penyakit Sekarang :
No Jenis Zat Metadon Shabu Putau Rokok Subutex

6. Pemakaian yang terakhir 7 hari yang 1 bulan yang Tidak Ya Tidak


kali lalu lalu
7. Alasan pemakaian pertama Untuk Untuk Coba-coba Coba-coba sakau akibat
kali Untuk menutupi menghilangk menutupi putau
an ketagihan sakau akibat
putau putau

8. Alasan biasa memakai Substitusi Untuk Ketagihan Ketagihan pengganti


Substitusi pengganti menutupi putau
putau sakau akibat
putau

9. Alasan tidak menggunakan lagi Keinginan Keinginan diri - Sudah ditarik


Keinginan sendiri sendiri. dari peredara
sendiri untuk untuk hidup
hidup sehat sehat dan
dan bebas bebas zat
zat
Riwayat Kehidupan Seksual :

Pasien belum menikah dan sudah pernah melakukan hubungan seksual beberapa kali

Riwayat Penyakit Pasien :

Didiagnosa menderita tuberculosis paru pada tahun 2007 kemudian menjalani pengobatan selama

6 bulan dan sudah dinyatakan sembuh

Riwayat Menggunakan Jarum Suntik :

Riwayat menggunakan jarum suntik (+). Pasien selalu menggunakan jarum suntik untuk

mengkonsumsi heroin. Jarum suntik yang dipergunakan adalah jarum suntik yang baru

Riwayat Berhubungan dengan Hukum : -

Riwayat penyakit :

 Riwayat keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan (-)

 Riwayat keluarga yang menggunakan zat terlarang (+)


Riwayat penggunaan zat :

 Rokok : 1994 - kini


Riwayat Gangguan :
 Putau : 1998- 2009
 Psikiatrik Skizofrenia : tidak ada
 Subutex : 2010
 Manik : tidak ada
 Shabu : 2011 Stressor Psikososial
 Depresi : tidak ada
 Metadon : 2011-2013  Orang tua : tidak ada
 Halusinasi : tidak ada
 Anak : tidak ada
 Anxietas : tidak ada
 Anggota keluarga lain : tidak
 ADHD : tidak ada
ada
 PTSD : tidak ada
 Teman : tidak ada
 Fobia : tdak ada
 Pekerjaan : tidak ada

 Keuangan : tidak ada


Riwayat Penyakit yang Berhubungan dengan Penggunaan Zat Psikoaktif

 Aborsi : tidak ada


 Impotensi : tidak ada
 Hepatitis B : tidak ada
 Steven Johnson Syndr : tidak ada
 Perdarahan Otak : tidak ada
 Endokarditis : tidak ada
 Abses : tidak ada
 Kanker Hati : tidak ada
 Hepatitis C : tidak ada
 Sepsis : tidak ada
 Bronkhitis : tidak ada
 Fraktur : tidak ada
 HIV/AIDS : tidak ada
 Kanker Paru : tidak ada
 Sarkoma : tidak ada
 Sifilis : tidak ada
 Cedera kepala : tidak ada
 Pneumonia : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Fisik : Sistem Respiratorius :

 Keadaan umum : Tampak sakit ringan  Inspeksi : bentuk dada normal, simetris

 Kesadaran : Compos Mentis kanan - kiri, retraksi subkostal

 Tekanan darah : 120/80 mmHg  Palpasi : fremitus taktil normal, kanan = kiri

 Nadi : 80x/menit  Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

 Pernapasan : 22x/menit  Auskultasi : bunyi napas vesikuler, ronkhi -/-,

 Suhu : 36.60C wheezing -/-

 Kepala dan wajah: konjungtiva anemis -/-, sklera

ikterik -/-, pupil isokor diameter 3mm/3mm, reflex

cahaya +/+
PEMERIKSAAN FISIK

Sistem Kardiovaskular : Sistem Gastrointestinal :

 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat  Inspeksi : Datar

 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba  Palpasi : Supel, Nyeri tekan -, Hepar tidak teraba,

 Perkusi : Lien tidak teraba

 batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra  Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen

 batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra Auskultasi : Bising usus +

 batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra

 Auskultasi : bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-)


PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
 Penampilan :

Pasien laki-laki usia 35 tahun, berpenampilan sesuai dengan usia. Pasien

memakai kaus dan sarung, cara berpakaian pasien santai dan terawat. Rambut

dan kuku terawat. Terdapat skar bekas injeksi di medial fossa cubiti sinistra.

 Perilaku & aktivitas psikomotor : Baik

 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

 Pembicaraan : Spontan, Tidak ada gangguan berbahasa


PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

 Mood; Afek : Euthym; Sesuai dan luas

 Keserasian : Serasi & perasaan pasien dapat dirasakan

 Gangguan persepsi : halusinasi (-), ilusi (-)

 Arus pikiran : Produktivitas cukup, kontinuitas tidak terganggu

 Isi pikiran : Preokupasi pikiran (-), waham (-), usaha bunuh diri (-)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

 Orientasi :

• Waktu: baik
 Konsentrasi, perhatian : Baik
• Tempat : baik
 Pikiran abstrak : Baik
• Orang : baik
 Pengendalian impuls : Baik
• Situasi : baik
 Insight : Derajat VI
 Daya ingat
 Judgement : Baik
• Recent memory : Baik
 Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
• Immediate memory : Baik

• Remote memory : Baik


HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

Benzodiazepine : negatif HASIL PEMERIKSAAN


PSIKOLOGIS
Opiate : negatif

Amfetamin : negatif  Afek : Luas dan sesuai

 Persepsi : Tidak terganggu

 Isi Pikir : Koheren


RIWAYAT PERAWATAN/PENGOBATAN/

REHABILITASI SEBELUMNYA

 HASIL PEMERIKSAAN
Pernah menjalani detoksifikasi : +

 RADIO-DIAGNOSTIK
Pernah menjalani rawat jalan : +
 Rontgen Thorax : dalam
 Pernah menjalani rawat inap : +

 batas normal
Pernah menjalani detoksifikasi cepat : -

 Pernah menjalani rehabilitasi : + HASIL EVALUASI SOSIAL

 Pernah menjalani program rumatan : + Tidak dilakukan.


DIAGNOSIS
 Axis I :

F 11.22. Sindrom Ketergantungan Akibat Penggunaan Opioida kini dalam pengawasan

klinis dan terapi pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti (ketergantungan

terkendali)

 Axis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis

 Axis III : Tidak ada Axis

 Axis IV : Tidak ada

 Axis V :

GAF 71-80 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik.


PENATALAKSANAAN

 Neurobion 1 x 1 tab

 Paracetamol 2 x 500 mg

 Estazolam 1 x 1 mg (malam hari)


PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam

 Quo ad functionam : dubia ad bonam

 Quo ad sanationam : dubia ad bonam


DISKUSI
DEFINISI
Heroin (diasetil-morfin) merupakan opioida semisintetik, yaitu opioida yang diperoleh dari opium yang

diolah melalui proses/ perubahan kimiawi. Efeknya 10 kali lebih kuat dari morfin dan lebih cepat masuk ke

dalam otak, sehingga heroin lebih cepat menyebabkan “nikmat” sehingga lebih sering disalahgunakan.

Adiksi heroin adalah penyakit metabolik otak dengan manifestasi berupa gejala toleransi yaitu memerlukan

peningkatan dosis heroin untuk mendapatkan efek yang sama dan sindrom putus zat yaitu sindrom yang

terjadi akibat penghentian atau pengurangan dosis heroin. Penggunaan heroin tersebut terus dilakukan

dengan mengesampingkan segala konsekuensi negatif bagi dirinya maupun orang lain
MANIFESTASI KLINIS
Efek pemakaian heroin yaitu: kejang-kejang, mual, hidung dan mata yang selalu berair,

kehilangan nafsu makan dan cairan tubuh, mengantuk, cadel, bicara tidak jelas, tidak dapat

berkonsentrasi.

Sakaw atau sakit karena putaw terjadi apabila si pecandu putus menggunakan putaw.

Sebenarnya sakaw salah satu bentuk detoksifikasi alamiah yaitu membiarkan si pecandu

melewati masa sakaw tanpa obat, selain didampingi dan dimotivasi untuk sembuh. Gejala sakaw

yaitu mata dan hidung berair, tulang terasa ngilu, rasa gatal di bawah kulit seluruh badan, sakit

perut/diare dan kedinginan.


Intoksikasi Akut (Over Dosis)
Dosis toksik, 500 mg untuk bukan pecandu dan 1800 mg untuk pecandu narkotik. Gejala over dosis biasanya timbul beberapa saat

setelah pemberian obat. Gejala intoksikasi akut (overdosis):

• Kesadaran menurun, stupor - koma

• Depresi pernapasan, frekuensi pernafasan rendah 2-4 kali semenit

• Pupil kecil (pin point pupil), simetris dan reaktif

• Tampak sianotik

• Tekanan darah pada awalnya baik, tetapi dapat menjadi hipotensi apabila pernapasan memburuk dan terjadi syok

• Suhu badan rendah (hipotermia) dan kulit terasa dingin

• Bradikardi

• Edema paru

•  Kejang

Kematian biasanya disebabkan oleh depresi pernapasan. Angka kematian meningkat bila pecandu narkotik menggabungkannya

dengan obat-obatan yang menimbulkan reaksi silang seperti alkohol dan tranquilizer.
Intoksikasi Kronis

Adiksi heroin menunjukkan berbagai segi:

1. Habituasi, yaitu perubahan psikis emosional sehingga penderita ketagihan akan obat

tersebut.

2. Ketergantungan fisik, yaitu kebutuhan akan obat tersebut oleh karena faal dan

biokimia badan tidak dapat berfungsi lagi tanpa obat tersebut

3. Toleransi, yaitu meningkatnya kebutuhan obat tersebut untuk mendapat efek yang

sama.
Mekanisme terjadinya toleransi
dan ketergantungan obat
Mekanisme secara pasti belum diketahui, kemungkinan oleh adaptasi seluler yang menyebabkan

perubahan aktivitas enzim, pelepasan biogenik amin tertentu atau beberapa respon immun. Nukleus locus

ceruleus diduga bertanggung jawab dalam menimbulkan gejala withdrawal. Nukleus ini kaya akan tempat

reseptor opioid, alpha-adrenergic dan reseptor lainnya. Stimulasi pada reseptor opioid dan alpha-adrenergic

memberikan respon yang sama pada intraseluler. Stimulasi reseptor oleh agonis opioid (morfin) akan

menekan aktivitas adenilsiklase pada siklik AMP. Bila stimulasi ini diberikan secara terus menerus, akan

terjadi adaptasi fisiologik di dalam neuron yang membuat level normal dari adeniliklase walaupun berikatan

dengan opiat. Bila ikatan opiat ini dihentikan dengan mendadak atau diganti dengan obat yang bersifat

antagonis opioid, maka akan terjadi peningkatan efek adenilsilase pada siklik AMP secara mendadak dan

berhubungan dengan gejala pasien berupa gejala hiperaktivitas.


GEJALA PUTUS OBAT

 6 – 12 jam , lakrimasi, rhinorrhea, bertingkat, sering menguap, gelisah

 12 - 24 jam, tidur gelisah, iritabel, tremor, pupil dilatasi (midriasi), anoreksia

 24-72 jam, semua gejala diatas intensitasnya bertambah disertai adanya kelemahan, depresi,

nausea, vornitus, diare, kram perut, nyeri pada otot dan tulang, kedinginan dan kepanasan yang

bergantian, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, gerakan involunter dari lengan dan

tungkai, dehidrasi dan gangguan elektrolit

 Selanjutnya, gejala hiperaktivitas otonom mulai berkurang secara berangsur- angsur dalam 7-10

hari, tetapi penderita masih tergantung kuat pada obat. Beberapa gejala ringan masih dapat

terdeteksi dalam 6 bulan.


KRITERIA DIAGNOSTIK

Sindrom ketergantungan jika terdapat 3 atau lebih gejala di bawah ini yang terjadi bersamaan minimal 1

bulan lamanya atau bila kurang dari 1 bulan harus terjadi berulang-ulang secara bersamaan dalam kurun

waktu 12 bulan

● Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat

● Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat sejak awal, usaha penghentian atau

pada tingkat sedang menggunakannya

● Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti

dengan adanya gejala putus zat yang khas. atau menggunakan zat psikoaktif yang sama dengan

maksud menghindarkan atau menghilangkan gejala putus zat.


KRITERIA DIAGNOSTIK
● Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek
yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan
pada individu dengan ketergantungan alkohol danopiat yang secara rutin setiap hari menggunakan zat
tersebutsecukupnya untuk mengendalikan keinginannya)
● Secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan karena penggunaan zat psikoaktif yang
lain, meningkatkan jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau
pulih dari akibatnya
● Terus menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti
gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat penggunaan
yang berat atau hendaya fungsi kognitif akibat menggunakan zat, upaya perlu diadakan untuk
memastikan bahwa pengguna zat bersungguh sungguh atau diharapkan untuk menyadari akan hakikat
dan besarnya bahaya.
TATALAKSANA
Tujuan dan rasionalisasi untuk terapi adiksi:

 Mencegah gejala putus zat

 Menurunkan keinginan untuk menggunakan narkoba lagi

 Menormalkan fungsi fisiologis yang terganggu akibat penggunaan narkoba

Sebaiknya terapi yang digunakn memiliki karakterisitik berikut yaitu meiliki efek terapi

yang lambat, masa kerja yang lama, dan berkurang efeknya secara perlahan.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai