Anda di halaman 1dari 23

KIMIA MEDISINAL

KLP 7

RIAN KHAIRUL S (150 2011 0189)


ARDANI NUGRAHA SALAM (150 2011 0226)
DIAN HARSMAN (150 2011 0345)
PENDAHULUAN
Konsep reseptor lahir pada tahun 1878, dirumuskan oleh
John N langley seorang ahli ilmu faal inggris yang
menyelidiki antagonisme atropin dan pilokarpin Istilah
reseptor diperkenalkan oleh Ehrlich pada tahun 1907,
pelopor terkenal dalam kemoterapi, dan imunokimia.

Topologi (dari bahasa Yunani τόπος, "tempat", dan λόγος,


"ilmu") merupakan cabang yang bersangkutan (yaitu
ruang dan dipilin, tetapi tidak diperkenankan untuk
dipotong, dirobek, ditusuk atau dilekatkan). (wikipedia).
RESEPTOR OBAT adalah suatu
molekul jaringan sel hidup
,mengandung gugus
fungsional atau atom-atom
terorganisasi ,reaktif secara
kimia dan bersifat spesifik
,dapat berinteraksi secara
reversibel dengan molekul
Reseptor obat obat yang mengandung gugus
banyak fungsi spesifik dan respon
terdapat di biologik
membran sel
Interaksi Obat dapat terjadi melalui dua
tahap

Interaksi obat
INTERAKSI YANG
DAPAT dengan reseptor
MENYEBABKAN
PERUBAHAN
spesifik. Interaksi
KONFORMASI ini memerlukan
MAKROMOLEKUL
PROTEIN
afinitas
SEHINGGA TIMBUL
RESPON BIOLOGIS
TEORI INTERAKSI OBAT-RESEPTOR

1. TEORI KLASIK
2. TEORI PENDUDUKAN
3. TEORI KECEPATAN
4. TEORI KESESUIAN TERIMBAS
5. TEORI GAYA MAKROMOLEKUL
6. TEORI MEKANISME & FARMAKOFOR
SEBAGAI DASAR RANCANGAN OBAT
TEORI KLASIK

 TEORI KLASIK DIPERLUKAN


YAITU BERDASARKAN PADA
PENGUKURAN EFEK AKHIR
KERJA OBAT .
TEORI KEPENDUDUKAN
 Clark (1926) bilang:
“Suatu molekul obat akan
menempati satu sisi reseptor ,dan
obat harus diberikan dalam
jumlah berlebih, agar efektif
selama proses pembentukan
kompleks”
D+R D+R
OBAT RESEPTOR BILA OBAT TELAH
MENDUDUKI
RESEPTOR
AFINITAS

RESPON
D–R
EFIKASI BIOLOGIS
KOMPLEKS
(+) (-)
SENYAWA SENYAWA
AGONIS ANTAGONIS
AFINITAS ADALAH UKURAN KEMAMPUAN
OBAT UNTUK MENGIKAT RESEPTOR.
AFINITAS SANGAT TERGANTUNG PADA
JUMLAH RESEPTOR

EFIKASI ( AKTIVITAS INTRINSIK ) ADALAH


UKURAN KEMAMPUAN OBAT UNTUK DAPAT
MEMULAI RESPON BIOLOGIS

SENYAWA AGONIS ADALAH SENYAWA OBAT


YANG DAPAT MENGAKTIFKAN SEDIKIT
RESEPTOR UNTUK MENCAPAI EFEK
FARMAKOLOGI

SENYAWA ANTAGONIS ADALAH SENYAWA YANG


DAPAT MEMBERIKAN RESPON LEBIH KECIL DARI
RESPON AGONIS DAN BEKERJA PADA SISI RESEPTOR
YANG SAMA
TEORI KECEPATAN
 Paton (1961) bilang :
“ Efek biologis dari obat setara dengan
kecepatan ikatan obat- reseptor ,dan bukan
dari jumlah reseptor yang diduduki. “
- Efek biologis dapat ditentukan oleh
kecepatan asosiasi dan disosiasi kompleks
obat- reseptor dan bukan dari pembentukan
kompleks obat –reseptor yang stabil
D+R D+R
OBAT RESEPTOR BILA OBAT TELAH
MENDUDUKI
RESEPTOR
Asosiasi

RESPON
D–R
Disosiasi BIOLOGIS
KOMPLEKS
(+) (-)
SENYAWA SENYAWA
AGONIS ANTAGONIS
1.Senyawa dikatakan agonis bila
mempunyai kecepatan :
asosiasi >>>> disosiasi
2.Senyawa dikatakan antagonis bila
kecepatan :
asosiasi <<<< disosiasi
3.Senyawa dikatakan agonis partial
bila kecepatan asosiasi dan
disosiasinya tidak maksimal
TEORI KESESUAIAN TERIMBAS
 KOSHLAND (1958) mengatakan “
“Ikatan enzim (E) dengan substrat
(S) dapat menginduksi terjadinya
perubahan konformasi struktur enzim
sehingga menyebabkan orientasi
gugus –gugus aktif enzim.”
E+S E+S
ENZIM SUBSTRAT
Terikat

INDUKSI

RESPON
E–S Disosiasi BIOLOGIS
KONFORMASI
ENZIM (+) (-)
SENYAWA SENYAWA
AGONIS ANTAGONIS
CONTOHNYA ASETILKOLIN

Perubahan konformasi enzim menyebabkan


asam-asam amino lysin dan metionin menjadi
Tertutup dan gugus SH terbuka.

ASETILKOLIN AKAN MENGIKAT RESEPTOR ATAU


PROTEIN MEMBRAN DAN MENGUBAH KEKUATAN
NORMAL YANG MENSTABILKAN STRUKTUR
DARIPADA PROTEIN
 Bila perubahan struktur protein
mengarah pada konfigurasi sehingga
obat terikat kurang kuat dan mudah
terdisosiasi ,maka terjadi efek agonis.
 Bila interaksi obat protein,
mengakibatkan struktur protein
sehingga obat terikat cukup kuat ,terjadi
efek antagonis.
TEORI GANGGUAN
MAKROMOLEKUL
 Belleau (1964) bilang :
“ Interaksi mikromolekul obat dengan
makromolekul protein ( reseptor) dapat
menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk konformasi reseptor yakni :
1. Gangguan konformasi spesifik(SCP)
2. Gangguan konformasi tidak spesifik
(NSCP).
D+R D+R
OBAT RESEPTOR BILA OBAT TELAH
MENDUDUKI
RESEPTOR
AFINITAS

RESPON
D–R EFIKASI BIOLOGIS
KONFORMASI
RESEPTOR
(+) (-)
SENYAWA SENYAWA
AGONIS ANTAGONIS
CONTOHNYA
Pada jumlah atom c = 7
SENYAWA ALKIL TERIMETILAMONIUM terjadi efek agonis parsial
PADA RESEPTOR MUSKARINIK karena terjadi keseimbangan
/ASETILKOLIN ESTERASE struktur reseptor
dalam bentuk SPC dan NSCP

Pada jumlah atom c = 5 terjadi rangsangan


reseptor muskarinik karena terbentuk
ikatan hidrofob dengan daerah nonpolar
reseptor dan mengubah struktur reseptor
menjadi bentuk SPC yang menyebabkan
efek agonis

Pada jumlah atom c = 9 terjadi efek antagonis


karena terbentuk struktur NSCP dan sisa
Rantai nonpolar
Obat agonis terjadi bila aktivitas
intrinsiknya
dapat mengubah
Struktur reseptor menjadi bentuk SCP
(Spesifik Conformation Perturbation)
Obat antagonis terjadi bila tidak memiliki aktivitas
intrinsik
dapat mengubah
Struktur reseptor menjadi bentuk
NSCP
(Non Spesifik Conformation Perturbation) sehingga
menimbulkan efek pemblokan
Teori Mekanisme & Farmakofor Sebagai Dasar Rancangan Obat

 Farmakofor adalah model tiga dimensi (3-D)


suatu molekul atau fragmen dgn pengaturan
geometrik, tetapi belum diketahui aktivitas
biologisnya secara nyata.
 Teori ini digunakan sebagai dasar rancangan
obat.
KESIMPULAN

 Reseptor turut berperan dalam


menentukan efek obat dalam tubuh
 Efek obat dipengaruhi oleh bentuk

interaksi reseptor dengan obat

Anda mungkin juga menyukai