Anda di halaman 1dari 10

Aliran Konservatisme

Pendidikan Di Indonesia
Zahira Fitria Ismi
I9 / 190151602610
Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi Aliran Konservatisme
Ontologi Konsevatisme Pendidikan Di Indonesia
• Leo Strauss percaya hierarki ontologis di antara manusia sesuai dengan
phusis-nya.
• Ia percaya bahwa orang zaman dulu lebih memahami dan karenanya
memaklumi hal ini ketimbang orang masa kini.
• Pandangannya tentang masa lalu adalah sejatinya hasil rekonstruksi atas
problem-problem masa kini.
• Masa lalu yang dilihat Strauss merupakan cerminan terbalik dari masa kini
yang dialaminya.
• Menurut maarif diperlukannya sistem ontologis untuk membina sebuah
tatanan masyarakat dan peradapan yang menjadikan prinsip moral
transendental menjadi asas utamanya.
Epistemologi Konsevatisme Pendidikan Di Indonesia

• Epistemologi dalam aliran konservatisme, menurut pemikiran al-Ghazâli adalah


memahami kondisi psikologis dirinya yang kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran
pendidikan.
• Sistem pendidikan yang benar menurut al-Ghazâli adalah pendidikan dijadikan sarana
dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dan mampu mengantarkan manusia pada
kebahagiaan atau kesuksesan di dunia dan akhirat
• Epistimologi pemikiran pendidikan al-Ghazâli adalah bertujuan pada sumber-sumber
ilmu dan bagaimana cara mendapatkannya.
Aksiologi Konsevatisme Pendidikan Di Indonesia
• Moralitas atau akhlak dalam agama begitu sentral, namun dalam realitas
kehidupan manusia sering terabaikan dan tersingkirkan.
• Orang terlalu percaya pada kemampuan manusia modern dengan
seperangkat logika rasionalistik dan positivistik yang menjadi pondasi bagi
bangunan pemikiran dan aksinya.
• Melihat kenyataan demikian, kemudian semua orang menengok ke arah
pendidikan, terutama pendidikanagama yang dianggap sebagai institusi yang
paling bertanggung jawab terhadap pembentukan moral dan akhlak Bangsa
serta pendidikan karakter
Kurikulum (Materi Pembelajaran)
Ciri-ciri konservatisme pendidikan dipandang dari sifat-difat kurikulum, antra lain:
●Menekankan pembelajaran (sosialisasi) politik.
●Berpusat pada pengkondisian budaya; penguasaan nilai-liai budaya konvensional.
●Menekankan ketrampilan-ketrampilandasar, dan latihan watak
●Mata pelajaran ditentukan terlebih dahulu.
●Menekankan yang akademik melebihi yang praktis dan yang intlektual.
Ciri-ciri konservatisme pendidikan dipandang dari mata pelajaran, antra lain:
● Menekankan pelatihan dasar dalam ketrampilan-ketrampilan pokok (tiga R:
membaca, menulis, berhitung), ikhtisar ilmu-ilmu dasar, pendidikan fisik dan
kesehatan, serta pendekatan yang relatif bersifat akademik terhadap ilmu-ilmu
pengetahuan sosial yang lebih tradisional (sejarah kelembagaan politik, dan
seterusnya)
Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran
Aliran konservatisme dipandang dari pembelajaran dan strategi pembelajaran dapat dilihat
sebagai berikut:
● Guru harus menggunakan metode yang paling efektif dalam meningkatkan kegiatan belajar
cenderung kearah penyesuaian metode tradisional dengan metode-metode baru bukannya
meninggalkan metode tradisonal misalnya peragaan, studi lapangan, penelitian di
laboraturium dll
● Menggunakan disiplin belajar dan hapalan sebagai cara pembentukan kebiasaan yang baik
untuk siswa siswi di kelas-kelas dasar, tapi mengembangkannya kearah pendekatan-
pendekatan yang lebih intelektual sifatnya untuk siswa siswi yang duduk di kelas yang lebih
tinggi
● Tes/ujian sebagai penilaian yang dipakai untuk mengukur keterampilan-keterampilan dan
informasi yang dimiliki siswa
Lanjutan..

● Menekankan pada aspek kognitif dan aspek afektif dan yang antar personal
● Persaingan antar personal untuk mengejar peringkat antar siswa siswi adalah
perlu sekaligus dikehendaki demi memupuk keunggulan
● Menekankan pada pelestarian prinsip-prinsip dan praktik-praktik pendidikan
konvesional
● Menganggap pendidikan bahwa pendidikan moral (pelatihan watak) sebagai
salah satu aspek persekolahan yang penting
Peranan Sekolah

Dalam aliran konservatisme peranan sekolah diantaranya


● Sekolah harus menekankan pembelajaran politis., melatih siswa untuk menjadi warga
Negara yang baik.
● Sekolah harus memperhatikan pada pengkondisian sosial membantu siswa untuk mencapai
pemenuhan nilai-nilai budaya konvensional
● Penekanan harus diletakka pada keterampilan-keterampilan dasar, pengetahuan praktis dan
pelatihan watak.
● Mata pelajaran apa saja yang akan diajarkan harus diarahkan sepenuhnya.
● Penekanan harus diletakkan pada yang akademik melebihi yang praktis dan yang intelektual.
● Sekolah harus menekankan pelatihan yang dasar dalam hal keterampilan-keterampilan
belajar yang fundamental, sebuah tinjauan sepintas mengenai ilmu-ilmu alam yang
mendasar.
Hubungan Guru dan Siswa

● Siswa memerlukan bimbingan yang ketat serta pengarahan yang jelas sebelum ia menjadi
terbelajarkan (tersosialisasikan) secara efektif sebagai seoorang warga Negara yang
bertanggung jawab. Sehingga dalam konservatisme tugas dan wewenang guru harus
didasarkan pada peran dan status sosialnya sehingga menjadikan tenaga pendidikan yang
profesional dan bertanggung jawab
● Dalam konservatisme guru di pandang sebagai seorang pakar ‘penyuntik’ pengetahuan
serta keterampilan-keterampilan khusus. Namun, disini guru bukan mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran melainkan sebagai pendamping siswa
● Selain itu konservatisme memandang siswa sebagai subyek dari pendidikan bukan lagi
sebagai obyek. Kegiatan pembelajaran akan berpusat pada siswa sehingga guru tidak
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai