8 TR4
8 TR4
K
PO
M
LO
KE
8
POKOK BAHASAN
Studi Kasus
Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era
Otonomi
Perubahan sistem pemerintahan dan pengelolaan pembangunan daerah tersebut
tentunya akan menimbulkan perubahan yang cukup mendasar dalam perencanaan
pembangunan daerah. Sistem perencanaan yang selama ini cenderung seragam,
mulai berubah dan cenderung oleh daerah yang bersangkutan. Kebijaksanaan
nasional, mulai mengalami perubahan sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang
berkembanga di daerah. Keadaan demikian menyebabkan, pola dan sistem
Perencanaan pembangunan daerah dalam era otonomi daerah juga mengalami
perubahan cukup penting dibandingkan dengan apa yang telah kita alami dalam era
sentralisasi pada pemerintah orde Baru yang lalu.
Konsep Otonomi
Daerah
Perkataan otonomi berasal dari bahasa Yunani outonomous, yang berarti pengaturan
sendiri atau pemerintahan sendiri. Menurut Encyclopedia of social science pengertian
otonomi adalah the legal self sufficiency of social body and its actual independence.
Dengan demikian, pengertian otonomi menyangkut dengan dua hal pokok yaitu
kewenangan untuk membuat hukum sendiri dan kebebasan untuk mengatur
pemerintahan sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, maka otonomi daerah pada
hakekatnya adalah hak atau wewenang untuk mengurus rumah tangga sendiri bagi
suatu daerah otonom. Hak atau wewenang tersebut meliputi pengaturan
pemerintahan dan pengelolaan pembangunan yang diserahkan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah.
Pada dasarnya ada tiga alasan pokok mengapa diperlukan otonomi daerah
Desentralisasi Fiskal
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 juga melakukan desentralisasi fiskal dimana pemerintah
daerah diberikan wewenang pengelolaan pengeluaran keuangan yang lebih besar sesuai dengan
potensi dan kebutuhan daerah. Desentralisasi fiskal tersebut mencakup pemberian wewenang
yang lebih besar kepada daerah dalam mengelola pengeluaran dan pemasukan pemerintah sesuai
dengan ketentuan berlaku sebagai pedoman operasional pemerintah telah mengeluarkan pula lima
buah PP baru pada akhir tahun 2000 yang lalu. Dengan dilakukan desentralisasi fiskal tersebut
diharapkan pemanfaatan dana pemerintah akan menjadi lebih terarah dan efisien dalam
memperhatikan kebutuhan masing-masing daerah.
Reorientasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Terobosan yang cukup penting perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas
tenaga perencanaan pada semua BAPPEDA yang ada di daerah dalam hal ini upaya yang
dapat disarankan adalah sebagai berikut:
Membentuk komite perencanaan yang bertugas untuk membantu pelaksanaan tugas BAPPEDA
dalam penyusunan dokumen perencanaan.
Memberikan status fungsional kepada para petugas perencana tetap atau pegawai daerah yang
terdapat pada BAPPEDA bersangkutan
Meningkatkan pendidikan dan latihan untuk tenaga perencana yang telah ada baik dalam bentuk
pendidikan jangka pendek maupun jangka panjang ketik dalam hal ini koma program pelatihan
jangka pendek dan program pendidikan pascasarjana yang telah ada pada perguruan tinggi
setempat dapat dimanfaatkan
SPPN 2004
Tujuan utama SPPN 2004 adalah untuk meningkatkan kembali ke koordinasi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Koordinasi tersebut baik antara perencanaan nasional dan daerah,
antar masing-masing daerah serta masing-masing instansi pemerintah yang terkait koordinasi
Pembangunan Jangka Panjang secara nasional dilakukan melalui penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang nasional untuk periode 20 tahun RPJP nasional ini berisikan visi,
misi dan arah pembangunan secara nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan
terbentuknya pemerintah negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan undang-undang
Dasar 1945 nasional ini selanjutnya dijadikan landasan utama penyusunan RPJP nasional untuk
periode 5 tahun titik RPJM nasional ini memuat strategi pembangunan nasional kebijakan umum
program kementerian dan lembaga, program kewilayahan serta kerangka ekonomi makro yang
mencakup kembaran perekonomian nasional secara menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal dan
kerangka pendataan.
Rencana pembangunan yang kurang operasional tersebut terjadi karena selama ini umumnya
badan perencana pembangunan, terutama pada tingkat daerah (BAPPEDA) kurang memperhatikan
pentingnya perencanaan tahunan sebagai jabaran lebih konkret dan operasional dari perencanaan
jangka menengah. Perencanaan yang ada, baik PROPEDA maupun RENSTRA adalah perencanaan 5
tahun yang biasanya memang kurang operasional karena jangka waktu cakupan perencana cukup
panjang. Seharusnya pada setiap tahun badan perencana menyusun Rencana Tahunan yang
merupakan jabaran lebih rinci dan konkret dari RPJMD dan RENSTRA-SKPD sesuai dengan
kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan.
5 Perencanaan dan Penganggaran
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa dalam
proses penyusunan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), pemerintah diwajibkan
menyusun Kebijaksanaan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA). Penyusunan KUA dimaksudkan untuk dapat memilah
dan menentukan program dan kegiatan yang menjadi urusan daerah sehingga dapat dibiayai
dengan APBD daerah.
Titik kelemahan utama dari SPN 2004 ini adalah bahwa sistem perencanaan pembangunan
internet kurang mempertimbangkan secara eksplisit aspek-aspek tata ruang dan pembangunan
wilayah dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan aspek perencanaan wilayah
yang terdapat di dalamnya hanyalah berkaitan dengan wilayah administratif seperti provinsi
kabupaten dan kota B sedangkan pengertian wilayah dalam perencanaan pembangunan
sebenarnya lebih luas dari wilayah administratif tersebut karena termasuk pula perbedaan potensi
dan keterkaitan antara daerah pedesaan dan perkotaan antar kota dan kabupaten antar sesama
kota maupun Antar Provinsi yang berdekatan.
Komplikasi Otonomi Terhadap Perencanaan Pembangunan Daerah
Persyaratan
untuk Perencanaan Itu Sendiri
Optimalisasi Peran Serta
Masyarakat Terjaminnya Harus Layak Secara Teknis
Pelaksanaan
Rencana
Menjaga Konsistensi
Perencanaan dan
Melakukan Penyesuaian Kemampuan Administrasi
Penganggaran
Rencana (Planning Adjustment) Daerah Bersangkutan
Perencanaan Dan Pelaksanaannya
Kegagalan
Teknis
Adanya Goncangan Perencanaan
Perekonomian dan Kelemahan Teknis
Bencana Alam Penyusunan Rencana
Kegagalan
Pelaksanaan
Rencana
3 4
Kurang Optimalnya
Pemanfaatan Kebiasaan Melakukan KKN
Partisipasi Masyarakat
Studi Kasus
• Judul Artikel : Analisis Pelaksanaan Perencanaan
Pembangunan Di Kelurahan Sei Putih Tengah
Kecamatan Medan Petisah Kota Medan
• Penulis : Aisyah Oktaviani Putri, Sirojuzilam dan
Abdul Kadir
• P-ISSN : 2549-9165
• e-ISSN : 2580-2011
• Edisi : Jurnal Ilmu Administrasi Publik 6 (1)
(2018): 58-71