Anda di halaman 1dari 14

BEBERAPA

PEDOMAN
DALAM
STANDARISA
SI BAHASA DI
SEPANJANG
SEJARAH
OLEH KELOMPOK VIII

1. Rianita Sihombing (170701029)


1. Rianita Sihombing (170701029)
2. Lasma Uli Simatupang (170701037)
2. Lasma Uli Simatupang (170701037)
3. Delpi Situmorang (170701053)
3. Delpi Situmorang (170701053)
4. Rico Agus Silalahi (170701055)
4. Rico Agus Silalahi (170701055)
5. Wibawa Senior Lingga (170701059)
5. Wibawa Senior Lingga (170701059)
6. Bona Helga Nainggolan (170701061)
6. Bona Helga Nainggolan (170701061)
7. Dayanthy Octavia Sagala (170701067)
7. Dayanthy Octavia Sagala (170701067)
Pokok Pembahasan

LATAR BELAKANG

PEMBAHASAN

PENUTUP
Latar Belakang
Peristiwa standarisasi bahasa merupakan peristiwa yang sudah lama
sekali adanya dalam kehidupan berbahasa manusia si tengah-tengah
masyarakatnya. Peristiwa tersebut tidak hanya terjadi pada masa-masa
yang lampau. Dia selalu ada pada tiap tahapan sejarah dalam gradasi
yang berbeda-beda dan masih tetap ada sampai sekarang juga. Karena
itulah dapat kita katakana bahwa standarisasi memiliki sejarahnya
tersendiri.

Di sepanjang sejarahnya ini, bermacam-macam pedoman yang dipakai


sebagai titik tolak untuk merumuskan/menetapkan standar bahasa itu.
Dari sekian banyak pedoman itu ada yang secara langsung sudah pernah
diterapkan, tetapi ada juga yang tinggal merupakan konsepsi belaka dari
para ahli bahasanya. Perlu ditegaskan bahwa antara pedoman yang satu
dengan yang lainnya sering menunjukkan kesamaan-kesamaan yang dekat,
tetapi sering pula bertentangan satu dengan lainnya di samping memang
ada juga yang tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan yang
lainnya.
PEMBAHASAN
PEDOMAN DALAM STANDARISASI
BAHASA
Di sepanjang sejarah ini, bermacam-macam pedoman yang dipakai sebagai
titik tolak untuk merumuskan/menetapkan standar bahasa itu. Karena itu
dalam rangka memahami berbagai pedoman yang ada itu, tinjauan dari dalam
diri pedoman itu sendiri tentu merupakan cara kerja yang paling baik untuk
ditempuh. Lalu setelah kita mendapatkan deskripsi intrinsik dari pedoman
itu, maka dengan mudah kita bisa menemui kekuatan-kekuatannya ataupun
kelemahan-kelemahannya yang banyak nilainya bagi kita dalam rangka
standardisasi bahasa Indonesia di masa-masa yang akan datang.

Sehubungan dengan pedoman-pedoman yang pernah diterapkan ataupun


disarankan dalam sejarah standarisasi bahasa ini, Otto Jespersen (1954)
mensinyalir ada tujuh macam pedoman inilah yang akan dipakai sebagai titik
tolak analisis. Atas dasar penekanan dari pemikiran pada berbagai pedoman
itu, rupanya ketujuh buah pedoman yang disinyalir oleh Jespersen ini bisa
kita kategorisasi atas empat macam pedoman, yaitu sebagai berikut.
Pedoman dalam Standarisasi Bahasa

2. Standardisasi
3. Standardisasi
bahasa yang
1. Standardisasi bahasa yang
didasarkan
bahasa yang dipedomani
kepada pemakai
didasarkan kepada
bahasa dan
kepada suatu pemakaian
daerah bahasa
konsep bahasa itu
itu dipakai.

4. Standardisasi
bahasa yang
dipedomani kepada
ketentuan-ketentuan
formil atau kodifikasi
yang telah disiapkan
sebelumnya
Konsep Logika sebagai Standarisasi Bahasa
Konsep Logika Pedoman Standarisasi yang Didasarkan
Yang dimaksudkan dengan Kepada Konsep
konsep logika di sini adalah Konsep pertama yang
hukum-hukum logika. dipegang dalam rangka
Logika
Dengan demikian,
standardisasi bahasa ini
standardisasi bahasa yang
didasarkan kepada konsep adalah bahasa yang standar
logika ini adalah usaha- (=yang betul, yang baik)
usaha untuk adalah bahasa yang logis, .
merumuskan/menerapkan karena hanya bahasa yang
bahasa standar dengan logislah yang mampu
memakai dasar hukum- menyemukakan suatu yang
hukum logika.
logis pula. Selanjutnya yang
Logika di sini dimaksudkan
logika umum, yang di dalam dimaksud dengan bahasa
bahasa Inggris (filsafat) yang logis ini adalah ucapan
diistilahkan dengan ‘logic’, bahasa yang sesuai dengan
yaitu yang mengutamakan hukum-hukum logika.
logis (masuk akal/bisa
diterima akal) atau
tidaknya sesuatu.
Kelemahan-kelemahan Beberapa Kelemahan
konsepsi standar bahasa Pemikiran yang
dari Standardisasi Melatarbelakangi
berdasarkan logika.
Bahasa dengan Konsep Konsep Logika
Banyak lagi kelemahan dalam Logika
konsepsi standar bahasa.
Tapi yang paling menonjol
adalah bahwa konsepsi ini 1.Pembuktian secara 1. Pandangan
kurang begitu kuat untuk eksperimental
dipertahankan dan terhadap bahasa
 2. Pembuktian
diterpakan dalam rangka 2. Analisisnya
standarisasi. Karena Kelemahan secara
perkembangan bahasa akhir Faktual terhadap bahasa
akhir ini sangat gemilang 3.Pembuktian
dalam penganalisisan bahasa kelemahan dari segi 3. Penilaiannya
dan penerapan analisis untuk cara kerjanya terhadap
kepentingan praktis
termasuk standarisasi kenyataan bahasa
bahasa perlu memiliki banyak
pedoman.
Standarisasi Bahasa yang
Didasarkan Kepada Konsepsi Perasaan

Konsepsi perasaan disini dimaksudkan sama dengan rasa


bahwa, yaitu perasaan yang timbul akibat kita menangapi
sesuatu dan kemudian menilai sesuatu berbentuk ujar,
Jespersen (1954:107) menghubungkan rasa bahasa ini
menjadi keindahan bahasa. Karena itu standardisasi bahasa
yang dipedomani dengan rasa bahasa akan menghasilkan
suatu pedoman standar yang dinamakan Aesthetic standard.

Cara Sebagaimana yang kita ketahui, konsepsi perasaan LATAR BELAKANGNYA


Timbulnya konsepsi perasaan sebagai pedoman
Kerjanya ini bertolak dari perasaan, yaitu rasa bahasa atau dalam standardisasi bahasa rupanya mempunyai
rasa keindahan bahasa. Bila bentuk ucapan bahasa
landasan psikologis yang dalam. Sejalan dengan
atau varian ujar atau lebih yang harus dinilai ntuk
paham elementarisme dalam psikologi, di dalam
kemudian ditetapkan standar tidaknya bentuk ujar jiwa manusia terdapat kesanggupan/dorongan
itu, maka si penilai akan merasakan apakah bentuk penguasaan bahasa. Adanya dorongan inilah
ujar yang dimaksudkan itu sesuai dengan rasa memungkinkan manusia menguasai/mempelajari
bahasa atau tidak. bahasa apapun.
kELEMAHA 1. Kelemahan yang paling menonjol dari standardisasi dengan proses ini
yakni terletak pada titik tolaknya, yaitu perasaan yang dijadikan
NNYA sebagai tumpuannya. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa perasaan
mempunyai sifat yang sangat subjektif. Sifat ini pula yang akan
melahirkan norma yang subjektif. Padahal dasar yang subjektif kurang
tepat untuk menyusun norma yang objektif yang seharusnya ada di
dalam bahasa.
2. Kelemahan kedua yang didapati dalam perasaan ini adalah kenyataan
tidak adanya analisis eskplisit yang secara langsung bisa kita
hayati. Bagaimana orang bisa sampai pada kesimpulan tertentu dengan
bertolak dari perasaan ini tidak akan mungkin dilukiskan di atas kertas
atau pun dengan urutan kalimat.
3. Selanjutnya yang juga menjadi kelemahannya yakni adanya gejala
pengidentikan antara bentuk ujar yang indah dengan bentuk ujar
yang standar. Hal ini juga sudah banyak dipersoalkan mengingat
bahasa yang indah itu tidak bisa begitu saja diidentikkan dengan
bahasa yang standar.
PENUTUP
SIMPULAN

1. Pedoman dalam standarisasi bahasa ada empat yakni: Standardisasi bahasa


yang didasarkan kepada suatu konsep; Standardisasi bahasa yang didasarkan
kepada pemakai bahasa dan daerah bahasa itu dipakai; Standardisasi bahasa
yang dipedomani kepada pemakaian bahasa itu; dan Standardisasi bahasa
yang dipedomani kepada ketentuan-ketentuan formil atau kodifikasi yang
telah disiapkan sebelumnya.

2. Standardisasi bahasa yang didasarkan pada logika berarti bahwa usaha


usaha untuk merumuskan/menetapkan bahasa standar dengan memakai dasar
hokum-hukum logika (masuk akal/bisa diterima oleh akal). Pemikiran yang
melatarbelakangi konsep logika adalah pandangan terhadap bahasa,
analisisnya terhadap bahasa, dan penilaiannnya terhadap bahasa. Adapun
kelemahan-kelemahan dari konsep logika dibuktikan dalah hal-hal berikut
pembuktian secara ekeperimental, pembuktian kelemahan secara factual,
pembuktian kelemahan dari cara kerjanya.
PENUTUP
SIMPULAN

3. Standaridisasi bahasa yang didasarkan kepada konsepsi perasaan adalah


menghubungkan rasa bahasa dengan keindahan bahasa. Konsepsi perasaan
ini bertolak dari perasaan, yaitu rasa bahasa atau keindahan bahasa. Bila
suatu bentuk ucapan bahasa atau dua varian ujar atau lebih yang harus
dinilai untuk kemudian ditetapkan standar tidaknyabentuk ujar itu, maka si
penilai akan merasakannya apakah bentuk ujar yang dimaksukan itu sesuai
dengan rasa bahasa atau tidak. Latar belakangnya adalah dorongan yang
memungkinkan manusia untuk menguasai/mempelajari bahasa manapun.
Adapun kelemahan konsep perasaan ini adalah perasaan sebagai titik tolak,
kenyataan tidak adanya analisis eksplisit yang secara langsung bisa kita
hayati, dan adanya gejala pengidentikan antara bentuk ujar yang indah dan
bentuk ujar yang standar.
Sebaiknya sebagai mahasiswa yang mengambil mata kuliah
SARAN Perencanaan Bahasa kita wajib mengetahui serta memahami
Pedoman dalam Standardisasi Bahasa, terutama bahasa
Indonesia.

Muslich, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan


DAFTAR PUSTAKA Bahasa pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai