Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI DENGAN INFEKSI TB


DAN HIV

Oleh: Wilda Veramita Fangidae


Pembimbing: dr. Priyander Funnay, Sp.PD, FINASIM

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2016
PENDAHULUAN
• Tuberkulosis merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
• 85% mengenai paru, 15% mengenai
organ lain (kelenjar getah bening,
selaput otak, perikard, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal,
kelamin, dll)
• Memiliki gejala khas dan sistemik
Kasus
• Seorang laki-laki usia 42 tahun MRS dengan keluhan batuk yang
semakin memberat sejak ± 1 bulan SMRS. Batuk berlendir, berwarna
putih tanpa disertai darah dan sesak napas. Menurut pasien, sebelumnya
ia sudah batuk sejak bulan Desember 2015 dan sempat memeriksakan
diri ke RSB. Di RSB dilakukan pemeriksaan foto dada dan menurut
pasien ia diberitahukan bahwa kondisi parunya baik-baik saja sehingga ia
tidak pernah memeriksakan diri lagi.
• Pada bulan Mei 2016 pasien memutuskan untuk datang
memeriksakan diri di poli penyakit dalam sebab ia sering
merasa demam yang naik turun sejak 3 minggu terakhir
tanpa disertai menggigil. Pasien juga mengatakan sering
berkeringat pada malam hari tanpa dipengaruhi oleh
cuaca maupun aktivitas. Menurut pasien, keringat yang
keluar sangat banyak sampai pasien harus mengganti
pakaiannya setiap kali berkeringat.
• Selain itu pasien juga merasakan nyeri di ulu hati sejak bulan
Desember 2015 namun keluhan seringkali membaik jika
pasien minum obat Antasida yang dibeli sendiri di kios.
Namun sampai saat MRS nyeri dirasakan semakin bertambah
disertai perut yang terasa keras. Pasien juga mulai mual dan
muntah berisi makanan bercampur air. Menurut pasien, ia
juga mengalami penurunan berat badan yang drastis dalam 1
bulan terakhir dari ±52kg menjadi 39kg (hasil pengukuran
saat MRS).
• Sejak MRS, pasien hanya bisa makan sedikit-sedikit
karena setiap kali makan ia merasa makanannya sulit
ditelan akibat mual dan biasanya pasien langsung
memuntahkan isi makanannya kembali. Frekuensi BAK
3-4kali sehari berwarna kuning, nyeri (-), BAB 3hari 1
kali, konsistensi padat, warna kuning..
• Menurut pasien ia belum pernah terdiagnosa
penyakit apapun karena selama ini pasien baru
pernah 1 kali memeriksakan diri pada bulan
Desember lalu dan ia dinyatakan baik-baik saja.
Pasien belum pernah dirawat di RS dan tidak ada
riwayat mendapatkan transfusi darah.

• Selama ini pasien hanya minum obat paracetamol


untuk nyeri ulu hati yang dirasakan namun belum
pernah mengkonsumsi obat apapun untuk batuk
yang dialaminya.
• Pasien bekerja sebagai seorang tukang batu yang
biasanya dikontrak untuk proyek-proyek pembangunan
gedung. Biasanya proyek pembangunan tersebut berada
di luar kota seperti Atambua sampai di luar pulau Timor
seperti di Flores, Rote, hingga Bali, sehingga pasien
biasanya meninggalkan rumah ±3-4 bulan sampai proyek
pembangunan selesai. Namun menurut pasien sejak 4
tahun yang lalu ia tidak pernah mengikuti proyek
pembangunan di luar daerah lagi dengan alasan tidak
ingin meniggalkan keluarga.
• Menurut pasien, selama di lingkungan kerja banyak rekan
kerja pasien yang mengalami batuk-batuk namun pasien
tidak mengetahui dengan pasti sudah berapa lama mereka
batuk dan menurut pasien itu hal biasa karena mereka
bekerja dengan lingkungan yang penuh dengan debu dari
bahan bangunan.

• Tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah


ataupun berdekatan dengan pasien yang memiliki
keluhan batuk-batuk lama dan riwayat penyakit yang
sama.
• Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Anak terakhir
berusia 4 tahun. Sejak pasien memutuskan untuk tidak bekerja
di luar daerah lagi, penghasilan keluarga menjadi berkurang
karena proyek dan bayaran di dalam kota tidak sebanding
dengan di luar kota. Oleh karena itu untuk menambah
penghasilan keluarga, istri pasien juga bekerja menjual sayur
setiap pagi di daerah Noelbaki.

• Pasien tinggal di Noelbaki sejak 3 bulan lalu bersama istri dan


anak-anaknya di rumah yang baru mereka bangun namun belum
selesai dikerjakan. Saat ini kondisi tembok dan lantai rumah
belum dilapisi semen. Sebelumnya pasien tinggal di rumah yang
dibangunnya sendiri di Oesapa yang hanya terdapat 1 ruangan
dengan ukuran ±3x4m², dimana ruangan tersebut menjadi ruang
tamu sekaligus menjadi kamar tidur dan dapur untuk mereka.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD : 120/60 mmhg
Suhu : 34,1˚C (aksiler)
Nadi : 60x/menit, reguler, kuat angkat .
Pernapasan : 17x/menit, reguler
Berat Badan : 39 kg
Tinggi Badan : 164 cm
IMT : 14,50 kg/m2
Status gizi : Kurang
• Kepala : Bentuk normal,
rambut tidak mudah rontok, • Telinga : Deformitas daun
warna hitam telinga (-/-), nyeri tekan
• Kulit : Warna kulit gelap, mastoid (-/-)
Sianosis (-), Ikterik(-), scar • Hidung : Deviasi septum (-),
(-), kering sekret (-), epistaksis(-), nafas
cuping hidung (-)
• Mata : Eksophtalmos (-/-)
• Mulut : Sianosis (-), bibir
Konjungtiva
tampak kering, perdarahan gusi
pucat(+/+), sklera
(-), plak
Kuning(-/-) perdarahan putih (-), lidah kotor,
konjungtiva (-/-), pupil
• Leher : Pembesaran kelenjar
isokor, refleks cahaya
tiroid (-), pembesaran KGB (-),
langsung dan tidak trakea letak ditengah..
langsung (+/+)
Thoraks : Bentuk normal, pelebaran vena (-),
luka ataupun scar (-)
Jantung : I : Iktus cordis terlihat di ICS 5 linea
Pulmo midclavicula sinistra
P : Iktus cordis teraba pada ICS 5 linea
Paru-paru depan : midclavicula sinistra
I : Simetris saat statis dan dinamis, P : Batas jantung kanan ICS 3 parasternal dekstra
penggunaan otot bantu Batas jantung kiri ICS 5 midclavicula sinistra
nafas (-), sesak (-), sela iga melebar, bentuk Batas atas jantung : ICS 2 parasternal sinistra
dada
Batas bawah jantung : ICS 5 midclavicula
normo chest.
sinistra
P : Palpasi vokal fremitus kanan = kiri, massa
A : S1-S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
(-)
P : Sonor pada kedua lapangan paru
Abdomen : I : Cekung, skar (-), massa (-), pelebaran
A : Vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
vena (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun 3-5x/menit
Paru-paru belakang
P : Abdomen distensi, nyeri tekan (-). Hepar
tidak teraba, Liver span ± 10 cm. Pemeriksaan
I : Simetris saat statis dan dinamis, Schuffner 0.
P : Palpasi vokal fremitus kanan = kiri, massa P : Timpani – Redup regio hipogastric
(-)
P : sonor pada kedua lapangan paru
A : vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
• Punggung :
  Superior Inferior
I : Vertebra normal,
Edema -/- -/-
deformitas (-),
Sianosis -/- -/-
massa (-)
Akral Dingin Dingin
P : Nyeri tekan (-)
Tonus Normal Normal

Motorik 5/5 5/5


• Ekstremitas : CRT < Sensorik Normal Normal
2 detik
LABORATORIUM 30 MEI 2016
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan  
HEMATOLOGI        
Darah Rutin      
Hemoglobin 11.5 g/dL 12.0 – 16.0 L
Jumlah eritrosit 4.14 10^6/uL 4.20 – 5.40 L
Hematokrit 33.9 % 37.0 – 47.0 L
MCH, MCHC        
MCV 81.9 fL 81.0 – 96.0 L
MCH 27.8 pg 27.0 – 36.0 L
MCHC 33.9 g/L 31.0 – 37.0 N
Jumlah Lekosit 6.04 10^3/ul 4.0-10.0 N
Hitung Jenis        
Eosinofil 0.0 % 0-4 N 
Basofil 0.2 % 0-1  N
Neutrofil 90.1 % 50-70 H
Limfosit 5.1 % 20-40 L
Monosit 4.6 % 2-8 H
Jumlah eosinofil 0.00 10^3/ul 0.00-0.40 N 
Jumlah basofil 0.01 10^3/ul 0.00-0.10  N
Jumlah neutrofil 5.44 10^3/ul 1.50-7.00  N
Jumlah limfosit 0.31 10^3/ul 1.00-3.70 L 
Jumlah monosit 0.28 10^3/ul 0.00-0.70 N
Jumlah Trombosit 277 10^3/ul 150-400 N
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan  
Albumin 2.0 mg/L 3.5-5.2 L
SGPT 22 U/L <41 N
SGOT 67 U/L <35 H
GDS 47 mg/dl 70-150 L
ELEKTROLIT        
Natrium 129 mmol/L 136 – 145 L
Kalium 3.6 mmol/L 3.1 – 5.1 N
Klorida 97 mmol/L 98- 106 L
HBsAg Elisa Nonreaktif      
Malaria Tidak      
mikroskopis ditemukan
CD 4 58 Sel/uL 410-1590 L
  Lab 15 Juni 2016
Sputum BTA (S-P-S) : SGPT 342 U/L (H)
+++ SGOT 695 U/L (H)
Albumin 2,5 mg/L (L)
Tes HIV : Reaktif Natrium 126 mmol/L (L)
Kalium 4,4 mmol/L
CD4 : 58 Clorida 9,6 mmol/L (L)
• Kp aktif
• Cor normal

RADIOLOGI ( 27/5/2016)
• AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai dengan
imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi
oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi
neurologis.

PEMBAHASAN
• TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya
• Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara
dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi
TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010)
dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per
tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000
kematian per tahunnya.

• Indonesia merupakan negara dengan percepatan


peningkatan epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-
negara di Asia.

EPIDEMIOLOGI
• World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa
penyebab kematian utama orang dengan HIV-AIDS
(ODHA) di dunia adalah ko-infeksi dengan TB paru,
sebesar 13%. HIV-AIDS merupakan penyakit menular
yang paling mematikan di dunia, sedangkan TB masuk
dalam urutan kedua
• Virus HIV termasuk subfamili Lentivirinae dari famili
Retroviridae
• Asam nukleat dari famili retrovirus adalah RNA yang
mampu membentuk DNA dari RNA
• Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan sel
DNA pasien, sehingga sekali orang terinfeksi HIV, seumur
hidup ia akan terinfeksi
• Replikasi virus sangat cepat dan terus-menerus. Sehari
sekitar 10 miliar virus dapat diproduksi. Replikasi inilah
yang menyebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


HIV
MTB masuk bersarang pada Membentuk
saluran napas jaringan paru sarang primer

Limfangitis lokal
Peradangan pada
+ pembesaran Timbul di bagian
sal. Getah bening
kelenjar getah paru mana saja
menuju hilus
bening di hilus

Kompleks primer

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS TB


2 MAYOR 1 MINOR
BB menurun >10% Batuk persisten > 1bulan

Diare kronik > 1 bulan Pruritic dermatitis

Demam lama > 1bulan Riwayat herpes zoster

Candidiasis oral

Limfadenopati generalisata

DIAGNOSIS HIV
Stadiu Stadiu Stadiu Stadium
m1 m2 m3 4
HIV wasting
BB menurun > 10% BB menurun >10% syndrome
Pneumonia
Diare yang tidak pneumocystis
Asimtomatik Manifestasi diketahui carinii
mukotan minor
(dermatitis Demam
seboroik, prurigo,
berkepanjangan Toksoplasma
(intermiten/konstan) > serebral
infeksi, jamur, 1 bulan
ulkus oral rekuren
Kandidiasis oral Infeksi herpes
Herpes zoster
dalam 5 tahun simpleks,
Limfadenopati mukokutan (>1
terakhir TB paru
generalisata bulan) atau
Infeksi saluran Infeksi bakteri berat visceral
napas atas rekuren (penumonia) Mikosis endemic
disemina

STADIUM HIV MENURUT WHO


• Gejala lokal (gejala respiratori) batuk ≥ 2 minggu, batuk
darah, sesak napas, nyeri dada. Gejala respiratori ini
sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
• Gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan turun.

DIAGNOSIS TB
DIAGNOSIS TB BERDASARKAN SPUTUM BTA
1. HIV-AIDS
• BB menurun >10%
• Demam lama > 1bulan
• Batuk persisten > 1bulan

Stadium dari WHO : STADIUM 3


• BB menurun >10%
• Demam berkepanjangan (intermiten/konstan) > 1 bulan
• TB paru

2. TB
Respiratori : Batuk berlendir sejak ± 5 bulan dan memberat sejak 1 bulan SMRS,
Sistemik : demam naik turun, malaise, keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan,
Sputum BTA SPS (+++)

Penemuan pada pasien


•Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru BTA positif, pasien
TB paru BTA negatif foto toraks positif, dan pasien TB ekstra paru.

Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
Tiap Hari Selama
Berat 3 Kali Seminggu Selama 16
56 Hari
Badan Minggu
RHZE
RH (150/150)
(150/75/400/275)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
³ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

TERAPI TB
Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Untuk pasien kambuh, gagal obat,

Tahap Lanjutan
Tahap Intensif
3 Kali Seminggu
Tiap Hari
Berat Badan RH (150/150) +
RHZE (150/75/400/275) + S
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
2 tab 4 KDT
2 tab 2KDT
30-37 kg + 500 mg 2 tab 4KDT
+ 2 tab Etambutol
Streptosimin inj.
3 tab 4KDT
3 tab 2KDT
38-54 kg + 750 mg 3 tab 4KDT
+ 3 tab Etambutol
Streptosimin inj.
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT
55-70 kg + 1000 mg 4 tab 4KDT
+ 4 tab Etambutol
Streptomisin inj.
5 tab 4DKT
5 tab 2KDT
³ 71 kg + 1000 mg 5 tab 4KDT
+ 5 tab Etambutol
Streptosimin inj.
• OAT kategori I : sesuai BB 39 kg, 3 tablet 4KDT(RHZE)
sehari selama 56 hari dan 2 tablet KDT untuk terapi
lanjutan.

• Mulai pengobatan 4 Juni 2016

• 15 Juni 2016 fungsi hati meningkat (SGPT 342 U/L dan


SGOT 695 U/L)

• 16 Juni 2016 OAT di tunda sambil perbaiki fungsi hati


(curcuma 3x1 dan infus aminofusin hepar)
• WHO : Kombinasi dari 3 obat ARV
• ARV lini pertama yang digunakan di Indonesia adalah
kombinasi Zidovudin (ZDV)/ lamivudin (3TC) dengan
Nevirapin (NVP)

TERAPI HIV - AIDS


  Rifampicin Rifab utin
NNRTI
Nevirapine (NVP) Tidak dapat dikombinasikan Dapat dikombinasikan
Rifabutin: 300 mg/hari atau 300 mg
3 kali/minggu
NVP: Dosis pada umumnya
Efavirenz (EFZ) Dapat dikombinasikan -
Rifampicin: Dosis pada umumnya
EFZ: 600 mg/hari

NRTI
Abacavir (ABC) Dapat dikombinasikan tanpa penyesuaian -
Didanosine (ddl) dosis
Lamivudine (3TC)
Stavudine (d4T)
Tenofovir (TFV)
Zidovudine (AZT)

PI
Indinavir (IDV) Tidak dapat Dikombinasikan Dapat dikombinasikan
Rifabutin: 150 mg/hari atau 300 mg
3 kali/minggu
IDVr: 1 g/8 jam
Lopinavir/Ritonavir (LPV/r) Tidak dapat Dikombinasikan Dapat dikombinasikan
Rifabutin: 150 mg setiap hari
lainnya atau 150 mg 3 kali/minggu
LPV/r: Dosis pada umumnya
• Pasien belum pernah mendapatkan terapi ARV.
Direncanakan 2 minggu setelah OAT baru akan diberikan
ARV. Ada beberapa OAT seperti Rifampisin dan
Pirazinamid yang dapat mengganggu fungsi hati.
Sehingga pada hari ke 13, OAT ditunda sementara karena
fungsi hati pasien meningkat. Selain itu pemberian OAT
bersama dengan ARV dapat menyebaban IRIS sehigga
selalu infeksi oportunis yang diobati terlebih dahulu.

Penemuan pada pasien


• Telah dilaporkan sebuah kasus, pria 42 tahun dengan koinfeksi TB-HIV. Pasien
mendapat terapi OAT kategori I sejak tanggal 4 Juni 2016. Pada hari ke 13 OAT
ditunda sementara karena kadar fungsi hati pasien terganggu. Pasien belum sempat
mendapat ART sampai pasien meninggal dunia.

• Pasien meninggal dunia pada tanggal 24 Juni 2016 jam 19.05 WITA. 3 hari terakhir
sebelum meninggal, pasien tidak pernah makan lagi karena menurut pasien, ia
selalu muntah setiap kali makan sehingga pasien menjadi tidak ingin makan agar
tidak muntah. 1 kali makan hanya bisa 2-3 sendok bubur, setelah itupun langsung
dimuntahkan kembali.

• Pada tanggal 24 juni 2016 keadaan umum pasien semakin memberat. Akral dingin,
muntah terus-menerus, sejak sore pasien mulai sesak napas, mulut berbuih dan
meninggal dunia.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai