BIOKIMIA
PENGERTIAN
Fosforilasi Oksidatif
pada Manusia
Searched by Vanny Eka (17.0605.0026) & Ngesti Rahayu (19.0605.0008)
Konsep Fosforilasi Oksidatif
Aliran elektron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui kompleks-kompleks protein, yang terdapat pada
membran dalam mitokondria, akan menyebabkan proton terpompa keluar dari matrik mitokondria, terbentuk
kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari gradien pH dan potensial listrik transmembran. Sintesis ATP
terjadi bila proton mengalir kembali ke dalam matriks mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi
Oksidasi dan Fosforilasi terangkai melalui gradien proton melintasi membran dalam mitikondria. Pada intinya,
dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron diubah menjadi daya gerak proton dan kemudian menjadi
potensial fosforilasi. Fase pertama , dilaksanakan oleh tiga pompa proton yang digerakkan elektron, yaitu
NADH-Q reduktase , sitokrom reduktase, dan sitokrom oksidase . Fase kedua fosforilasi oksidatif
dilaksanakan oleh ATP sintase, suatu susunan pembentuk ATP yang digerakkan melalui aliran balik proton ke
dalam matriks mitokonria.
1.Memproduksi energy
2.Mengatur kematian sel
3.Menyimpan kalsium
4.Memproduksi panas tubuh
a. Transport elektron
• Kompleks III
• Kompleks I
Sitokrom C oksidoreduktase (Kompleks III) merupakan
Kompleks I disebut juga NADH: ubiquinone oksidoreduktase
pasangan transpor elektron dari ubiquinol (QH2) ke sitokrom
atau NADH dehidrogenase, merupakan enzim besar yang
c dengan transportasi vectorial proton dari matriks ke ruang
terdiri dari 42 rantai polipeptida yang berbeda. NADH
antarmembran. Berdasarkan struktur Kompleks III (Gambar 3)
berikatan dengan kompleks I dan menyumbang dua elektron.
dan studi biokimia tentang reaksi redoks, model yang umum
Elektron tersebut kemudian memasuki kompleks I melalui
telah diusulkan mengenai reaksi bagian elektron dan proton
Flavoprotein yang mengandung FMN (disebut juga flavin
yang melalui Kompleks III. Persamaan untuk reaksi redoks
mononukleotida). Tambahan elektron ke FMN mengubahnya
siklus Q ini adalah:
menjadi bentuk tereduksi, FMNH2. Elektron kemudian
ditransfer melalui gugus besi-sulfur. Setidaknya terdapat
• Kompleks IV
enam gugus besi-sulfur [2Fe–2S] maupun [4Fe–4S] (Nelason
Pada tahap akhir dari rantai respirasi, Kompleks IV yang
dan Cox, 2004).
disebut juga sitokrom oksidase, membawa elektron dari
sitokrom C ke molekul oksigen lalu direduksi menjadi H2O.
• Kompleks II
Kompleks IV adalah enzim yang besar (13 subunit; Mr
Suksinat dehidrogenase (Kompleks II) adalah enzim yang
204.000) dari membran dalam mitokondria. Mitokondria
terikat membran. Dimana titik masuk kedua pada rantai
subunit II berisi dua ion Cu kompleks dengan gugus OSH dari
transpor elektron lebih kecil dan sederhana dari Kompleks I,
dua residu Cys di pusat binuklir yang menyerupai pusat
Kompleks II berisi lima gugus prostetik dari dua jenis dan
gugus 2Fe-2S besi-sulfur. Subunit I berisi dua kelompok
empat subunit protein yang berbeda. Subunit C dan D adalah
heme, yaitu heme a dan a3, dan ion tembaga lain (CuB).
protein integral, masing-masing dengan tiga heliks
Heme a3 dan CuB membentuk pusat binuklir kedua yang
transmembran.
menerima elektron dari heme a dan mentransfernya ke
PENGERTIAN
Siklus kerb adalah siklus yang digunakan oleh organisme aerobik untuk emnghasilkan energi.
Produk dalam siklus kreb menghasilkan senyawa berupa asam sitrat, sehingga siklus kreb juga
disebut sebagai siklus asam sitrat.
1. Sindroma Reye, suatu penyakit yang disebabkan oleh ingesti aspirin setelah infeksi virus, mitokondria
membesar, membengkak, dan mengalami keruskan membran. Sintesis ATP bergantung pada integritas
struktural membran mitokondria bagian dalam. Pada sindroma Reye , suatu penyakit yang disebabkan
oleh ingesti aspirin setelah infeksi virus, mitokondria membesar, membengkak, dan mengalami
keruskan membran. Gangguan metabolisme energi menyebabkan tubuh tidak mampu menggabungkan
amonia ke dalam urea sehingga terjadi koma hepatikum.
2. Gangguan metabolisme energi menyebabkan tubuh tidak mampu menggabungkan amonia ke dalam
urea sehingga terjadi koma hepatikum.
3. Hiperasilasi protein mitokondria pada gagal jantung Penyebab terjadinya pertama kemungkinan
adanya kelebihan asil-CoA. Penurunan oksidasi asam lemak pada gagal jantung berhubungan dengan
peningkatan kadar asil-CoA rantai pendek pada miokardium, sehingga ketidakseimbangan antara
suplai dan oksidasi asetil-CoA dapat mengakibatkan peningkatan asetilasi protein yang meningkat.
4. Berolahraga dapat menyababkan panas, karena kecepatan hidrolisis ATP meningkat. Akibat
peningkatan kecepatan sintesis ATP oleh ATP- sintase, proton masuk kedalam matriks, dan rantai
transpor elektron terangsang. Konsumsi oksigen meningkat , juga jumlah energi yang hilang sebagai
panas oleh rantai transpor elektron. Perangsangan terhadap rantai transpor elektron akibat
5. Anemia defisiensi besi ditandai oleh penurunan kadar hemoglobin dan protein lain yang mengandung
besi dalam darah, namun sitokrom yang mengandung dan pusat Fe-S pada rantai transpor elektron juga
terpengaruh. Rasa lelah pada anemia defisiensi besi, sebagian terjadi akibat berkurangnya transpor
elektron untuk pembentukan ATP. terpisahnya fosforilasi oksidatif dan rantai transpor elektron juga
meningkatkan konsumsi O2 dan menghasilkan panas, tetapi ATP tidak dihasilkan.
6. Radikal Bebas
Radikal bebas diduga berperan pada proses patologi oklusi vaskuler yang menyebabkan penyakit
kardiovaskuler. ROS memicu oksidasi low density lipoprotein (LDL) yang akan berakumulasi di dalam plak
dan berkontribusi terhadap inflamasi aterokslerosis dan patogenesisnya. LDL yang teroksidasi memicu
disfungsi endotel yang berakibat pada apoptosis sel dan menyebabkan vasokonstriksi. Penyakit lain
seperti stroke juga berhubungan dengan radikal bebas dari beberapa sumber seperti oksidasi xantin,
siklooksigenase, sel-sel inflamasi, dan mitokondria. Radikal bebas juga menyebabkan perubahan transpor
electron mitokondria selama iskemia dan reperfusi. Akumulasi sel-sel inflamasi seperti neutrofil dan
monosit/makrofag selama reperfusi memicu terjadinya stres oksidatif. Peningkatan kadar ROS di otak
menyebabkan otak lebih rentan terhadap stres oksidatif. Selain itu, radikal bebas juga diduga turut
berperan terhadap inisiasi cedera seluler pada penyakit neurodegeneratif seperti pada penyakit Alzheimer,
penyakit Huntington, ataupun Parkinson.
7. Penuaan
Penuaan merupakan proses multifaktorial. Sebagian besar hipotesis mengenai mekanisme dasar proses
penuaan adalah perubahan homeostasis metabolik, inflamasi, dan/ atau proses redoks pada sel dan
jaringan.Teori stres oksidatif atau radikal bebas merujuk peningkatan ROS sebagai proses utama
penuaan sel.
Searched by May Synta (19.0605.0010) & Anindya Shafira (19.0605.0014)
Gangguan Penyakit dalam Proses Fosforilasi Oksidatif
9. Penyakit Oxphos
merupakan penyakit klinis mengenai komponen fosforilasi oksidatif. Dan termasuk salah satu penyakit
degeneratif yang sering dijumpai. Penyakit Oxphos disebabkan oleh mutasi pada DNA Mitokondria.
Genetik mutasi pada mtDNA didefinisikan oleh pewarisan maternal, ekspresi ambang, tingkat mutasi,
segregasi replikatif, serta penumpukan mutasi somatik dengan seiring bertambahnya usia.
Seiring bertambahnya usia patologi penyakit biasanya akan menjadi semakin parah, karena seiring
dengan bertambahnya usia akan terjadi penumpukan mutasi somatik pada mtDNA yang diakibatkan oleh
pembentukan radikal bebas didalam mitokondria. Dan dengan bertambahnya usia juga akan terjadi mutasi
yang dapat menyebabkan turunnya kapasitas fosforilasi.
Thank You