DAN
PELAPORAN KEAUNGAN SYARIAH
OLEH :
Kampus Meruya
1. NANING SUNDARI (55518120014) Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat
T : 021 5840 816 ( Hunting), ext: 2751
2. SANDRO PRAWIRA H (55518120022) F : 021 5840 015
Kampus Menteng
3. TAUFAN SEPTIANSYAH (55518120012) Jl. Menteng Raya No.29, Jakarta Pusat
T : 021 3193 5454
F : 021 3193 4474
Kampus Cibubur
Jl. Keranggan No.6, Jatisampurna Bekasi
T : 021 8449 635
Pendahuluan
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang
berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan
Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk.
Prinsip syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat
secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah.
Azas Transaksi Syariah
Prinsip persaudaraan (ukhuwah);
Prinsip keadilan (‘adalah);
Prinsip kemaslahatan (maslahah);
Prinsip keseimbangan (tawazun);
Prinsip universalisme (syumuliyah).
Karakteristik Transaksi Syariah
Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas;
Tidak mengandung unsur riba; kezaliman; maysir; gharar; haram;
Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
Karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada
kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying
risk);
Transaksi dilakukan berdasarkan :
Suatu perjanjian yang jelas dan benar;
Untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
Tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
Tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad;
Jenis Akad dalam Transaksi Syariah
keuntungan. Dari sisi kepastian hasil yang diperoleh, akad ini • PSAK 104 (Akuntansi Istishna)
PSAK
• PSAK 105 (Akuntansi Mudharabah)
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu: SYRARIAH
• PSAK 106 (Akuntansi Musyarakah)
a. Natural uncertainly contract : Musyarakah dan mudharabah • PSAK 107 (Akuntansi Ijarah)
b. Natural certainly contract : Murabahah, salam, istishna, ijarah. • PSAK 108 (Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah)
• PSAK 109 Akuntansi Zakat, Infaq dan Shadaqoh
• PSAK 110 Akuntansi Sukuk
Beberapa Jenis Kegiatan Usaha Berbasis Syariah
1 2
3 4
Karakterstik Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu
Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh yang ditetapkan, pembeli tidak boleh didenda atas keterlambatan Kecuali
penjual pembeli tersebut tidak membayar karena lalai.
Jika penjual hendak mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli
Apabila pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya
memberi keringanan
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah Sebaiknya, penjualan tidak tunai (tangguh) dibuatkan
barang menjadi milik penjual kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi.
Jika pembeli melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari periode yang telah
Untuk menghindari resiko, penjual dapat meminta jaminan.
ditetapkan, maka penjual boleh memberikan potongan. Tetapi, besarnya
potongan ini tidak boleh diperjanjikan diawal akad.
Cara Pembayaran dapat dilakukan tunai atau tangguh
PSAK 102 Akuntansi Murabahah
Jenis
Pencatatan Akuntansi (Penjual)
1.Murabahah dengan pesanan;
Aset murabahah diakui sebesar harga
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari perolehan
pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat Denda dicatat sebagai hutang, bukan
mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli
barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat pendapatan
berarti pembeli harus membeli barang yang Pada saat penyerahan, piutang dicatat
dipesannya dan tidak dapat membatalkan sebesar harga jual yang disepakati
pesanannya.
Harga jual - harga perolehan = keuntungan
2. Murabahah tanpa pesanan;
murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat dan tangguhan atau keuntungan
pembeli dapat membatalkan akad pembelian. Pengakuan Pendapatan
Dilakukan saat barang diserahkan ke
Rukun jual beli pembeli jika tunai atau cicilan <1 th
Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual
Ditangguhkan menunggu sampai cicilan
Obyek jual beli berupa barang yang diperjualbelikan
dibayarkan.
Ijab kabul /serah terima
PSAK 102 Akuntansi Murabahah- Pencatatan
Akuntansi Untuk Pembeli
Utang murabahah diakui sebesar harga beli yang
disepakati
Aset yang diperoleh diakui sebesar biaya perolehan
Utang murabahah – Aset = beban tangguhan yang akan
diamortisasi
Diskon setelah akad mengurangi beban tangguhan
Denda diakui sebagai kerugian
Salam
Akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam
illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat-syarat tertentu.
Salam Paralel
Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi bai’ salam yaitu antara pemesan dan penjual dan
antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan.
Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan
transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus.
Hal demikian dapat menjurus kepada riba. Paralel salam dibolehkan asalkan eksekusi kontrak salam
kedua tidak tergantung pada eksekusi kontrak yang pertama.
Pembayaran :Harus dalam bentuk kas dan tidak boleh berupa penghapusan utang penjual & Harus tunai
diserahkan saat kontrak disepakati
PSAK 103 Akuntansi Salam- Analisa Transaksi
1 Maret 2010 : Penjual dan pembeli bersepakat untuk mengadakan akad salam. Penjual berjanji akan
mengirimkan beras rojolele 3 bulan mendatang sebanyak 1.000 Kg kepada pembeli. Harga beras yang
disepakati sebesar Rp 8.000/Kg. Atas akad salam ini, pembeli membayar sebesar Rp 8.000.000 (Rp 8.000/Kg X
1.000 Kg) tunai kepada penjual.
1 Juni 2010 : Penjual menyerahkan beras sebanyak 1.000 Kg kepada pembeli dengan spesifikasi barang sesuai
dengan yang
Pihaktelah
Pembeli disepakati dalam kontrak Salam
Pihak Penjual Pihak Penjual
Dr Direct material 2,000,000
Dr Piutang Salam 8,000,000 Dr Kas 8,000,000 Cr Kas 2,000,000
Cr Kas 8,000,000 Cr Hutang Salam 8,000,000
Dr Direct material 1,000,000
Cr Kas 1,000,000
• Tanggal: 1 Maret – 1 Juni 2010
Dr WIP 3,000,000
• Transaksi : Cr Direct material 3,000,000
Dr WIP 2,000,000
Transaksi Penjual melakukan pengeluaran kas sbb: Cr Kas 2,000,000
Dr COGS 6,000,000
Cr Finished goods 6,000,000
PSAK 104 Akuntansi Istishna
Pengertian Istishna
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat
menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ parallel).
Karakteristik Akad Istishna’
a. memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b. sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; dan
c. harus diketahui karakteristik nya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya.
Skema istishna’
PSAK 104 Akuntansi Istishna
Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’) dengan penjual (pembuat,
shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’, penjual memerlukan pihak lain sebagai
shani’. Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan (mashnu’)
sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara pembayaran dimuka atau
tangguh.
Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika entitas bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga
dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’ paralel. Istishna’ paralel ini dapat dilakukan dengan syarat akad
pertama, antara entitas dan pembeli akhir, tidak bergantung (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain
Pada dasarnya istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali Pembeli mempunyai hak untuk
memenuhi kondisi: memperoleh jaminan penjual atas:
a) Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya a) Jumlah yang telah dibayarkan
b) Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang b) Penyerahan barang pesanan sesuai
dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad. dengan spesifikasi dan tepat waktu.
PSAK 104 Akuntansi Istishna-Analisa Transaksi
Transaksi Istishna’ Pertama
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila berencana menambah satu unit bangunan seluas
100 m2 khusus untuk rawat inap di sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi
Bank Berkah Syariah untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah
serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang akan dijadikan acuan
spesifikasi barang, pada tanggal 10 Februari 20XA ditandatanganilah akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk
rawat inap. Adapun kesepakatan antara dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:
Harga Bangunan : Rp 150.000.000
Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)
Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.0000 per-termin mulai tanggal 10 Agustus
Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan
C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang ( Bank Sebagai Pembeli )
Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ paralel terdiri dari :
Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan prakad; dan
Semua biaya akibat produsen atau kontrktor tidak dapat memenuhi kewajibannya , jika ada
PSAK 104 Akuntansi Istishna-Analisa Transaksi
D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi
penjual (pembuat) barang istishna’ menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih pembayaran
termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000)
Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan
pembayaran dilakukan dalam tiga termin yaitu pada pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:
saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan
dalam perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin
tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:
Pengungkapan
Hal-hal yang diungkap dalam catatan atas laporan keungan tentang transaksi istishna’ dan istishna paralel antara
lain :
1. Rincian piutang istishna’ dan hutang istishna’ berdasarkan jumlah,jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang
dan penyisihankerugian piutang Istishna’,
2. Piutang istishna’ dan hutang istishna’ kepada penjual ( pemasok ) yang memiliki hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha istishna’, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang dibiayai secara bersama-
sama dengan bank atau pihak lain
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
PSAK 106 Akuntansi Musyarakah
Secara bahasa: syirkah “ركMM”ش Berarti: serikat/partnership
Secara istilah
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberi kontribusi dana dan kerja dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Penyajian
Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan
Kewajiban:
Aset: Aset: Kewajiban bagi hasil musyarakah -
Investasi Musyarakah 170,000 Investasi Musyarakah 30,000
Penyisihan Kerugian (17,000) Penyisihan Kerugian (3,000) Dana Syrirkah Temporer:
Dana Syrirkah Temporer 200,000
Investasi (Net) 153,000 Investasi (Net) 27,000 Penyisihan Kerugian (20,000)
Dana Syirkah Temporer (Net) 180,000
PSAK 106 Akuntansi Musyarakah (Ilustrasi)
Tahun ke-2: Perusahaan memperoleh pendapatan Jurnal bagi hasil & Jurnal penutup
Rp 200.000 dan beban Rp 80.000 Mitra Aktif Mitra Pasif
Jika Dibagi Langsung Jika Dibagi Langsung
Mitra Aktif Mitra Pasif Perusahaan Bentukan
No Entry No Entry Kas/Piutang 200,000 Kas 73,000 Kas 27,000
Pendapatan 200,000 Penyisihan kerugian 17,000 Penyisihan kerugian 3,000
Beban 80,000 Pendapatan bagi hasil 90,000 Pendapatan bagi hasil 30,000
Kas/Utang/Lainnya 80,000
Penyajian Pengelola Dana : (1)Menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan: Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai investasi musyarakah (2) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan
sebagai unsur dana syirkah temporer; (3)Selisih penilaian aset musyarakah, disajikan sebagai unsur ekuitas.
PSAK 105 Akuntansi Mudharabah
• Secara istilah
Akad kerjasama usaha antara pemilik dana
(shahibul maal) dan pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan
usaha, dimana laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah
pihak; sedangkan bila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh pemilik dana kecuali
disebabkan oleh kelalaian pengelola dana
PSAK 105 Akuntansi Mudharabah
Berakhirnya Akad Mudharabah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Contoh Perhitungan Bagi Hasil
♦ Dapat menggunakan prinsip
1. Pada waktu yang telah
ditentukan. bagi hasil (net revenue
sharing) atau bagi laba (profit
2. Salah satu pihak sharing).
memutuskan mengundurkan ♦ Jika berdasarkan prinsip bagi
diri hasil, maka dasar pembagian
3. Salah satu pihak meninggal hasil usaha adalah laba bruto
dunia atau hilang akal (gross profit) bukan total
4. Pengelola dana tidak pendapatan usaha (omzet).
♦ Dalam prinsip bagi laba, dasar
menjalankan amanahnya
sebagai pengelola usaha pembagian adalah laba neto
(net profit) yaitu laba bruto
untuk mencapai tujuan
dikurangi beban yang
sebagaimana dituangkan berkaitan dengan
dalam akad. pengelolaan modal
5. Modal sudah tidak ada mudharabah.
PSAK 105 Akuntansi Mudharabah – Contoh kasus
PT Beta Penyerahan Dana Mudharabah
• PT Beta, PT Ceta serta PT Deta sepakat menjalankan usaha
bersama. Dimana PT Beta dan PT Ceta mengeluarkan Modal
sedangkan PT Deta akan bertindak sebagai pengelola.
PT Ceta
• Modal yang akan diserahkan oleh PT Beta adalah senilai
Rp20.000.000, PT Ceta menyerahkan Aset Tetap berupa
peralatan kantor dengan harga perolehan Rp30.000.000, akm
penyusutan Rp10.000.000, harga pasar saat ini adalah
Rp15.000.000. Selama ini PT Ceta menyusutkan mesin
selama 6 thn, dan mesin tersebut telah digunakan 2 tahun. PT Deta Penerimaan Dana Mudharabah
• Pembagian nisbah disepakati sebesar 3:3:4. antara Beta, Ceta
dan Deta
(AP)
• Dasar Pembagian Nisbah adalah Net Revenue Sharing:
dimana disepakati dalam Net Revenue sharing adalah
Pendapatan dikurangi biaya depresiasi, dan biaya tenaga kerja
langsung terkait proyek. Mengingat perusahaan tersebut
adalah perusahaan pembuatan Maket.
PSAK 105 Akuntansi Mudharabah – Contoh kasus
PT Deta
Penyerahan Bagi Hasil Mudharabah
Pada tahun berjalan, PT Deta memperoleh
pendapatan Rp200.000.000. Beban langsung
Rp50.000.000, biaya depresiasi Rp5.000.000
Biaya Operasional Lain Rp50.000.000. Pajak
PT Beta & PT Ceta Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah
Rp10.000.000.
2020 2019
Akuntansi untuk Pengelola Dana Mudharabah
Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana :
Dr. Beban (xxx) / Cr. Utang lain-lain/Kas (xxx)
Penyajian dalam laporan keuangan :
Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah;
Akuntansi untuk Pengelola Dana Mudharabah
Penyajian dalam laporan keuangan:
Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di kewajiban.
Pengungkapan
Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, rincian dana syirkah temporer yang diterima
berdasarkan jenisnya; penyaluran dana berasal mudharabah muqayadah.
Pelaporan Keuangan Syariah
Laporan Keuangan syariah adalah serangkaian proses dari pelaporan keuangan syariah. Laporan keuangan syariah
dibuat untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Tujuan laporan keuangan syariah lebih banyak daripada tujuan laporan
keuangan konvensional. hal ini tidak terlepas dari multifungsi yang diperankan oleh entitas syariah.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) dalam Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tujuan laporan keuangan syariah
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas
syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi
pada laporan keuangan syariah, antara lain terkait: pada laporan keuangan syariah, mencakup: