EXTRACTION
(SFE)
Wening Galih (20721007)
Khairunnisa Sy (20721016)
M. Ikhlas Arsul (30720311)
SEJARAH SFE
LATAR BELAKANG SFE
Dengan adanya kesadaran yang tinggi akan polusi lingkungan yang diakibatkan
oleh sisa-sisa bahan kimia menjadi cikal bakal pengenalan “green chemistry”.
Para peneliti semakin peduli akan penggunaan bahan kimia dan pelarut-pelarut
sehingga mendesign protokol penelitian yang ramah lingkungan. Ekstraksi dan
isolasi bahan alam menggunakan berbagai macam pelarut tentunya menjadi
sumber sampah pelarut organik dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu,
digunakanlah SFE sebagai alternatif yang ramah lingkungan (eco-friendly). Hal
ini dilakukan juga dengan tujuan mengurangi dampak sisa-sisa pelarut organik
terhadap kesehatan manusia.
SFE (SUPERCRITICAL FLUIDE EXTRACTION)
Teknik ekstraksi dengan Fluida Superkritis merupakan suatu teknik pemisahan yang
memanfaatkan daya pelarut dari fluida superkritik pada suhu dan tekanan di sekitar
titik kritis. Cara ini sangat efektif terutama untuk mengisolasi senyawa dengan berat
molekul sedang dengan kepolaran yang rendah.
Fluida Superkritis adalah keadaan dimana fluida berada diatas titik kritis.
Sifat-sifat fisikokimianya berada diantara fase cair dan gas yang membuat daya
larutnya lebih tinggi dibandingkan pelarut lain.
Fluida Superkitis memiliki difusitas besar,visikositas rendah dan bersifat inert.
Keunggulan utama fluida superkritis adalah memiliki difusifitas 1000 kali lipat lebih
besar sehingga menghasilkan laju transfer massa yang lebih besar
PARAMETER KRITIS BAHAN
“SOLVEN”
KARBONDIOKSID
A
MODIFIER YANG SERING DIGUNAKAN UNTUK
PELARUT SUPERKRITIS CO2
Diantara ketiga cara ini, penggunaan dengan pompa akan lebih memudahkan.
Dalam SFE, sampel untuk ekstraksi bahan alam, matriks bisa
berasal dari tumbuhan dan mikroba, atau bahan lainnya.
Untuk bulk matriks memerlukan pra-persiapan sampel seperti
digiling, dirajang, dikeringkan, dicampur, diatur Phnya atau
dibasahi.
“PERSIAPAN Untuk bahan yang berbentuk cair, semisolid ataupun gel,
SAMPEL” matriks perlu dibantu dengan matriks yang padat untuk
membuatnya tidak bergerak, karena SFE tidak cocok untuk sampel
cair. Contoh matriks yang bisa digunakan untuk membantu adalah
ada matriks yang diaplikasikan dengan kertas penyaring,
menggunakan diatom, sodium sulfat, atau menggunakan agen
pengering. Dalam hal ini, penghilangan air dari matriks basah
menjadi penting untuk meningkatkan recovery dan reprodusibility.
“EKSTRAKSI”
Kebanyakan SFE menggunakan solven berupa CO2 yang dinilai
PRINSIP PROSES EKSTRAKSI sebagai solven yang aman untuk proses ekstraksi bebas solven.
Tahapan dasar dalam SFE melingkupi:
BEBAS SOLVEN
3. Gas CO2 kembali ke
1. CO2 cair ditekan
tank CO2. Setelah satu
untuk berada pada
putaran penuh, proses
kondisi kritis dengan
ekstraksi dimulai
mengatur suhu dan
dengan mengsirkulasi
tekanannya.
CO2.
2. Superkritis CO2
memiliki kemampuan
melarutkan dan
mengekstraksi
senyawa non-polar dan
semipolar serta
komponen-komponen
yang mudah menguap.
PRINSIP KERJA SFE
GC (Gas Chromatography)
1. DAUN KERING UTUH Hewlett Packard Model HP6890
SAMPEL
INSTRUMEN KG
INSTRUMEN SFE
BAKU PEMBANDING DAN
2. DAUN KERING
(HP) 7680T SFE
RAJANGAN
3. DAUN SEGAR UTUH instrument
fitted with
4. DAUN SEGAR RAJANGAN HP7693 auto-
5. DAUN KERING YANG
DIREHIDRASI injector, using a
6. BAKU : Tea tree oil dari
ATTORI SGE
50QC2/BPX5
Ekstraksi tidak terjadi sempurna pada semua sampel simplia kering yang dirajang. Hal ini terjadi pada
semua kondisi ekstraksi di semua varian suhu dan densitas ( Data tidak dilampirkan)
SAMPEL DAUN SEGAR RAJANG
Ekstraksi Tea Tree Oil pada kondisi ringan tidak dapat menyerupai hasil yang didapatkan dari
sampel yang berasal dari matriks sampel daun segar. Pada kondisi yang lebih kuat untuk sampel
dengan matriks sampel daun segar dan sampel matriks daun kering yang direhidrasi memiliki
hasil yang lebih bisa diterima, karena mampu menghasilkan 8 senyawa target monoterpene pada
proses ekstraksinya.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis sampel matriks dan pemberian modifier seperti air
merupakan komponen penting dalam penguatan proses ekstraksi SFE dengan menggunakan
scCO2.
Tujuan dan Objek Studi :
Tujuan :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kapabilitas metode SFE dalam mengekstrak
sampel daun P. radula dan membandingkan
komposisi ekstrak hasil ekstraksinya terhadap
minyak granium esensial oil yang terdapat
dipasaran
Objek Studi :
Pelargonium radula leaves dan Geranium
JURNAL 2 Essential Oil yang berada dipasaran
ALAT DAN BAHAN
INSTRUMEN
Essential Oil Technologies Model SFT-100
equipment
- Sampel :
Matriks Sample
.
- GCMS : Agilent Technologies
Simplisia Daun P. radula 7890A/5975C Series, (Kolom : non-
yang dirajang polar tipe Agilent HP-5MS column
with a length of 30 m, 0.25 mm
diameter and 0.25 μm) thickness.
METODE ANALISA
Senyawa tersebut antara lain : benzyl acetate, citronellol, geraniol, e-amyl cinnamaldehyde, isopropyl
tetradecanoate, dan isopropyl hexadecanoate
Senyawa lainnya seperti linalool, phenyl ethyl alcohol dan e-anethole tidak terekstraksi. Hal tersebut
diasumsikan karena karakteristik selective dari scCO2
Metode SFE memiliki selektivitas yang baik dalam menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan.
Seperti linolol yang sebetulnya terbentuk dari proses degradasi senyawa geraniol.
KESIMPULAN
Penelitian dilakukan untuk membandingkan hasil ekstraks dari simplisia kering P.radula dan
Geranium oil yang berada dipasaran.
Dengan Metode Analisis SFE yang diberlakukan terhadap sampel uji, didapatkan hasil senyawa
ekstrak minyak sebesar 0,19%,
Selanjutnya dilakukan analisis dengan instrument GCMS untuk mengetahui komponen penyusun
ekstrak minyak hasil estraksi sampel uji. Dihasilkan 6 komponen dari senyawa hasil ekstrak
sampel uji, yaitu : benzyl acetate, citronellol, geraniol, e-amyl cinnamaldehyde, isopropyl
tetradecanoate dan isopropyl hexadecanoate.
Jumlah komponen yang terekstraksi pada hasil ekstraksi sampel uji menghasilkan ekstrak yang
lebih sedikit dibandingkan dengan metode ekstraksi lain seperti distilasi uap dan ekstraksi dengan
pelarut