Anda di halaman 1dari 17

DILEMA ETIK,

DNR, ABORSI &


EUTHANASIA

K E L O M P O K V

S U S I L AWAT Y L E S TA RY

T H A H I R A H

FA J A R V I B R A AY U L E S TA R I
DILEMA ETIK
•Dilema menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada
dua alternatif pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan
membutuhkan pemecahan masalah dengan kata lain dilema merupakan
keadaan yang dihadapkan pada persimpangan yang serupa atau bercabang
dengan petunjuk yang tidak jelas (Indar, 2019)
•Etik adalah pernyataan yang menentukan baik atau buruknya tingkah laku
atau perilaku seseorang dan bagaimana yang seharusnya. Etik ada dari
beberapa level, mulai dari individu atau kelompok kecil sampai dengan
masyarakat secara keseluruhan (Nasrullah, 2019)
DILEMA ETIK
•Dilema etik merupakan masalah yang sulit, dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik
tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang
etis, seorang perawat bergantung pada pemikiran yang rasional bukan
emosional (Mendri,Prayogi, 2018).
D I L E M A E T I K YA N G
TERJADI DALAM
K E P E R AWA T A N

• Agama/ kepercayaan
• Hubungan perawat dengan klien
• Hubungan perawat dengan dokter
LANGKAH PENYELESAIAN
DILEMA ETIK MENURUT
TA P P E N ( 2 0 0 5 ) D A L A M
( R A H M AWAT I , 2 0 1 9 )

•PENGKAJIAN
•PERENCANAAN
•IMPLEMENTASI
•EVALUASI
KERANGKA PEMECAHAN DILEMA
ETIK
• MENGEMBANGKAN DATA DASAR. PENGUMPULAN
INFORMASI SEBANYAK MUNGKIN

• MENGIDENTIFIKASI KONFLIK YANG TERJADI


BERDASARKAN SITUASI TERSEBUT

• MEMBUAT TINDAKAN ALTERNATIF TENTANG


RANGKAIAN TINDAKAN YANG DIRENCANAKAN DAN
MEMPERTIMBANGKAN HASIL AKHIR ATAU
KONSEKUENSI TINDAKAN TERSEBUT

• MENENTUKAN SIAPA YANG TERLIBAT DALAM


MASALAH TERSEBUT DAN SIAPA PENGAMBIL
KEPUTUSAN YANG TEPAT

• MENGIDENTIFIKASI KEWAJIBAN PERAWAT

• MEMBUAT KEPUTUSAN
L A N G K A H D A L A M M E M B U AT K E P U T U S A N
ETIK

a. Mengumpulkan data yang relevan

b. Mengidentifikasi dilemma

c. Memutuskan apa yang harus dilakukan

d. Melengkapi tindakan
DNR

DNR merupakan suatu keputusan yang ditujukan kepada pasien yang


akan mendapatkan suatu tindakan seperti penghentian alat bantu hidup,
penghindaran Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR), dimana pasien
hanya akan mendapatkan kenyamanan (Amestiasih & Nekada, 2017).
Do Not Resuscitate (DNR) merupakan keputusan untuk tidak melakukan
tindakan CPR setelah 30 menit dan tidak menunjukan ada Return of
spontaneous circulation (ROSC) (Ose, 2017)
DNR DARI SEGI ETIK DAN
LEGAL
DNR merupakan salah satu keputusan yang paling sulit. Dalam hal ini, keputusan untuk dilakukan DNR
menimbulkan masalah dilema etika yang menyangkut perawat, dokter maupun tenaga kesehatan lainnya
yang ikut terlibat. Perintah ini dibuat dimana pasien dalam keadaan belum sakit atau sadar penuh, untuk
mengantisipasi jika suatu saat dia berada dalam kondisi kegawatdaruratan / kritis. Di Negara barat Do Not
Resucitate (DNR) ini dianggap sebagai pseudo-euthanasia atau yang dikenal dengan istilah Againts Medical
Advice, dimana pasien menolak rekomendasi dari tenaga kesehatan mengenai rencana perawatan terhadap
dirinya. Pasien berhak untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis dan juga memiliki hak untuk
menolak tindakan medis (Andriana, 2021)
Peraturan atau hukum yang mengatur tentang tindakan ini masih belum jelas, sehingga perintah DNR di
Indonesia belum terdokumentasi secara legal (Andriana, 2021)
ABORSI

Pengertian Aborsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu sebelum berakhirnya bulan keempat dari

kehi=amilan terjadi perpecahan pada embrio yang tidak lagi hidup. Aborsi dimaksud menggugurkan

kandungan, dimana janin dikeluarkan sebelum waktunya, baik itu secara terencana ataupun tidak. Sebaliknya

dalam medis yang dikatakan Dokter. Gulardi:” Aborsi yakni dikeluarkannya janin saat usia kehamilan <20

pekan serta berat janin <500 gr serta panjang bakal anak <25 cm. Kadang juga terjadi sebelum kehamilan 3

bulan. (Maria et al : 2002)


• Terdapat dua jenis pembagian abortus menurut (Dadang, 2006), yaitu
a. Abortus Provocation Therapeuticus
Merupakann Abortus yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
kedokteran dan tenaga yang melakukan memiliki pendiidkan khusus dan
bertindak professional.
b. Abortus Provocatus Criminalis
Merupakan abortus yang dilakukan secara diam-diam dan dilakukan
oleh tenaga yang tidak mendapatan pendiidkan khusus.
HUKUM ABORSI DI INDONESIA

Pasal 346

Pasal 347

Pasal 348

Pasal 349
Karena KUHP melarang aborsi tanpa pengecualian, maka didalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan memberikan pengecualian sebagaimana telah diatur dalam Pasal

Pasal 75

Pasal 76

Pasal 77
EUTHANASIA
• EUTHANASIA ADALAH PEMBUNUHAN YA N G DISENGAJA
TERHADAP SESEORANG UNTUK K E U N T U N G A N N YA . K ATA
EUTHANASIA BERASAL DARI K ATA YUNANI: ‘EU’- “BAIK
DAN ‘ T H A N AT O S ’ - “ K E M AT I A N ” . JADI EUTHANASIA
BERARTI K E M AT I A N YA N G BAIK ATA U K E M AT I A N YA N G
MUDAH, DENGAN K ATA LAIN EUTHANASIA ADALAH
PENGHENTIAN HIDUP PA S I E N YA N G SAKIT PA R A H ATA S
PE R MI N TA AN MEREKAN ATA U UNTUK KEPENTINGAN
ME R E K A. ( HU T TAH E AN , 20 20)
a. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang dengan segaja dilakukan oleh dokter atau

tenaga kesehatan lainnya demi mengakhiri hidup pasien. Ini dilakukan dengan

memberikan sesuatu melalui oral ataupun dengan suntikan seperti contohnya tablet sianida

b. Euthanasia pasif, merupakan tindakan yang dilakukan dengan memberhentikan pemberian

seluruh bantuan medis yang seharusnya diterima pasien. Contohnya keluarga sudah tidak

mampu membayar semua perawatan pasien dan meminta rumah sakit memberikan surat

pernyataan pulang paksa, dan pada akhirnya situasinya yang membuat pasien meninggal

secara alamiah.
Ditinjau dari segi perundang-undangan perkembangan euthanasia di
Indonesia menurut (Herawati, , 2019), peraturan yang mengatur tentang
euthanasia di Indonesia belum ada. karena menyangkut tentang keselamatan
manusia, sehingga dicarilah aturannya atau pasal yang mendekati faktor
euthanasia tersebut. Satu satunya pasal yang bisa dipakai sebagai landasan
hukum yang terdapat di dalam KUHP adalah Pasal 344 KUHP, yang
disebutkan bahwa "Siapa saja yang merampas nyawa orang lain atas
permintaan sendiri sesuai hati nurani, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua 12 tahun".
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai