Anda di halaman 1dari 45

SISTEM

HEMOPOETIK
(DARAH)
KELOMPOK 1A :

Meli Handayani

Muhamad Seisar Arasyied Z

Naufal Misbahuddinn Luthfi

Siti Fitra Wagina

Siti Rosidah
DEFINISI

– Hematopoietik adalah hal mengenai atau mempengaruhi pembentukan sel darah.


Hematopoiesis adalah proses dimana sel-sel darah dibuat. Hematopoiesis
merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi poliferasi,
maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel
menyebabkan peningkatan atau pelipatgandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi
merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan
beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
FUNGSI DARAH

– Mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh


– Mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru
– Mengedarkan sari-sari makanan (nutrien) ke seluruh tubuh
– Mengangkut hasil ekresi (sisa metabolisme)
– Mengatur keseimbangan asam basa
– Mengadarkan hormon
– Sebagai imunologi (pertahanan tubuh)
– Fungsi hidrolik, yaitu mengatur tekanan osmotik darah
– Menjaga homeostasis atau menjaga suhu tubuh
KOMPONEN DARAH

PLASMA
ERITROSIT
DARAH

TROMBOSI
LEUKOSIT
T
1. Plasma Darah

– Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung berbagai nutrisi


maupun subtansi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh manusia, antara
lain protein albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan darah, dan berbagai
macam elektrolit, hormon, dan sebagainnya. Darah di dalam tubuh sekitar 55-60
persennya adalah plasma darah. Plasma darah sendiri tersusun dari air kurang
lebih 92%, dan 8% sisanya merupakan karbon dioksida, glukosa, asam amino
(protein), vitamin, lemak, serta garam mineral.
2. Eritrosit

– Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani
yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit
merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Secara
harifah, eritrosit dapat diartikan sebagai selubung merah.
LANJUTAN
FUNGSI ERITROSIT
• Mengantarkan oksigen keseluruh tubuh
• Menentukan golongan darah
• Menjaga sistem kekebalan tubuh
• Membantu pelebaran pembuluh darah
• Pengatur suhu tubuh
• Mengangkut karbon dioksida
STRUKTUR ERITROSIT
KOMPONEN ERITROSIT

– Membran eritrosit

Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein
membran integral, dan suatu rangka membran. Sekitar 50% membran
adalah protein, 40% lemak, dan 10% karbohidrat. Karbohidrat hanya
terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat di perifer atau
integral, menembus lipid dua lapis. Rangka membran terbentuk oleh
protein-protein struktural yang mencakup spektrin α dan β, ankirin, protein
4.1 dan aktin. Protein-protein tersebut membentuk jaring horisontal pada
sisi dalam membran eritrosit dan penting untuk mempertahankan bentuk
bikonkaf eritrosit.
– Enzim G6PD ( Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase)
– Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat molekul
bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin
mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni
pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton
dari jaringan perifer ke organ respirasi.
Fungsi Hb
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
– Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.
– Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh
untuk dipakai sebagai bahan bakar.
– Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke
paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah
atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar
hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.
Struktur Hb
Derivat Hb
Oksihemoglobin
Karboksihemoglobin Hemoglobin Terglikosilasi
Methemoglobin Mioglobin
Sulphemoglobin Haptoglobin
Sintesis Hb
Hemoglobin disintesis pada stsdium eritroblast sebanyak 65% dan pada
stadium retikulosi-t sebanyak 35%. Sintesis hemoglobin banyak terjadi
dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan
kondensasi glisin dan suksinil koenzim A di bawah aksi enzim amino
laevulinic acid (ALA) - sintetase. Vitamin B6 adalah koenzim untuk reaksi ini
yang dirangsang oleh eritropoetin dan dihambat oleh hem. Akhirnya
protoporphyrin bergabung dengan besi untuk membentuk hem yang
masing-masing molekulnya bergabung dengan rantai globin. Kemudian
tetramer empat rantai globin dengan masing-masing gugus hemnya sendiri
terbentuk dalam kantong untuk membangun molekul hemoglobin.
Kadar Hb
– Kisaran normal Hb bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin. Namun,
kadar hemoglobin normal umumnya:
– Pria: 14-18 gram/dL
– Wanita: 12-16 gram/dL
– Bayi baru lahir: 14-24 gram/dL
– Balita: 9,5-13 gram/dL
Metode pemeriksaan kadar Hb

– Metode Sahli
– Metode Cyanmeth
– Metode Tallquist
– Metode Autoanalyzer
Metabolisme eritrosit
Metabolisme eritrosit dibagi menjadi 2 jalur, yaitu: jalur Embden-Meyerof dan jalur
heksosa monofosfat (pentosa fosfat). Glukosa dimetabolisme menjadi laktat pada
jalur Embden-Meyerhof. Setiapmolekul glukosa yang dipakai, dihasilkan dua
molekul ATP, dan dengan demikian dihasilkan dua ikatan fosfat energi tinggi.
Perkembangan pembentukan eritrosit
Proses pembentukan eritrosit ini disebut dengan sebutan eritropoiesis. Pembentukan
eritrosit tersebut kemudian diregulasi oleh suatu hormon glikoprotein dan disebut
dengan sebutan eritropoietin. Sel Pertama yang dikenali yakni sebagai rangkaian
pembentukan eritrosit yaitu proeritroblas, yang dibentuk dari sel-sel stem CFU-E.
Begitu sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut kemudian akan membelah beberapa
kali. Sel-sel baru dari generasi pertama pembelahan tersebut disebut dengan sebutan
basofil eritroblas disebabkan karna bisa atau dapat di cat dengan warna basa. Sel
tersebut mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Metode pemeriksaan eritrosit

1. Menggunakan kamar hitung Improved neubauer


2. Menggunakan hematologi autoanalyzer
Leukosit

Granulosit terbagi menjadi 3 bagian :

– Neutrofil
– Neutrofil
– Basofil
Agranulosit terbagi menjadi 2 :
– Limfosit
– Monosit
Pembentukan leukosit
Seperti eritropoiesis, leukopoiesis, atau produksi sel darah putih, dirangsang oleh
pesan kimia. Pesan kimia tersebut, yang dapat bertindak baik sebagai paracrines
atau hormon, adalah glikoprotein yang masuk dalam dua faktor hematopoietik,
interleukin dan colony-stimulating factor, atau CSF. Interleukin (misalnya, IL-3, IL-
5), dan kebanyakan CSF diberi nama untuk leukosit yang dirangsang produksinya,
misalnya, granulosit-CSF (G-CSF) merangsang granulosit.
Trombosit

Sedikit berbeda dengan sel darah putih dan merah, trombosit sebenarnya bukan sel.
Trombosit atau kadang disebut juga keping darah adalah sebuah fragmen sel
berukuran kecil. Komponen darah yang satu ini juga disebut sebagai keping darah.
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keeping darah memiliki ukuran yang
paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel.
Struktur Trombosit
Trombosit memiliki ukuran ±1-4 mikro berbentuk seperti piringan dengan diameter
rata rata ±2-3μ. Trombosit tidak memiliki inti sel, namun trombosit tetap dapat
melakukan sintesis protein karena memiliki komponen RNA di dalam
sitoplasmanya.
Pembentukan trombosit
– Pembentukan trombosit diatur oleh hormon yang disebut dengan
thrombopoietin yang diproduksi oleh hati. Peristiwa pembentukan trombosit
disebut dengan megakariopoiesis karena dihasilkan dari sumsum tulang
belakang dengan fragmentasi sitoplasma megakariost
Proses kerja trombosit
Pada saat terjadi luka pada tubuh manusia, maka tubuh akan melakukan 3
mekanisme utama untuk menghentikan perdarahan yang berlangsung, yaitu:
– Melakukan pengkerutan (kontriksi) pada bagian pembuluh darah yang terluka
– Aktivitas trombosit, dan
– Aktivitas komponen pembekuan darah lainnya di dalam plasma darah.
Anemia

Definisi
Anemia atau yang secara awam dikenal dengan kurang darah, merupakan suatu
keadaan dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) di dalam sel darah
merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh sehingga
kebutuhan oksigen jaringan tidak terpenuhi
Jenis-jenis anemia

– Anemia defisiensi besi (Fe)


– Anemia megaloblastik
– Anemia aplastik
– Anemia hemolitik
Patofisiologi anemia
Anemia defisiensi besi
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh
berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan
untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan
oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik)
sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai
dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut
berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah
protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin
serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb.
Anemia megaloblastik
Patofisiologi anemia megaloblastik utamanya berkaitan dengan defisiensi vitamin
B12 atau asam folat. Defisiensi ini akan mengganggu pembentukan prekursor sel
hematopoietik. Sumsum tulang merupakan tempat terjadinya eritropoiesis. Pada
keadaan anemia megaloblastik, terjadi kekurangan asam folat atau vitamin B12
yang berperan dalam pembentukan prekursor sel hematopoietik. Kekurangan
vitamin B12 atau asam folat mengganggu sintesis DNA, sehingga nukleus dan
sitoplasma eritrosit tidak terbentuk sempurna secara bersamaan.
Anemia aplastik
Kerusakan Langsung Pada Sumsum Tulang
Defek Genetik
Kelainan Imunitas
Anemia hemolitik
Secara patofisiologi, anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
ekstravaskular dan intravaskular. Hemolisis ekstravaskular lebih sering terjadi
dibandingkan intravaskular. Mekanisme primer dari hemolisis ekstravaskular
adalah sekuestrasi dan fagositosis akibat deformabilitas sel darah merah yang
buruk. Mekanisme intravaskular meliputi destruksi sel secara langsung,
fragmentasi, dan oksidasi.
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Darah Lengkap

Hemoglobin Anemia
(Hb) Pria : 13 g/dL
Wanita : 12 g/dL

Nilai Hb ditentukan dengan penambahan KCN (Kaliun Sianida) untuk mengubah


Hb menjadi sianmethemoglobin yang diukur dengan spektrofotometer

Hematokrit Ht dinyatakan dalam persen ± 3x


(Ht) kadar Hb apabila ukuran eritrosit
berada dalam batas normal

Nilai Ht Normal
Pria : 42-52%
Wanita : 37-47%
Nilai Ht ANEMIA
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
Indeks Eritrosit
 
Mean Corpuscular Volume (MCV)
MCV (fl)
Ukuran SDM MCV  
MIkrositik (<80 fl)
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Normositik (80-100 fl) : Nilai normal
MCV (pg)
Nilai normal : 28-34 pg/sel
Makrositik (>100 fl)

 Mean Corpuscular Hemoglobin


Concentration (MCH)
MCV (g/dL)
Nilai normal : 32-36 g/dL
Total Iron Binding Capacity (TIBC)

Menunjukkan kadar besi total di dalam


serum jika semua transferin terikat
dengan besi
TIBC = UIBC + Fe Serum
Unsaturated Iron Binding Capacity (UIBC)
Nilai Rujukan UIBC : 160-280 µg/dL

Nilai Normal : 250-450 µg/dL


Feritin Serum

Menunjukkan ketersediaan besi tubuh karena protein berikatan


dengan cadangan besi di dalam tubuh. Feritin serum juga
merupakan reaktan fase akut sehingga bisa meningkatkan pada
keadaan inflamasi dan infeksi kronik

Prinsip pemeriksaan feritin serum yaitu mengukur pendaran cahaya pada zat kimia
yang dicetuskan oleh tenaga listrik menggunakan metode Sandwich Electro
Chemiluminescence Immuno Assay
Leukemia

Definisi
Leukemia, artinya “darah putih”, adalah proliferasi neoplastik satu sel tertentu (granulosit, monosit,
limfosit, atau megakariosit). Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan
sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah
yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombisitopenia. Leukemia merupakan
penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal
LMA disebut juga leukemia
mielogenus akut atau leukemia
granulositik akut (LGA) yang
dikarakteristikkan oleh produksi
berlebihan dari mieloblast. LMA
sering terjadi pada semua usia, tetapi
jarang terjadi pada anak-anak.
Mieloblast menginfiltrasi sumsum
tulang dan ditemukan dalam darah.

Leukemia Mielositik Akut


(LMA)
LLA sering menyerang pada masa anak-
anak dengan persentase 75% - 80%. LLA
menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel
limfoblastik yang menyebabkan anemia,
memar (trombositopeni), dan infeksi
(neutropenia). Limfoblas biasanya di
temukan dalam darah tepi dan selaluada
di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan
terjadinya limfedenopati, splenomegali,
dan hepatomegali 70% anak dengan
leukemia limfatik akut ini bisa
disembuhklan.

Leukemia Limfositik Akut


(LLA)
LLK terjadi pada manula
dengan limfadenopati
generalisata dan peningkatan
jumlah leukosit disertai
limfositosis, Perjalanan
penyakit biasanya jinak dan
indikasi pengobatan adalah
hanya jika timbul gejala

Leukemia Limfositik Kronis


(LLK)
LMK sering juga disebut leukemia
granulositik kronik (LGK), gambaran
menonjol adalah:
- Adanya kromosom Philadelphia pada
sel-sel darah. Ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel
sumsum tulang.
- Krisis blast fase yang dikarakteristikkan
oleh poroliferasi tibatiba dari jumlah
besar mieloblast.

Leukemia Mielositik Kronis


(LMK)
Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama menggumpal pada
tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap : Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml. Jumlah
trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).
2. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel darah
putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
3. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia,
tetapi juga dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah
sel yang beredar.
4. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau
lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast,
dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai