Anda di halaman 1dari 33

F15.

2
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Stimulansia Lain Termasuk Kafein dengan Sindroma
Ketergantungan

Adhwa Humaira, S.Ked 18309012320044


Kamal Nasir, S.Ked 18309012310022
Queenly Alfarita M Bisararisi, S.Ked 18309012320050

PEMBIMBING
dr. Yanuar Satrio Sarosa, Sp.KJ

1
Definisi NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain)
adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan
saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan
fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA.

2
Penggolongan NAPZA
 Depresan (downer), berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh. Contoh: opioid (morfin, heroin, kodein),
sedatif, hipnotik, dll.
 Stimulan (upper), berfungsi merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Contoh: amfetamin
(shabu, ekstasi), kafein, kokain, dll.
 Halusinogen, berfungsi menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh
perasaan dapat terganggu. Contoh: ganja, LSD, dll.

3
Identitas Pasien
 Nama : Tn. MK
 Usia : 24 tahun
 Jenis kelamin : Laki - Laki
 Alamat : Jl. Abdul Mutalib No.89 RT.008 RW.000,
Kel.Kebun Sari, Kecamatan Amuntai Tengah, Kab. Hulu Sungai
Utara
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Agama : Islam
 Suku : Banjar
 Bangsa : Indonesia
 Status Perkawinan : Belum Menikah
 Berobat Tanggal : 9 Desember 2019

4
Keluhan Utama
 Penyalahgunaan NAPZA

5
Autoanamnesis
Pasien datang ke IGD RSJ Sambang Lihum dibawa oleh BNN untuk dilakukan
detox. Pasien merupakan seorang pengguna shabu sejak tahun 2016. Awalnya
menggunakan shabu akibat diberi secara cuma-cuma oleh teman. Namun menurut
penuturan pasien saat itu pasien tidak menggunakan shabu secara rutin, hanya
sesekali. Dalam tiga bulan terakhir, pasien menjadi kecanduan menggunakan shabu
dan dalam 1 minggu, pasien menggunakan shabu kurang-lebih 3 kali. Alasan pasien
menjadi lebih sering menggunakan shabu hingga menjadi kecanduan dalam tiga
bulan terakhir ini yaitu karena pasien memiliki uang untuk membeli shabu. Pasien
menggunakan shabu dengan cara dihirup menggunakan alat bantu bong. Alat bantu
tersebut dibikin sendiri oleh pasien setelah melihat bagaimana teman-temannya
membuat. Menurut penuturan pasien, setelah menggunakan shabu badannya
menjadi lebih ringan dan enak. Namun akhir-akhir ini efek tersebut sudah tidak
dirasakannya lagi. Selain menggunakan shabu, pasien juga pernah mengkonsumsi
zenith sejak tahun 2012. Pasien menggunakan zenith juga karena diberi secara
cuma-cuma oleh teman. Namun sejak tahun 2014 pasien sudah tidak menggunakan
zenith lagi, karena sudah jarang beredar di daerah tempat tinggalnya.

6
Riwayat Gangguan Sebelumnya
 Riwayat gangguan psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri

 Riwayat penggunaan zat psikoaktif


• Shabu sejak tahun 2016. Dalam 3 bulan terakhir menjadi kecanduan,
dalam 1 minggu menggunakan shabu kurang lebih 3 kali
• Zenith pada tahun 2012-2014
• Alkohol sejak SD
• Merokok sejak SD

 Riwayat penyakit dahulu (medis)


Tidak ada riwayat penyakit medis terdahulu

7
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal Lahir normal, tidak terdapat kelainan
Masa Anak Awal Tidak ada gangguan
Masa Anak pertengahan Baik, memiliki banyak teman
Masa Anak akhir Baik, dapat bersosialisasi dengan baik
Riwayat pendidikan SD
Riwayat Pekerjaan Tidak bekerja
Riwayat Agama Islam,akhir-akhir ini sering shalat 5 waktu
Riwayat Psikoseksual Tidak terdapat penyimpangan
Aktivitas Sosial Pasien memiliki banyak teman dan dapat
bergaul dengan baik dengan teman
Cita-Cita pasien Dapat membuka usaha

8
Riwayat Keluarga
Kakak pasien merupakan seorang pecandu NAPZA. Saat ini
pasien tinggal bersama keluarga kakak sulung serta ibu
pasien. Ayah dan ibu pasien sudah berpisah sejak pasien
kecil. Hubungan pasien dengan kakak yang juga seorang
pecandu NAPZA kurang baik, karena jarang berkomunikasi.

9
Situasi Sosial Sekarang
Pasien seorang laki-laki berusia 24 tahun. Pasien hanya
menempuh pendidikan hingga SD. Saat ini pasien sudah
tidak bekerja lagi. Pasien tinggal bersama kakak sulung serta
ibu pasien.

10
Persepsi Pasien Tentang Dirinya
Pasien merasa saat ini hidupnya biasa-biasa saja. Pasien
ingin berhenti kecanduan menggunakan shabu.

11
Status Mental
Deskripsi Umum
 Penampilan

Pasien tampak terawat. Pasien tampak sesuai usia. Pasien


datang menggunakan kaos berwarna hijau dengan celana jeans.

 Perilaku dan aktivitas psikomotor


Perilaku pasien normoaktif, tidak ada hiperaktif maupun
hipoaktif.

Sikap pasien terhadap pemeriksa


Kooperatif
12
Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) dan empati:
 Mood : Eutimia
 Afek : Luas
 Keserasian : Serasi

Gangguan persepsi
 Tidak ada halusinasi, ilusi, depersonalilasi atau derealisasi

Pembicaran
 Spontan, artikulasi jelas

Pikiran :
 Proses pikir :

• Bentuk pikiran : realistik


• Arus pikiran : koheren
 Isi pikiran : waham (-) preokupasi (-)

13
Sensorium dan Kognitif
1. Kesadaran Compos Mentis
2. Orientasi Baik
3. Daya Ingat Jangka segera, menengah, dan panjang baik
4. Konsentrasi Baik
5. Perhatian Memperhatikan dengan baik
6. Kemampuan Membaca Dalam batas normal
dan Menulis
7. Kemampuan Dalam batas normal
visuospasialis
8. Pikiran abstrak Baik
9. Kapasitas intelegensia Sesuai dengan taraf pendidikan
10. Bakat Kreatif Baik
11. Kemampuan Menolong Baik, dapat merawat diri sendiri
diri

14
Kemampuan mengendalikan impuls :
 Pasien tidak bisa mengendalikan dorongan kemarahan

Daya nilai :
 Norma sosial, uji daya nilai, serta penilaian realitas pasien
baik.

Tilikan : 6

Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

15
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda vital
 - Tekanan darah: 120/70 mmHg - Frekuensi nadi: 91 x / menit
 - Frekuensi napas: 21 x / menit - Suhu: 36,8°C
1. Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
2. Sistem kardiovaskular: Tidak ada kelainan
3. Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan
4. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
5. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
6. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

16
B. Status neurologis
1. GCS : E4V5M6
2. Gejala rangsngan selaput otak : tidak ada kelainan
3. Gejala Tekanan Intrakranial : tidak ada kelainan
4. Mata : gerakan : tidak ada kelainan
5. Pupil bentuk : : bulat, isokor 3 mm/3 mm
6. Reaksi cahaya : +/+
7. Reaksi kornea : +/+
8. Pemeriksaan oftalmoskopik : tidak dilakukan
9. Motorik : Tonus : Eutoni
10. Turgor : Normal
11. Koordinasi : Normal
12. Refleks : Normal
13. Sensibilitas : Normal
14. Fungsi luhur : Normal
15. Gangguan khusus : Tidak terdapat gangguan khusus

17
C. Pemeriksaan penunjang
1. Hb: 11,6 g/dL
2. Trombosit: 145 x 103/uL
3. MCH: 18 pg
4. MCV 59 fL
5. Amphetamine: reaktif
6. Metamphetamine: reaktif
7. Pemeriksaan lab lain dalam batas normal

18
Diagnosis
 Diagnosis Aksis I
F.15.2 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein dengan sindroma ketergantungan

 Diagnosis Aksis II
Tidak terdapat gangguan kepribadian, tidak terdapat retardasi mental. Karena
pada pasien tidak terdapat gangguan kepribadian dan retardasi mental sehingga Aksis
II tidak ada diagnosis.

 Diagnosis Aksis III


Aksis III Anemia ringan

19
Diagnosis
 Diagnosis Aksis IV
penyalahgunaan obat mengganggu hubungan (relationship) pasien dengan
keluarga dan teman–temannya. Masalah ekonomi dan pekerjaan karena
pasien saat ini tidak dapat bekerja sehingga mengandalkan pendapatan
orang tua yang sudah lanjut usia. Aksis IV didapatkan masalah
dengan “primary support group”, masalah lingkungan
sosial, masalah ekonomi, serta masalah pekerjaan.

 Diagnosis Aksis V
Pada pasien didapatkan beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dll. Secara umum
masih baik. Aksis V didapatkan GAF Scale 70-61.

20
Tatalaksana
 Fluoxetine 20 mg 1-0-0 per oral
 Lorazepam 2 mg 0-0-1 per oral

21
Prognosis
 Prognosis meragukan ke arah baik
• Pasien memiliki keinginan untuk dapat berhenti secara total dalam
menggunakan NAPZA.
• Pasien mau melakukan rehabilitasi agar dapat berhenti menggunakan
NAPZA.
• Keluarga pasien mendukung pasien untuk dapat berhenti
menggunakan NAPZA.

 Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien


adalah:
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
22
Pembahasan
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan rekam medik tidak ditemukan
riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang
sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
mental organik (F.0).

23
Dari anamnesa didapatkan pasien merupakan seorang
pengguna shabu sejak tahun 2016. Dalam tiga bulan
terakhir, pasien menjadi kecanduan menggunakan shabu dan
dalam 1 minggu, pasien menggunakan shabu kurang-lebih 3
kali dengan dosis yang semakin meningkat. Hal ini dapat
menegakkan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif (F.1).

24
Pasien menggunakan NAPZA shabu-shabu. Shabu-shabu
merupakan NAPZA golongan amphetamine-type stimulants
atau ATS. Penggunaan shabu-shabu selama hampir 3
tahun. Hal ini dapat menegakkan diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat stimulansia lain termasuk kafein
(F15).

25
Pasien kemudian mengaku adanya keinginan kuat atau
dorongan yang memaksa untuk menggunakan zat
psikoaktif, juga kesulitan dalam mengendalikan perilaku
menggunakan zat, yaitu usaha penghentiannya serta
terbukti adanya toleransi yaitu berupa peningkatan dosis zat
psikoaktif karena didosis yang sama tidak didapatkan efek
yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dapat menjadi dasar
diagnosa sindroma ketergantungan (F1x.2)

26
Pasien dapat menyelesaikan pendidikan SD, pernah tinggal
kelas saat SD namun bukan karena masalah akademis
dan tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses
pendidikan. Tidak terdapat ciri kepribadian retardasi
mental. Penilaian terhadap ciri kepribadian tidak ada
kelainan sehingga Aksis II tidak ada diagnosis.

27
Pada anamnesis tidak terdapat keluhan medis,
pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium darah lengkap dan
tes urine didapatkan hasil yaitu Hb: 11,6 g/dL, trombosit:
145 x 103/uL, MCH: 18 pg, MCV 59 fL, Amphetamine:
reaktif, Metamphetamine: reaktif, sehingga aksis III
didiagnosa anemia ringan.

28
Aksis IV didapatkan bahwa penyalahgunaan obat
mengganggu hubungan (relationship) pasien dengan
keluarga dan teman–temannya. Masalah ekonomi dan
pekerjaan karena pasien saat ini tidak dapat bekerja
sehingga mengandalkan pendapatan orang tua yang sudah
lanjut usia.

29
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi
dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global
Assessment of Functioning). Pada pasien didapatkan
beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam sosial, pekerjaan, dll. Secara umum masih baik. Aksis
V didapatkan GAF Scale 70-61.

30
 Terapi farmakologis pada pasien ini menggunakan
Fluoxetine 20 mg 1-0-0 per oral dan lorazepam 2 mg 0-
0-1 per oral
 Fluoxetine termasuk SSRI yang merupakan kelompok
kimia obat antidepresan yang khusus menghambat re-
uptake serotonin
 Lorazepam termasuk golongan benzodiazepin.
Benzodiazepin termasuk dalam kelompok obat yang
disebut depresan sistem saraf pusat (SSP).

31
Psikoterapi terhadap pasien dan keluarga juga penting dalam
menangani pasien dengan gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan stimulansia. Psikoterapi pada pasien ini
terdiri dari ventiliasi, konseling, dan psikoedukasi terhadap
pasien dan keluarga.

32
Kesimpulan
 Laporan kasus ini menampilkan laki-laki 24 tahun dengan
keluhan penyalahgunaan NAPZA jenis shabu dengan riwayat
penggunaan 3 tahun terakhir didiagnosis sebagai gangguan
mental dan perilaku akibat stimulansi lain termasuk kafein
dengan sindroma ketergantungan. Diagnosis ditegakkan
melalui riwayat penyakit yang didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
 Terapi untuk gangguan mental dan perilaku akibat stimulansi
lain termasuk kafein dengan sindroma ketergantungan tidak
hanya berupa psikofarmaka melainkan psikososial yang
berpusat pada pasien serta keluarganya.

33

Anda mungkin juga menyukai