Anda di halaman 1dari 22

SIFAT-SIFAT KHAS INDI

VIDU YANG LAIN: MASAL


AH INTELIGENSI
1. Teori Hippocrates- Galenus
Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap
bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat u
nsur pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api yang masing-masi
ng mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat ker
ing, air mendukung sifat basah, udara mendukung sifat dingin,
dan api mendukung sifat panas.
Gelenus menyempernukan pendapat Hippocrates, bahwa di
dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan pokok, y
aitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis.
Sifat kejiwaan tertentu yang khas, tergantung kepada dominas
i cairan dalam tubuh itu oleh Galenus disebut temprament.
2. Tipologi Mazhab Italis dan
Mazhab Perancis
A. Tipologi Mazhab Italia
Berdasarkan atas data-data yang diperoleh DeGiovani serta
hukum deformasi yang dirumuskan oleh DeGiovani, bahwa
ada tiga macam tipe manusia berdasarkan keadaan tubuhn
ya, yaitu :
1. Microsplanchnis ⇨ ukuran menegak relatif dominan, se
hingga orang terlihat tinggi atau jangkung.
2. Macrosplanchnis ⇨ ukuran mendatar relatif dominan, s
ehingga orang terlihat pendek atau gemuk.
3. Normosplanchnis⇨ ukuran menegak dan mendatar sei
mbang, sehingga orang terlihat seimbang
B. Tipologi Mazhab Perancis
Mazhab Perancis yang dipimpin oleh Sigaud berpendapat,
bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelaina
n-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan oleh sekitar at
au lingkungan.
Ada beberapa macam-macam lingkungan yang menimbulk
an reaksi yang bermacam-macam, yaitu:
1. Ada lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sum
ber reaksi respiratoris
2. Ada yang berwujud makan-makanan yang menjadi sum
ber reaksi digestif
3. Ada lingkungan yang berwujud keadaan-keadaan alam y
ang menjadi sumber reaksi muskuler
4. Ada lingkungan yang berwujud keadaan sosial yang men
imbulkan reaksi cerebral
3. Tipologi Kretschmer
A. Tipe-tipe Manusia Menurut Keadaan Jasmaninya
Berdasarkan atas penelitiannya terhadap orang-orang yang
dirawatnya, maka Kretschmer menggolong-golongkan man
usia atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat, yaitu:
1. Piknis atau stenis
2. Leptosom atau astenis
3. Atletis, dan
4. Displastis
1. Tipe Piknis
Sifat-sifat khas tipe ini ialah :
 badan agak pendek,
 dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar,
 leher pendek dan kuat,
 lengan dan kaki lemah,
 banyak lemak, sehingga urat-urat dan tulang-tulan
g tidak terlihat nyata.
2. Tipe Leptosom
Sifat-sifat khas tipe ini ialah :
 badan langsing atau kurus, jangkung,
 rongga dada kecil, sempit, pipih, rusuknya mudah dihitung
perut kecil , bahu sempit,
 lengan dan kaki kurus,
 tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka terlihat
jelas,
 muka bulat telur,
 berat relatif kurang .
3. tipe Atletis
Sifat-sifat khas tipe ini ialah:
 tulang-tulang serta otot dan kulit kuat,
 badan kokoh dan tegap,
 tinggi cukup,
 bahu lebar dan kuat,
 perut kuat,
 panggul dan kaki kuat,
 tengkorak cukup besar dan kuat,
 muka bulat telur, lebih pendek dari tipe leptosom.
4. Tipe displastis
Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah
dikemukakan itu, tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu
di antara ketiga tipe itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang kh
as menurut tipe-tipe tersebut.
Bermacam-macam bagian yang seolah-olah bertentangan sat
u sama lain ada bersama-sama. Kretschmer sendiri mengangg
ap tipe displastis ini menyimpang dari konstitusi normal.
B. Tipe-tipe Manusia Menurut
Tempramennya
Menurut tempramennya manusia dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu:
1. Golongan yang bertempramen schizothym
2. Golongan yang bertempramen cyklothym
1. Tipe schizpthym
Golongan ini sukar mengadakan kontak dengan dunia se
kitarnya, suka mengasingkan diri, ada kecendrungan ke a
rah autisme : menutup diri sendiri, hidup dengan dirinya
sendiri.
2. Tipe cyklothym
Golongan ini mudah mengadakan kontak dengan dunia l
uar, mudah bergaul, mudah mendapatkan teman, rama
h, biasanya dalam pergaulan menyenangkan.
Golongan ini mudah ikut merasakan suka dan duka deng
an orang lain(simpati).
Sifat Hakikat Inteligensi
Inti dari persoalan daripada sifat hakikat inteligensi itu dapat d
irumuskan dengan pertanyaan: “Apakah inteligensi itu?”. Pert
anyaan ini, justru dalam bentuknya yang demikian itu, menjad
i obyek diskusi yang hangat bagi banyak ahli-ahli psikologi, ter
utama di sekitar tahun 1900-1925. Para ahli psikologi yang mu
la-mula membahas masalah tersebut, yaitu sifat hakikat intele
gensi, memakai metode filsafat, yaitu mereka menyusun defin
isi mengenai inteligensi itu atas dasar pemikiran spekulatif-log
is.
Di sini secara garis besar akan dikemukakan berbagai konsepsi
mengenai intelegensi itu, yang merupakan jawaban bagi perta
nyaan “Apakah inteligensi itu?”. Konsepsi-konsepsi tersebut pa
da dasarnya digolong-golongkan menjadi lima kelompok, yaitu
:
1) Konsepsi-konsepsi yang bersifat spekulatif,
2) Konsepsi-konsepsi yang bersifat pragmatis,
3) Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor, yan
g kiranya dapat kita sebut konsepsi-konsepsi faktor,
4) Konsepsi-konsepsi yang bersifat operasional, dan
5) Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional
, yang kiranya dapat kita sebut konsepsi-konsepsi fungsion
al
Konsepsi-konsepsi Mengenai Int
eligensi yang Bersifat Spekula
tif-Filsafati
Spearman, dalam bukunya yang terkenal, yaitu The Abilities of
Man (1927) mengelompokkan konsepsi-konsepsi yang bersifat
spekulatif-filsafati itu menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Yang memberikan definisi mengenai inteligensi umum,
b) Yang memberikan definisi mengenai daya-daya jiwa khusu
s yang merupakan bagian daripada inteligensi, dan
c) Yang memberikan definisi inteligensi sebagai taraf umum
daripada sejumlah besar daya-daya khusus
a. Inteligensi Umum
1) Ebbinghaus (1897) memberi definisi inteligensi sebagai k
emampuan untuk membuat kombinasi,
2) Terman (1921) memberi definisi inteligensi sebagai kema
mpuan untuk berfikir abstrak, dan
3) Thorndike memberi definisi inteligensi sebagi hal yang da
pat dinilai dengan taraf ketidaklengkapan dari pada kemu
ngkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup individu.
b. Inteligensi sebagai Kesatuan daripada Daya-daya Jiwa Formal
Jadi menurut konsep ini inteligensi adalah persatuan (kumpu
lan yang dipersatukan) daripada jiwa-jiwa yang khusus.
c. Inteligensi sebagai Taraf Umum daripada Daya-daya Jiwa Kh
usus
Konsepsi ini timbul dari keyakinan, bahwa apa yang diselidiki
(dites) dengan tes inteligensi itu adalah inteligensi umum.
Konsepsi-konsepsi yang Bersifa
t Pragmatis
Dasar dari konsepsi ini kiranya adalah yang dinyatakan oleh Bo
ring, bahwa inteligensi adalah apa yang dites oleh tes intelige
nsi. Kurang radikal daripada pendapat Boring itu ialah pernyat
aan Terman, bahwa inteligensi itu dapat diukur sesuai dengan
definisinya. Pernyataan ini dianalogikan dengan pengetahuan
tentang listrik; pengukuran terhadap listrik tergantung kepada
definisi yang diberikannya, panasnya, alirannya dan sebagainy
a.
Konsepsi-konsepsi Faktor
Konsepsi-konsepsi ini dinamakan demikian sebenarnya berala
s pada kenyataan bahwa di dalam menyelidiki dan mencari sif
at hakikat inteligensi itu orang mempergunakan teknik analisis
faktor, suatu teknik yang mula-mula dirintis oleh Spearman, d
an kemudian cepat berkembang, terutama di daerah Anglo Sa
ksis. Psikologi yang begitu besar perannya dalam psikologi de
wasa ini banayak sekali bersandar kepada analisis faktor itu.
a. Teori Spearman
Dengan teknik analisis faktor Spearman menemukan bahw
a tiap tingkah laku manusia itu dimungkinkan (disebabkan)
oleh dua faktor, yaitu:
1) Faktor umum, general factor, dan
2) Faktor-faktor khusus tertentu (special factor).
Faktor umum atau general factor itu, yang dilambangkan d
engan huruf g merupakan hal atau faktor yang mandasari s
egala tingkah laku orang. Sedang faktor khusus atau special
factor, yang dilambangkan dengan huruf s, hanya berfungsi
pada tingkah laku-tingkah laku khusus saja. Jadi tiap tingka
h laku itu dimungkinkan atau didasari oleh dua faktor, yaitu
: faktor g dan s tertentu.
b. Teori Thomson
Thomson tidak dapat menyetujui pendapat Spearman tersebu
t. Menurut dia apa yang disebut faktor g oleh Spearman itu tid
ak ada. Betul secara statistik Spearman telah menunjukkan ad
anya faktor g itu, tetapi menurut Thomson pembuktian Spear
man itu dapat ditunjukkan bahwa itu tidak betul. Jadi apa yan
g disebut oleh Spearman faktor g itu tidak ada, yang ada hany
alah bermacam-macam faktor khusus, faktor-faktor s.
c. Teori Cyrill Burt
Pendirian Burt sangat dekat dengan pendirian Spearman. Dia
sependapat dengan Spearman bahwa pada manusia terdapat
faktor g, yang mendasari semua tingkah lakunya; dan seperti S
pearman dia berpendapat, bahwa faktor g ini kepada dasar, di
bawa sejak lahir. Selanjutnya di ajuga berpendapat, bahwa tia
p-tiap orang memiliki faktor s. Tetapi disamping kedua macam
faktor itu menurut Burt, masih ada lagi faktor ketiga, yaitu fakt
or (group, common, factor ), yang dilambangkan huruf c.
d. Teori Thurstone
Thurstone adalah tokoh Chicago. Dia sependapat dengan Bur
t, bahwa ada faktor c, yang berfungsi pada sejumlah tingkah l
aku; juga sependapat dengan Burt mengenai adanya faktor s
yang jumalahnya banyak sekali, sebanyak tingkah laku khusus
yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan. Akan tetapi
mengenai faktor g dia menolaknya; dia berpendapat, bahwa
faktor g itu tidak ada, jadi hanya ada dua macam faktor saja y
aitu faktor c dan faktor s.
Adapun faktor c itu menurut Thurstone banyaknya ada 7 yaitu
:
1) Faktor ingatan,
2) Faktor-faktor verbal,
3) Faktor bilangan,
4) Faktor kelancaran kata-kata,
5) Faktoe penalaran atau reasoning,
6) Faktor persepsi atau perceptual factor,
7) Faktor ruang atau spatial factor.
e. Pendapat Guilford
Guilford (1961, 1976), orang yang dewasa ini sangat terke
nal dalam lapangan psikometri, sependapat dengan Thurst
one, yaitu bahwa yang pokok itu ialah faktor c; bahkan pa
da hakikatnya hanya inilah faktor-faktor inteligensi itu. Me
nurut dia faktor c itu banyaknya tidak hanya ada 7, melain
kan 120.

Anda mungkin juga menyukai