WR WB
KELOMPOK 2
Feby Febriany (C72219058)
Firda Berliana (C72219059)
Nadia Abdi Fazrul F (C72219067)
A. Rukun Mewarisi
Al-Muwarrith (pewaris)
Yaitu orang yang mewariskan dan yang meninggal dunia. Baik
meninggal dunia secara hakiki, atau karena keputusan hakim,
seseorang dinyatakan mati berdasarkan beberapa sebab.
Al-Warith(ahli waris)
Yaitu orang yang akan mewarisi, yang mempunyai hubungan
dengan si muwarrith (pewaris) baik hubungan itu karena
hubungan kekeluargaan (nasab) atau perkawinan.
Tetapi bukan berarti harta tersebut bisa langsung dibagi,
harus diperhatikan, yaitu berupa hak orang lain yang belum
dipenuhi atau dibayarkan oleh muwaris, yakni:
Hutang-piutang ini ada dua kategori, yakni hak Allah dan hak
Adam. Hak Allah berkaitan dengan hal ibadah seperti zakat,
haji, nadzar, dan sebagainya. Sedangkan hak adam yakni
terkait dengan tanggungan atau hutang terhadap orang lain.
B. Syarat Mewarisi
Dalam hukum waris Islam, penerimaan harta warisan didasarkan
pada asas ijbari, yaitu harta warisan berpindah dengan sendirinya
menurut ketetapan Allah swt tanpa digantungkan pada kehendak
pewaris atau ahli waris. Berikut syarat-syarat mewarisi menurut
Islam:
1. Matinya Muwarrith
Muwarrith adalah orang yang mewariskan. Dalam hal ini,
pewarisan baru terjadi apabila si muwarrith sudah meninggal
dunia. Jika muwarrith masih hidup tidak bisa dikatakan warisan
melainkan sebagai pemberian atau hibah dan tidak diperhitungan
sebagai harta warisan.
Sedangkan matinya muwarrith ada tiga macam, yaitu:
3. Wala’
Yakni hubungan yang tercipta dari tindakan seorang pemilik
budak yang memerdekakan budaknya itu. Kemudian setelah
bekas budak tersebut mampu bertindak hukum dan mempunyai
milik sejumlah harta benda. Bila bekas budak ini meninggal
bekas tuannya menjadi ahli waris tapi tidak untuk sebaliknya.
Sekian, Terimakasih
Wassallamualaikum wr wb