Anda di halaman 1dari 300

AKUNTANSI KEUANGAN

DAERAH
Regulasi Keuangan Daerah

PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

PP 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan

Permendagri 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan


Daerah dan Perubahannya

Permendagri 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar


Akuntansi Pemerintaha Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah
(1)
KONSEP AKUNTANSI
Definisi :
Akuntansi adalah Proses identifikasi, pencatatan,
pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran
transaksi dan kejadian keuangan, penyajian
Laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya
Basis Akuntansi
 Basis Kas
adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar
 Basis Akrual
adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar
Manfaat Akuntansi Berbasis Akrual

Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan


pemerintah daerah;

Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak


dan kewajiban pemerintah daerah;

Pengendalian defisit anggaran dan akumulasi biaya


pemerintah lebih baik;

Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah


terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
JENIS LAPORAN DALAM BASIS KAS MENUJU
AKRUAL DAN BASIS AKRUAL
NO BASIS KAS MENUJU AKRUAL BASIS AKRUAL

1. Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran

2. Laporan Perubahan SAL

3. Neraca, dgn Ekuitas Dana yg dirinci menjadi: Neraca


(1) Ekuitas Dana Lancar
(2) Ekuitas Dana Investasi (“Ekuitas” tidak dirinci)
(3) Ekuitas Dana Cadangan

4. - Laporan Operasional

5. - Laporan Perubahan Ekuitas

6. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas

7. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan


Konsepsi Anggaran dan Keuangan
LO disusun sebagai bagian dari laporan keuangan yang berbasis akrual, sehingga
penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang
dapat dipertanggungjawabkan

BASIS KAS

BASIS
AKRUAL

7
Akun Riil
1. Aset Jurnal Financial Neraca
2. Kewajiban
3. Ekuitas

LAK
Akun Anggaran
LRA &
LPE
4. Pendapatan - LRA Jurnal Anggaran
5. Belanja - LRA LP SAL
6. Pembiayaan

Akun Nominal
7. Pendapatan - LO
Jurnal Financial LO
8. Beban - LO
(1.1)
KONSEP AKUN PERUBAHAN SAL
PADA LRA
PERUBAHAN SAL (1)

1. Akun lawan yang digunakan untuk mencatat realisasi


penambahan pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan penerimaan
dan pembiayaan pengeluaran adalah akun “PERUBAHAN SAL”
sebagai dasar pembuatan Laporan perubahan SAL Tahun
berkenaan
• sesuai dengan sifat transaksi ketika PENDAPATAN
BERTAMBAH, akan MENAMBAH SAL.
• ketika BELANJA BERTAMBAH akan MENGURANGI SAL
• ketika PEMBIAYAAN PENERIMAAN BERTAMBAH akan
MENAMBAH SAL
• ketika PENGELUARAN PEMBIAYAAN BERTAMBAH akan
MENGURANGI SAL
PERUBAHAN SAL (2)

2. Akun PERUBAHAN SAL sebagai akun sementara dengan


kode akun “00” (tidak masuk dalam persamaan
akuntansi) sebagai penyempurnaan atas BAS dengan
pertimbangan bertentangan dengan definisi persamaan
akuntansi sebagaimana berikut:
• Jika menjadi bagian dari akun Ekuitas (3) (sesuai
BAS) saat ini, maka akan bertentangan dengan definisi
Ekuitas;
• Jika menjadi bagian dari akun Kewajiban (2), maka
tidak ada dasar kewajiban yang harus dibayar;
• Jika menjadi bagian dari akun Aset (1), maka akan
terjadi “Double accounting”
(1.2)
KONSEP HOME OFFICE – BRANCH OFFICE
(HOBO)
STRUKTUR AKUNTANSI
• Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang
diimplementasikan di pemda adalah struktur HOBO (HOME OFFICE
& BRANCH OFFICE)
• Struktur hubungan HOBO lebih tepat untuk menggambarkan
hubungan transaksi antara PPKD dan SKPD, dengan beberapa
alasan :
1) PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri,
melainkan satu kesatuan;
2) Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi transfer income (dalam
pengertian profit);
3) SKPD dimiliki 100% oleh PEMDA
• transaksi antara PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun
reciprocal yaitu RK-PPKD (merupakan akun EKUITAS di SKPD), dan
akun RK-SKPD (merupakan akun ASET di PPKD)
STRUKTUR HOBO (HOME OFFICE & BRANCH OFFICE)
PADA PEMDA

RK SKPD
“Kantor Pusat”
PPKD

“Kantor Cabang” “Kantor Cabang” “Kantor Cabang”


SKPD SKPD SKPD

RK PPKD RK PPKD RK PPKD


BUD

SP2D
Nota Kredit

Rp.

Rp.

SKPD SKPD

Bendahara Bendahara
Penerimaan Pengeluaran
(2)
SIKLUS AKUNTANSI
1
Analisis Transaksi dengan bukti
Transaksi
2
Jurnal
(Posting)
3
Buku Besar

4 Neraca Saldo (Trial Balance)


SIKLUS
5
AKUNT Kertas Kerja (Work Sheet)

ANSI 7 8 11
Akun Trial Penyesu TB as LRA LO Neraca
Balance aian adjusted

1 4 8 1
s/d 5 9 2
9 6 3
6 9
Jurnal 7 12
Jurnal Penutup LO
Penyesuaian Jurnal Penutup
LRA (Posting)
13
10
(Posting)
Buku Besar LRA Buku Besar LO
diNolkan 14 diNolkan

Neraca Saldo setelah


Penutupan LRA dan LO

15

Neraca
(2.1)
JURNAL
(PERSAMAAN AKUNTANSI)
PERSAMAAN AKUNTANSI

Ekuitas +
Aset Kewajiban (PENDAPATAN-
BEBAN)

Persamaan akuntansi tersebut digunakan dalam basis


akrual untuk menghasilkan Laporan Operasional (LO)
Saldo Normal
Aset = Kewajiban + Ekuitas

Kiri Kanan Kanan


DEBET KREDIT
Aset Kewajiban Ekuitas Pendapatan Beban

Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit

Pendapatan Belanja

LO & LRA
NERACA Debet Kredit Debet Kredit
SALDO NORMAL AKUN
KODE NAMA AKUN DEBIT KREDIT
AKUN

00 PERUBAHAN SAL V V

1 ASET V
1.1 RK SKPD V
2 KEWAJIBAN V
3 EKUITAS V
3.1 RK PPKD V
4 PENDAPATAN LRA V

5 BELANJA V
6 TRANSFER V
7.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN V

7.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN V

8 PENDAPATAN LO V

9 BEBAN V
(2.2)
Hubungan antar Akun (Buku Besar)
1. Hubungan
PENATAUSAHAAN dgn
AKUNTANSI

2. PIHAK2 YG TERKAIT dalam


proses AKUNTANSI
Hubungan antar Akun (transaksi Pendapatan)
LRA SAL

4 SKPD

Pendapatan-LRA • PAD Realized


0
PPKD Perubahan SAL
• PAD
• Transfer
• Lain-lain
Pendapatan yg sah

LO NERACA

SKPD Realized 1
8
• PAD
Kas
Pendapatan-LO
Earned
PPKD Piutang
• PAD
• Transfer
• Lain-lain
Pendapatan yg sah RK-PPKD
3
Hubungan antar Akun (Transaksi DPA)
LRA SAL LO NERACA
9 1
BTL Beban Operasi ASET
Pegawai Beban Pegawai
Realized
Bunga Beban Persediaan KAS
Beban Penyusutan
Subsidi Persediaan
5 Hibah & Bansos Beban Bunga
BELANJA Aset Tetap
Realized Beban Subsidi
Bagi Hasil Perubahan Aset Lainnya
Bantuan Keu SAL Beban Hibah & Bansos
0 RK-SKPD
BTT Beban Lain-lain
Earned 2
KEWAJIBAN
Utang Bunga

BL Beban Transfer Utang Belanja

Pegawai
Barang & Jasa 3
EKUITAS
Modal
RK-PPKD
Hubungan antar Akun (Transaksi Non DPA)
LO NERACA
9 1
BEBAN ASET

Beban Persediaan Persediaan

Beban Penyisihan 1 S
Piutang
Piutang K
P
2
(Penyisihan Piutang) D

1
Beban Penyusutan Aset Tetap

2
(Akumulasi Penyusutan)
Hubungan antar Akun (Transaksi Pembiayaan)
LRA SAL NERACA
1
Penerimaan ASET
Pencairan Dana Realized
Cadangan KAS
Hasil Penjualan
Piutang
Kekayaan Daerah
6 yg Dipisahkan
Bagian Lancar
PEMBIAYAAN Pinjaman Dalam Pinjaman
Negeri
Investasi
Penerimaan
kembali Pinjaman Dana Cadangan
Realized
Perubahan
Pengeluaran SAL 2
Earned
0 KEWAJIBAN
Pembentukan
Dana Cadangan Bagian Lancar
Utang Jk Pjg
Penyertaan
Modal Utang Dalam
Negeri
Pembayaran
Pokok Pinjaman

Pemberian
Pinjaman
(2.3)
BAGAN AKUN STANDAR (BAS)
BAS

BAS mencakup akun-akun yang menggambarkan struktur
laporan

keuangan secara lengkap.
BAS disusun sampai dengan level 5 :
level 1 = kode akun
level 2 = kode kelompok

level 3 = kode jenis
level 4 = kode obyek
level 5 = kode rincian obyek.
BAS digunakan di dalam pencatatan transaksi pada buku jurnal,
posting pada buku besar, pengikhtisaran pada neraca saldo, dan
laporan keuangan.
3
BAS
• Kode 1 = Aset
• Kode 2 = Kewajiban
• Kode 3 = Ekuitas
• Kode 4 = Pendapatan-LRA
• Kode 5 = Belanja
• Kode 6 = Transfer
• Kode 7 = Pembiayaan
• Kode 8 = Pendapatan-LO
• Kode 9 = Beban
PP No.71/2010 ttg standar
akuntansi pemerintah
(PSAP, Bultek, IPSAP)
PMDN no 13/2005 ttg PMDN no.17/2007 ttg
pedoman pengelolaan pedoman teknis pengelolaan
keuangan daerah dan PMDN barang milik daerah
penyempurnanya

PMK no 238/2011 ttg PUSAP PMDN no.64/2013 ttg PMK no 91/2007 ttg BAS beserta
penerapan SAP berbasis Perditjen perbendaharaan terkait
(BAS Pemda)
akrual pada pemda pengelolaan/pengurangan
/penambahan BAS pempusat
1 ASET
1 1 ASET LANCAR
1 1 01 Kas
1 1 02 Investasi Jangka Pendek
ASE 1
1
1
1
03
04
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
1 1 05 Penyisihan Piutang
T 1
1
1
1
06
07
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
1 1 99 Aset Untuk Dikonsolidasikan
1 2 INVESTASI JANGKA PANJANG
1 2 01 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
1 2 02 Investasi Jangka Panjang Permanen
1 3 ASET TETAP
1 3 01 Tanah
1 3 02 Peralatan dan Mesin
1 3 03 Gedung dan Bangunan
1 3 04 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1 3 05 Aset Tetap Lainnya
1 3 06 Konstruksi Dalam Pengerjaan
1 3 07 Akumulasi Penyusutan
1 4 DANA CADANGAN
1 4 01 Dana Cadangan
KEWAJIBAN & EKUITAS

2 KEWAJIBAN
2 1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga
2 1 01
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
2 1 02 Pendapatan Diterima Dimuka
2 1 03 Utang Beban
2 1 04 Utang Jangka Pendek Lainnya KEWAJIBAN
2 1 05 JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri
2 1 06 Utang Luar Negeri
2 2 Utang Jangka Panjang Lainnya
2 2 01 EKUITAS EKUITAS Ekuitas Ekuitas
2 2 02 SAL
2 2 03 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
3
3 1
3 1 01
3 1 02
3 1 03
PENDAPATAN LRA
4 PENDAPATAN - LRA
41 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
4 1 01 Pendapatan Pajak Daerah - LRA
4 1 02 Pendapatan Retribusi Daerah - LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4 1 03 LRA
4 1 04 Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
42 PENDAPATAN TRANSFER - LRA
4 2 01 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA
4 2 02 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LRA
4 2 03 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LRA
4 2 04 Bantuan Keuangan - LRA
43 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA
4 3 01 Pendapatan Hibah - LRA
4 3 02 Pendapatan Lainnya - LRA
BELANJA

5 BELANJA
5 1 BELANJA OPERASI
5 1 01 Belanja Pegawai
5 1 02 Belanja Barang dan Jasa
5 1 03 Belanja Bunga
5 1 04 Belanja Subsidi
5 1 05 Belanja Hibah
5 1 06 Belanja Bantuan Sosial
5 2 BELANJA MODAL
5 2 01 Belanja Modal Tanah
5 2 02 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5 2 03 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5 2 04 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5 2 05 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
5 3 BELANJA TAK TERDUGA
5 3 01 Belanja Tak Terduga
TRANSFER
6 TRANSFER
61 TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
6 1 01 Transfer Bagi Hasil Pajak
6 1 02 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
62 TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
6 2 01 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah L
6 2 02 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
6 2 03 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN
1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
1 01 Penggunaan SiLPA
1 02 Pencairan Dana Cadangan
1 03 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
1 04 Pinjaman Dalam Negeri
1 05 Penerimaan Kembali Piutang
1 06 Penerimaan Kembali Investasi
Non Permanen Lainnya
1 07 Pinjaman Luar Negeri
1 08 Penerimaan Utang Jangka
Panjang Lainnya
2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
2 01 Pembentukan Dana Cadangan
2 02 Penyertaan Modal/Investasi
Pemerintah Daerah
2 03 Pembayaran Pokok Pinjaman
Dalam Negeri
2 04 Pemberian Pinjaman Daerah
2 05 Pengeluaran Investasi Non
Permanen Lainnya
2 06 Pembayaran Pokok Pinjaman
Luar Negeri
2 07 Pembayaran Utang Jangka
Panjang Lainnya
PENDAPATAN LO

8 PENDAPATAN - LO
8 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
8 1 01 Pendapatan Pajak Daerah - LO
8 1 02 Pendapatan Retribusi Daerah - LO
8 1 04 Lain-lain PAD Yang Sah - LO
8 2 PENDAPATAN TRANSFER - LO
8 2 01 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO
8 2 02 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO
8 2 03 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO
Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya -
8 2 04 LO
8 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO
8 3 01 Pendapatan Hibah - LO
8 3 02 Pendapatan Lainnya - LO
8 4 PENDAPATAN NON OPERASIONAL - LO
8 4 01 Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO
8 4 02 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO
8 4 03 Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
8 5 POS LUAR BIASA - LO
8 5 01 Pos Luar Biasa - LO
9 BEBAN
91 BEBAN OPERASI - LO
9 1 01 Beban Pegawai - LO
9 1 02 Beban Barang
9 1 03 Beban Bunga
9 1 04 Beban Subsidi
9 1 05 Beban Hibah
9 1 07 Beban Penyusutan
9 1 08 Beban Penyisihan Piutang
9 1 09 Beban Lain-lain
92 BEBAN TRANSFER
9 2 01 Beban Transfer Bagi Hasil Pajak
9 2 02 Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
9 2 03 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
9 2 04 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
9 2 05 Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
93 BEBAN NON OPERASIONAL
9 3 01 Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO
9 3 02 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO
9 3 03 Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
94 BEBAN LUAR BIASA
9 4 01 Beban Luar Biasa
(3)

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


(3.1)
AKUNTANSIPENDAPATAN
DEFINISI - 1

Peraturan Pemerinta h No. 71 Tahun 2010 :

Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang


diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali.
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening
Kas umun Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak
perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
KLASIFIKASI - 1

Pendapatan diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, secara garis besar ada tiga kelompok pendapatan
daerah yaitu:

 Pendapatan Asli Daerah (PAD),


 Pendapatan Transfer/Pendapatan Dana
Perimbangan,
 Lain-lain pendapatan daerah yang sah
KLASIFIKASI - 2
Permendagri 64/2013, Bagan Akun Standar KODE AKUN 4 dan
KODE AKUN 8, Pendapatan diklasifikasikan sebagai berikut:

Uraian

Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah SKPD/PPKD


Retribusi Daerah SKPD
Hasil Pengelolaan Kekayaan SKPD
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah SKPD
Bagi Hasil/DAU/DAK PPKD
Pendapatan Dana /Pendapatan Transfer Pemerintah
Pusat
Perimbangan/Pendapatan

Transfer
Pendapatan Transfer Pemerintah PPKD
Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah PPKD
Daerah Lainnya
Pendapatan Hibah PPKD
Lain-lain Pendapatan Daerah

yang Sah
Dana Darurat PPKD

Pendapatan Lainnya PPKD


PENGAKUAN - 1

PP 71/2010 PSAP 02, Pendapatan diakui pada saat:


Pendapatan LO diakui pada saat :
 Timbulnya hak atas pendapatan, kriteria ini dikenal juga
dengan earned; atau
 Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber
daya ekonomi baik sudah diterima pembayaran secara tunai
(realized).

Pendapatan LRA menggunakan basis kas sehingga pendapatan


LRA diakui pada saat:

 Diterima di rekening Kas Umum Daerah; atau


 Diterima oleh SKPD; atau
 Diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama
BUD.
PENGAKUAN - 2

Dengan memperhatikan sumber, sifat dan prosedur


penerimaan pendapatan maka pengakuan pendapatan dapat
diklasifkasikan kedalam beberapa alternatif:

 Pengakuan pendapatan ketika pendapatan didahului


dengan adanya penetapan terlebih dahulu

 Pengakuan pendapatan yang didahului dengan


penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment)
dan dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib pajak
berdasarkan perhitungan tersebut

 Pengakuan pendapatan yang yang pembayarannya


dilakukan di muka oleh wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban selama beberapa periode ke depan
PENGAKUAN - 3
 Pengakuan pendapatan yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
pembayarannya diterima di muka untuk memenuhi
kewajiban selama beberapa periode ke depan

 Pengakuan pendapatan yang tidak perlu ada penetapan


terlebih dahulu
PENGUKURAN - 1
 Pendapatan-LRA diukur dan dicatat berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).

 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA


bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud
dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

 Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu


dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
PENGUKURAN - 2
 Dalam hal besaran pengurang
bruto terhadap
(biaya) pendapatan-LO
bersifat variabel terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.

 Pendapatan Hibah dalam mata uang asing diukur dan


dicatat pada tanggal transaksi menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia.
AKUNTANSI PENDAPATAN
Akuntansi Pendapatan terdiri atas 2 bagian :

 Akuntansi Pendapatan di SKPD


 Pajak Daerah
 Retribusi Daerah
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
 Lain-lain PAD yang Sah

 Akuntansi Pendapatan di PPKD


 Pajak Daerah
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
 Lain-lain PAD yang Sah
 Pendapatan Transfer/Pendapatan Dana Perimbangan
 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
AKUNTANSI PENDAPATAN DI SKPD

JURNAL STANDAR

PENCATATAN OLEH SKPD


No. Transaksi
Uraian Debet Kredit
Piutang ………. xxx
1 Penerbitan SK
Pendapatan …. - LO xxx
Kas di Bend Penerimaan xxx
Piutang ………. xxx
2 Penerimaan Pembayaran Perubahan SAL xxx
Pendapatan …. - LRA xxx
Penyetoran Pendapatan RK PPKD xxx
3
oleh SKPD ke Kas Daerah Kas di Bend Penerimaan xxx
RK PPKD xxx
Pendapatan langsung Piutang ………. xxx
4 disetor ke kas umum
Perubahan SAL xxx
daerah
Pendapatan …. - LRA xxx
AKUNTANSI PENDAPATAN DI SKPD
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 1
1. Pengakuan pendapatan pajak ketika didahului
dengan adanya
penetapan terlebih dahulu (official assesment).
Ilustrasi:
Tanggal 13 Februari 2015, Dinas Pendapatan mengeluarkan
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sebagai
ketetapan atas PBB tahun 2015 sebesar Rp.2.500.000,-.
JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.3.01.15 Piutang PBB 2.500.000
SPPT
13/02/2015
8.1.1.06.01
Pendapatan PBB - LO 2.500.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 1
Pencatatan - Saat Diterima Pembayaran

Ilustrasi :
Tanggal 13 Juli 2015, pajak melakukan pembayaran atas PBB
wajib
JURNAL - LO ATAU NERACA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

13/07/2015 SSP/Nota 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 2.500.000


Kredit 1.1.3.01.15 Piutang PBB 2.500.000

JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
0.0.0.00.00 2.500.000
13/07/2015 SSP/Nota Perubahan SAL
Kredit 4.1.1.15.01 Pendapatan PBB - LRA 2.500.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 1
Pencatatan - Penyetoran Pendapatan ke Kas
Daerah
Ilustrasi :
Tanggal 14 Juli 2015, Bendahara penerimaan menyetorkan
pendapatan PBB yang diterima ke Kas daerah

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
3.1.3.01.01 RK PPKD 2.500.000
13/07/2015 SSP
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 2.500.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 1
Pencatatan - Jika WP Langsung Menyetor ke Kas
Ilustrasi : Daerah
Tanggal 14 Juli 2015, pajak melakukan pembayaran langsung ke
wajib
Rekening Kas Daerah
JURNAL - LO ATAU NERACA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

Nota 3.1.3.01.01 RK PPKD 2.500.000


14/07/2015
Kredit 1.1.3.01.15 Piutang PBB 2.500.000

JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
0.0.0.00.00 2.500.000
14/07/2015 Nota Perubahan SAL
Kredit 4.1.1.15.01 Pendapatan PBB - LRA 2.500.000
AKUNTANSI PENDAPATAN DI SKPD
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 2
2. Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan
perhitungan tersebut

Ilustrasi:
Tanggal 5 Mei 2015, Dinas Pendapatan menerima pembayaran
pajak hotel bulan April dari hotel Mekar sebesar
Rp.7.500.000,-

Berdasarkan hal tersebut dicatat pengakuan pendapatan LO


dan pendapatan LRA dengan jurnal:
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 2
Pencatatan – Penerimaan Pajak dari WP - Self Assesment

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 7.500.000
05/05/2015 TBP
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel - LO 7.500.000

JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 7.500.000
05/05/2015 TBP
4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel - LRA 7.500.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 2
Pencatatan - Penyetoran Pendapatan ke Kas
Daerah
Ilustrasi :
Tanggal 06 Mei 2015, Bendahara penerimaan menyetorkan
pendapatan Pajak Hotel yang diterima ke Kas daerah

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
3.1.3.01.01 RK PPKD 7.500.000
06/05/2015 SSP
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 7.500.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 2
Pencatatan - Pajak Kurang Bayar

Ilustrasi :
Tanggal 10 Mei 2015, dilakukan pemeriksaan atas pajak hotel
yang dibayarkan oleh Hotel Mekar dan ditemukan adanya
pajak kurang bayar sebesar Rp.1.700.000,-.

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.3.01.06 Piutang Pajak Hotel 1.700.000
10/05/2015 SKPDKB
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel - LO 1.700.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 2
Pencatatan - Pajak Lebih Bayar

Ilustrasi :
Tanggal 10 Mei 2015, dilakukan pemeriksaan atas pajak hotel
yang dibayarkan oleh Hotel Mekar dan ditemukan adanya
pajak lebih bayar sebesar Rp.1.700.000,-.

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel – LO 1.700.000
10/05/2015 SKPDKB Utang Kelebihan Pembayaran
2.1.6.01.01 1.700.000
Pajak
AKUNTANSI PENDAPATAN DI SKPD
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 3
3. Pengakuan pendapatan pajak yang pembayarannya
dilakukan di muka oleh wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban selama beberapa periode ke depan

Ilustrasi:
Tanggal 01 September 2015, Dinas Pendapatan menerima
pembayaran pajak reklame yang dibayarkan untuk masa satu
tahun kedepan sebesar Rp.36.000.000,-.

Berdasarkan hal tersebut dicatat pendapatan diterima dimuka


dan pendapatan LRA dengan jurnal:
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 3
Pencatatan – Penerimaan Pendapatan Pajak Diterima Dimuka

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 36.000.000
01/09/2015 TBP
2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka 36.000.000

JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 36.000.000
01/09/2015 TBP Pendapatan Pajak Reklame
4.1.1.01.01
Papan/Billboard – LRA 36.000.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 3
Pencatatan - Penyetoran Pendapatan ke Kas
Daerah
Ilustrasi :
Tanggal 02 September 2015, Bendahara penerimaan
menyetorkan pendapatan Pajak Reklame yang diterima ke
Kas daerah

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
3.1.3.01.01 RK PPKD 36.000.000
02/09/2015 STS
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 36.000.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 3
Pencatatan - Penyesuaian Pendapatan Diterima
Dimuka
Ilustrasi :
Tanggal 31 Desember 2015, dilakukan penyesuaian atas
pendapatan diterima dimuka untuk melakukan pengakuan
pendapatan-LO dari pajak reklame untuk tahun 2015 dengan
menerbitkan bukti memorial. Berdasarkan perhitungan, jumlah
pendapatan reklame adalah sebesar Rp.12.000.000,- (1/09/15 s/d
31/12/15 atau 4 bulan)

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka 12.000.000
31/12/2015 BM Pendapatan Pajak Reklame
8.1.1.01.01 12.000.000
Papan/Billboard – LO
AKUNTANSI PENDAPATAN DI SKPD
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 4
4. Pengakuan pendapatan pajak yang didahului dengan
penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
pembayarannya diterima di muka untuk memenuhi kewajiban
selama beberapa periode ke depan

Ilustrasi:
Tanggal 01 September 2015, Dinas Pendapatan menerima
pembayaran pajak reklame dari PT “ABC” yang dibayarkan
untuk masa satu tahun kedepan sebesar Rp.36.000.000,-.

Berdasarkan hal tersebut dicatat pendapatan diterima dimuka


dan pendapatan LRA dengan jurnal:
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 4
Pencatatan – Penerimaan Pendapatan Pajak Diterima Dimuka

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 36.000.000
01/09/2015 TBP
2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka 36.000.000

JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 36.000.000
01/09/2015 TBP Pendapatan Pajak Reklame
4.1.1.01.01
Papan/Billboard – LRA 36.000.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 4
Pencatatan - Penyetoran Pendapatan ke Kas
Daerah
Ilustrasi :
Tanggal 02 September 2015, Bendahara penerimaan
menyetorkan pendapatan Pajak Reklame yang diterima ke
Kas daerah

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
3.1.3.01.01 RK PPKD 36.000.000
02/09/2015 STS
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 36.000.000
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 4
Pencatatan - Penyesuaian Pendapatan Diterima Dimuka dan Pajak
Kurang Bayar
Ilustrasi
Tanggal: 31 Desember 2015, Dinas Pendapatan melakukan
perhitungan untuk pengakuan pendapatan-LO atas pajak reklame
sebesar Rp.12.000.000,-. Selain hal tersebut, Dinas Pendapatan
juga melakukan pemeriksaan atas pajak reklame yang dibayarkan
dari PT “ABC”. Hasil pemeriksaan ditemukan adanya pajak kurang
bayar pajak reklame sebesar Rp.1.200.000,-.
JURNAL - LO ATAU NERACA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka 12.000.000
10/05/2015 BM Pendapatan Pajak Reklame
8.1.1.01.01 12.000.000
Papan/Billboard – LO
1.1.3.01.09 Piutang Pajak Reklame 1.200.000
10/05/2015 SKPDKB Pendapatan Pajak Reklame
8.1.1.01.01 1.200.000
Papan/Billboard – LO
PROSEDUR PENCATATAN PAJAK - 4
Pencatatan - Penyesuaian Pendapatan Diterima Dimuka dan Pajak Lebih Bayar
Ilustrasi :
Tanggal 31 Desember 2015, Dinas Pendapatan melakukan
perhitungan untuk pengakuan pendapatan-LO atas pajak reklame
sebesar Rp.12.000.000,-. Selain hal tersebut, Dinas Pendapatan
juga melakukan pemeriksaan atas pajak reklame yang dibayarkan
dari PT “ABC”. Hasil pemeriksaan ditemukan adanya pajak lebih
bayar pajak reklame sebesar Rp.1.200.000,-.
JURNAL - LO ATAU NERACA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka 12.000.000
10/05/2015 BM Pendapatan Pajak Reklame
8.1.1.01.01 12.000.000
Papan/Billboard – LO
Pendapatan Pajak Reklame
8.1.1.01.01 1.200.000
Papan/Billboard – LO
SKPDLB
10/05/2015 Utang Kelebihan Pembayaran
2.1.6.01.01 1.200.000
Pajak
AKUNTANSI PENDAPATAN DI SKPD
PROSEDUR PENCATATAN RETRIBUSI -1
1. Pengakuan pendapatan ketika pendapatan
didahului dengan adanya penetapan terlebih
dahulu (official assesment).
Ilustrasi:
Tanggal 01 Mei 2015, Dinas Pendapatan mengeluarkan Surat
Ketetapan Retribusi Daerah atas Pemakaian Kekayaan Daerah
dan belum diterima pembayarannya dari wajib retribusi sebesar
Rp.48.000.000,-.
JURNAL - LO ATAU NERACA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
Piutang Retribusi Pemakaian
1.1.3.01.15
01/05/15 SKRD Kekayaan Daerah 48.000.000
Penyewaan Tanah dan
8.1.2.15.01
Bangunan - LO 48.000.000
PROSEDUR PENCATATAN RETRIBUSI - 1
Pencatatan - Saat Diterima Pembayaran

Ilustrasi :
Tanggal 15 Mei 2015, retribusi melakukan pembayaran
wajib
JURNAL - LO ATAU NERACA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 48.000.000
15/05/2015 TBP Piutang Retribusi Pemakaian
1.1.3.02.15
Kekayaan Daerah 48.000.000
JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
TBP 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 48.000.000
15/05/2015
Penyewaan Tanah dan
4.1.2.15.01
Bangunan - LRA 48.000.000
PROSEDUR PENCATATAN RETRIBUSI - 1
Pencatatan - Penyetoran Pendapatan ke Kas
Daerah
Ilustrasi :
Tanggal 16 Mei 2015, Bendahara penerimaan menyetorkan
pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang
diterima ke Kas daerah

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
3.1.3.01.01 RK PPKD 48.000.000
16/05/2015 STS
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 48.000.000
PROSEDUR PENCATATAN RETRIBUSI -2

2. Pengakuan pendapatan yang tidak perlu ada penetapan


terlebih dahulu

Ilustrasi:
Tanggal 16 Juli 2015, Dinas Perhubungan menerima
pembayaran retribusi Izin trayek sebesar Rp.5.600.000,-.
Berdasarkan hal tersebut dicatat pendapatan LO dan
pendapatan LRA dengan jurnal:
PROSEDUR PENCATATAN RETRIBUSI - 2
Pencatatan – Penerimaan Pembayaran dari Wajib Retribusi

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 5.600.000

TBP Pendapatan Retribusi pemberian


16/07/2015 8.1.2.29.02 Izin Trayek Kepada Badan - LO 5.600.000

JURNAL - LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 7.500.000
16/07/2015 Pendapatan Retribusi Pemberian
TBP
4.1.2.29.02 Izin Trayek Kepada Badan - LRA 7.500.000
PROSEDUR PENCATATAN RETRIBUSI - 2
Pencatatan - Penyetoran Pendapatan ke Kas
Daerah
Ilustrasi :
Tanggal 17 Juli 2015, Bendahara penerimaan menyetorkan
pendapatan Retribusi Izin Trayek yang diterima ke Kas
daerah

JURNAL - LO ATAU NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening
3.1.3.01.01 RK PPKD 5.600.000
17/07/2015 STS
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 5.600.000
PENYAJIAN
Pendapatan LO disajikan disajikan pada Laporan
Operasional sesuai klasifikasi dalam BAS
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam rupiah)
Kenaikan/
No URAIAN 20X1 20X0 Penurunan (%)
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan xxx xxx xxx xxx
6 Kekayaan Daerah yang xxx xxx xxx xxx
7 Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
Lain-lain PAD yang Sah
8
Jumlah Pendapatan Asli
9
Daerah
10
11 xxx xxx xxx xxx
PENDAPATAN TRANSFER
12 xxx xxx xxx xxx
TRANSFER PEMERINTAH
13 PUSAT - DANA xxx xxx xxx xxx
14 PERIMBANGAN xxx xxx xxx xxx
15 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
16 Dana Bagi Hasil Sumber
17 Daya Alam
18 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
19 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan xxx xxx xxx xxx
21 Transfer Dana xxx xxx xxx xxx
22 Perimbangan
23
24 TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT LAINNYA xxx xxx xxx xxx
25 xxx xxx xxx xxx
Dana Otonomi Khusus
26 xxx xxx xxx xxx
Dana Penyesuaian
27 xxx xxx xxx xxx
Jumlah Pendapatan
Transfer Lainnya
PENYAJIAN
Pendapatan LRA disajikan disajikan
pada Laporan Realisasi
Anggaran sesuai klasifikasi dalam BAS PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK
TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 da n 20X0

(Dalam Rupiah)

Anggaran Realisasi Realisasi


NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0

1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribus i Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Has il Pengelolaan xxx xxx xxx xxx
6 Kekayaan Daerah yang Dipis xxx xxx xxx xxx
7 ahkan xxx xxx xxx xxx
8 Lain-lain PAD yang Sah
9 Jumlah Pendapatan Asli Daerah
10
11 PENDAPATAN TRANSFER xxx xxx xxx xxx
12 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA
xxx xxx xxx xxx
PERIMBANGAN
13 xxx xxx xxx xxx
Dana Bagi Has il Pajak
14 xxx xxx xxx xxx
Dana Bagi Has il Sum ber Daya Alam
15 xxx xxx xxx xxx
Dana Alokas i Um um
16
Dana Alokas i Khus us
17
Jumlah Pendapatan Transfer
18 xxx xxx xxx xxx
Dana Perimbangan
19 xxx xxx xxx xxx
20 xxx xxx xxx xxx
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
21 LAINNYA xxx xxx xxx xxx
22 Dana Otonom i Khus us
23 Dana Penyes uaian
24 Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx
25 Lainnya xxx xxx xxx xxx
26 Total Pendapatan Transfer xxx xxx xxx xxx
27 xxx xxx xxx xxx
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH xxx xxx xxx xxx
BELANJA
Pendapatan Hibah
PENGUNGKAPAN
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan
Keuangan terkait dengan pendapatan adalah:
 Penerimaan pendapatan tahun berkenaan setelah tanggal
berakhirnya tahun anggaran.

 Penjelasan mengenai pendapatan yang pada tahun


pelaporan yang bersangkutan terjadi hal-hal yang bersifat
khusus.

 Penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target


penerimaan pendapatan daerah.

 Informasi lainnya yang dianggap perlu.


(3.2)

AKUNTANSI BEBAN
DAN
AKUNTANSIBELANJA
Definisi
1.Beban adalah penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
2.Belanja merupakan semua pengeluaran oleh
Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah
Perbedaan Beban dan Belanja

No Beban Belanja
.a. Diukur dan diakui Diukur dan diakui
dengan basis dengan basis
akuntansi akrual akuntansi kas

b Merupakan unsur Merupakan unsur


pembentuk Laporan pembentuk Laporan
Operasional (LO) Realisasi Anggaran
(LRA)
Klasifikasi
• Klasifikasi ekonomi untuk
terdiripemerintah daerah beban barang,
dari beban pegawai,
beban bunga, beban subsidi, beban hibah,
beban bantuan sosial, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban
tak terduga.
• Klasifikasi ekonomi pada pemerintah daerah
meliputi belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial dan belanja tak terduga
• Klasifikasi beban dan belanja berdasarkan
organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran. Untuk
pemerintah daerah, belanja sekretariat DPRD,
belanja sekretariat daerah
provinsi/kota/kabupaten, belanja dinas
pemerintah tingkat provinsi/kota/kabupaten
dan lembaga teknis daerah tingkat
provinsi/kota/kabupaten.
PENGAKUAN
Timbulnya Kewajiban
• Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan
hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya
kas dari kas umum daerah.

Terjadainya Konsumsi Aset


• Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas
kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban
dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional
pemerintah.
Terjadainya Penurunan masa manfaat
• Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu
Metode Pengakuan Beban

Pendekatan Beban
• Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan
diakui/dicatat sebagai beban jika pembelian barang dan
jasa itu dimaksud untuk digunakan atau konsumsi segera
mungkin

Pendekatan Aset
• Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan
diakui/dicatat sebagai persediaan jika pembelian barang
dan jasa itu dimaksud untuk digunakan dalam satu periode
anggaran atau untuk sifatnya berjaga jaga
Pengukuran

• Beban diukur dan dicatat sebesar beban yang


terjadi selama periode pelaporan.
• Belanja diukur jumlah pengeluaran kas yang
keluar dari Rekening Kas Umum Daerah dan
atau Rekening Bendahara Pengeluaran
berdasarkan azas bruto.
Penilaian

• Beban dinilai sebesar akumulasi beban yang


terjadi selama satu periode pelaporan dan
disajikan pada laporan operasional sesuai
dengan klasifikasi ekonomi (line item).
• Belanja dinilai sebesar nilai tercatat dan
disajikan pada laporan realisasi anggaran
berdasarkan belanja langsung dan tidak
langsung.
SAPD Beban dan Belanja SKPD
Pihak Pihak yang Terkait
• PPK SKPD
• Bendahara
Pengeluaran
Dokumen yang digunakan
• Daftar Gaji,
• SP2D
• NPHD
• Surat Perjanjian
• Surat Keputusan Kepala Daerah
• BAST.
• Dokumen yang dipersamakan.
• Bukti memorial
Jurnal Standar
• Beban dan Belanja pegawai yang
pembayarannya
mekanisme LS melalui
dimana pembayaran tersebut langsung
ditransfer ke rekening masing-masing PNSD
• Jurnal LO dan LRA

Tanggal Nomor Kode Uraian Debet Kredit


Bukti Rekening
XXX BEBAN GAJI PEGAWAI-LO XXXX
R/K PPKD XXX
XXX XXX
XXX BELANJA GAJI PEGAWAI XXXX
P-SAL XXX
• Beban dan Belanja pegawai yang pembayarannya melalui
mekanisme LS dimana pembayaran ditransfer ke Bendahara
Pengeluaran kemudian oleh bendahara pengeluaran
melakukan pembayaran ke masin masing PNS
g
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor Kode Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
XXX Kas Di Bendahara XXXX
Pengeluaran
R/K PPKD XXX
XXX BEBAN GAJI PEGAWAI-LO XXXX
XXX XXX
Kas Di Bendahara XXX
Pengeluaran
XXX BELANJA GAJI PEGAWAI XXXX
P-SAL XXX
Pendekatan aset
• Pembelian Barang dan jasa berupa ATK yang mana ATK
tersebut tidak langsung akan digunakan/dikonsumsi segera
tapi sifatnya untuk digunakan dalam satu periode atau
sifatnya berjaga jaga. Serta pembelian tersebut belum
dilakukan Pembayaran dan Barang dan jasa yang dibeli
telah diterima dengan Surat Berita Acara Serah Terima
Barang dari Rekanan.

Jurnal LO dan Neraca


Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit
l Bukti Rekening
XXX Persediaan ATK XXXX
XXX XXX Utang Belanja XXXX
XXX Barang dan Jasa
• Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D.
LS maka jurnal standar:

Jurnal LO dan Neraca

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
Utang Belanja Barang dan XXXX
XXX
XXX XXX Jasa
XXX R/K PPKD XXXX

Jurnal LRA
Tanggal Nomor Kode Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
XXX Belanja ATK XXXX
XXX XXX
XXX Perubahan-SAL XXXX
• Pada akhir periode fungsi akuntansi akan melakukan
Penghitungan fisik (Stock Opname) terhadap barang dan
jasa yang dibeli dan belum digunakan dan berdasarkan
hasil stock opname maka jurnal standar

Jurnal LO dan Neraca


Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit
l Bukti Rekening
XXX Beban ATK XXXX
XXX XXX
XXX Persediaan ATK XXXX
Beban Hibah dan Bansos

Pendekatan Beban
SKPD melakukan pembelian Barang dan jasa yang akan
dihibahkan/diserahkan kepada pihak ketiga dan Barang dan
jasa tersebut telah diterima dari rekanan dengan Berita Acara
Serah Terima dari Rekanan ke SKPD dan akan tetapi belum
dilakukan pembayaran, serta kemudian barang tersebut
langsung diserahkan ke penerima hibah bersamaan dengan
NPHD atau dokumen yang sah ditanda tangani maka jurnal
standar:
Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit
l Bukti Rekening
Beban Barang dan jasa XXXX
XXX yang akan diserahkan
XXX XXX kepada masyarakat
XXX Utang belanja XXXX
barang dan jasa
Kemudian PPK SKPD melakukan pembayaran kepada rekanan
dengan mekanisme LS maka pencatatan atas pembayaran
tersebut dengan jurnal standar :
Jurnal LO dan Neraca

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
Utang belanja barang dan XXXX
XXX
XXX XXX jasa
XXX R/K PPKD XXXX

Jurnal LRA

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
XXX Belanja barang dan jasa XXXX
XXX XXX
XXX Perubahan-SAL XXXX
Pendekatan Aset

• SKPD melakukan pembelian Barang dan jasa yang akan


dihibahkan/diserahkan kepada pihak ketiga dan Baran dan
jasa tersebut telah diterima dari rekanan dengan Berita
g Acara
Serah Terima dari Rekanan ke SKPD dan akan tetapi belum
dilakukan pembayaran, serta NPHD/Surat Perjanjian Bantuan
Sosial/Dokumen yang dipersamakan telah ditanda tangani akan
tetapi barang tersebut belum diserahkan ke ke penerima hibah

Jurnal LO dan Neraca

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
Persediaan Barang dan XXXX
XXX jasa yang akan diserahkan
XXX XXX kepada masyarakat
Utang belanja XXXX
XXX barang dan jasa
Kemudian PPK SKPD melakukan pembayaran kepada rekanan
dengan mekanisme LS maka pencatatan atas pembayaran
tersebut dengan jurnal standar :
Jurnal LO dan Neraca

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
Utang belanja barang dan XXXX
XXX
XXX XXX jasa
XXX R/K PPKD XXXX

Jurnal LRA

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
XXX Belanja barang dan jasa XXXX
XXX XXX
XXX Perubahan-SAL XXXX
• Setelah itu barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat
oleh kepala SKPD melakukan penyerahan barang kepada
penerima hibah/bantuan sosial dimana berdasarkan
NPHD/Surat Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan yang telah
ditanda tangani maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

Beban Barang diserahkan


X.X.X.XX.XX XXX
kpd Masyarakat

XXXXX XXXXX
Persediaan barang
X.X.X.XX.XX diserahkan kpd XXX
Masyarakat
(3.3)

AKUNTANSITRANSFER
Definisi

Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh


suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas


pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah
provinsi.

Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas


pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana
perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh
pemerintah daerah serta Bantuan Keuangan
Klasifikasi

Laporan
Realisasi Laporan
Uraian Anggaran ( Operasional
LRA) (LO)
Pendapatan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat-Dana xxx Xxx
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak xxx Xxx
Dana Bagi hasil Sumber daya Alam xxx Xxx

Dana Alokasi Umum xxx Xxx


Dana Alokasi Khusus xxx Xxx
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya xxx Xxx

Dana Otonomi Khusus xxx Xxx


Dana Penyesuaian xxx Xxx
Transfer Pemerintah Provinsi xxx Xxx
Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx Xxx
Laporan
Realisasi
Anggaran ( Laporan
Uraian LRA) Operasional
(LO)

Beban Transfer Bagi hasil Pendapatan Lainnya xxx

Beban Transfer Bantuan Keuangan Ke xxx


Pemerintah lainnya

Beban Transfer Bantuan Keuangan Ke desa xxx

Beban Transfer Keuangan Lainnya xxx

Transfer/Bagi Hasil ke Kab/Kota atau Ke Desa Xxx

Bagi Hasil Pajak Xxx


Bagi Hasil Retribusi Xxx
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Xxx
(3.4)

AKUNTANSIPEMBIAYAAN
DEFINISI - 1

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 02


Paragraf 50 :

 Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi


keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan
atau memanfaatkan surplus anggaran.
KLASIFIKASI - 1
PP 71/2010 PSAP NO. 02
 Pembiayaan diklasifikasi kedalam penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan

 Penerimaan Pembiayaan merupakan semua penerimaan


Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari
penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi
permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan

 Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening


Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman
kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun
anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
PENGAKUAN

PP 71/2010 PSAP 02, Pembiayaan diakui pada saat:

 Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada


Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

 Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan


dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
PENGUKURAN
 Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah
berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima atau yang
akan diterima oleh nilai sekarang kas yang dikeluarkan
atau yang akan dikeluarkan.

 Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing


dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar
(kurs tengan Bank Indonesia) pada tanggal transaksi
pembiayaan.
(3.5)

AKUNTANSIKAS DAN SETARA KAS


DEFINISI DAN KLASIFIKASI - 1

 Kas dan Setara Kas adalah uang tunai dan saldo


simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah yang
sangat likuid yang siap dijabarkan/dicairkan menjadi kas
serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan.

 Kas juga meliputi seluruh Uang Yang Harus


Dipertanggungjawabkan (UYHD) yang wajib
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan dalam neraca.
Saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat ditarik
atau digunakan untuk melakukan pembayaran.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI - 2

Kas Kas di Kas Daerah


Kas di Bendahara Penerimaan

Kas di Bendahara Pengeluaran

Kas di BLUD
Setara Kas Deposito (kurang dari 3 bulan)

Surat Utang Negara /Obligasi (kurang dari 3 bulan)


DEFINISI DAN KLASIFIKASI - 3
Kas Kas di Kas Daerah Kas di Kas Daerah
Potongan Pajak dan Lainnya

Kas Transitoris
Kas Lainnya
Kas di Bendahara Penerimaan
Pendapatan Yang Belum Disetor
Uang Titipan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Sisa Pengisian Kas UP/GU/TU

Pajak di SKPD yang Belum Disetor


Uang Titipan
Kas di BLUD Kas Tunai BLUD
Kas di Bank BLUD

Pajak yang Belum Disetor BLUD

Uang Muka Pasien RSUD/K BLUD


PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

 Kas diakui saat diterima di Rekening Kas Umum


Daerah/ Tunai.

 Kas dicatat sebesar nilai nominal.

 Nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai


rupiahnya.

 Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta asing,


dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs
tengah bank sentral pada tanggal neraca.
PENYAJIAN

 Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam


Neraca dan Laporan Arus Kas.

 Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak


diinformasikan dalam laporan keuangan karena
kegiatan tersebut merupakan bagian dari
manajemen kas dan bukan merupakan bagian
dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
dan
transitoris pada Laporan Arus Kas.
.
PENGUNGKAPAN

Pengungkapan kas dan setara kas dalam Catatan


atas Laporan Keuangan (CaLK) sekurang-kurangnya
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

 Rincian kas dan setara kas;


 Kebijakan manajemen setara kas; dan
 Informasi lainnya yang dianggap
penting.
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS - 1

PIHAK-PIHAK TERKAIT
A. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
2. Bendahara Penerimaan SKPD
3. Bendahara Pengeluaran SKPD
4. Pengguna Anggaran (PA)

B. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


1. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)
2. Bendahara Penerimaan PPKD
3. Bendahara Pengeluaran PPKD
4. PPKD
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS - 2

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN


Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kas
dan setara kas pada SKPD maupun PPKD mengikuti
dokumen terkait:

1. Penerimaan Kas (Pendapatan-LO, Aset, Kewajiban &


Ekuitas)
2. Pengeluaran Kas (Beban, Aset, Kewajiban & Ekuitas)
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS - 3

JURNAL STANDAR
Jurnal standar terkait kas dan setara kas pada SKPD maupun PPKD
mengikuti transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas pada
sistem akuntansi akun-akun Pendapatan-LO, Beban, Aset,
Kewajiban, dan Ekuitas. Jika kas dan setara kas bertambah maka
akan dicatat disisi “debit” sedangkan jika kas dan setara kas
berkurang akan dicatat disisi “kredit”.

Jurnal Standar – Kas dan Setara Kas Saat Bertambah


Jurnal LO dan Neraca:
Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit
l Bukti Rekening
XXX Kas dan Setara Kas XXXX
XXX XXX Pendapatan, Aset, XXXX
XXX Ekuitasi
AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS - 4

JURNAL STANDAR
Jurnal standar terkait kas dan setara kas pada SKPD maupun PPKD
mengikuti transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kaspada
sistem akuntansi akun-akun Pendapatan-LO, Beban, Aset,
Kewajiban, dan Ekuitas. Jika kas dan setara kas bertambah maka
akan dicatat disisi “debit” sedangkan jika kas dan setara kas
berkurang akan dicatat disisi “kredit”.

Jurnal Standar – Kas dan Setara Kas Saat Berkurang


Jurnal LO dan Neraca:
Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit
l Bukti Rekening
Beban, Kewajiban, Aset, XXXX
XXX Ekuitas
XXX XXX
XXX Kas dan Setara kas XXXX
(3.6)

AKUNTANSIPIUTANG
Definisi
• Buletin Teknis SAP Nomor 02 tahun 2005 menyatakan piutang
adalah hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari
entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini senada dengan
berbagai teori yang mengungkapkan bahwa piutang adalah
manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.

• Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang


yang kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya
dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi
dan/atau entitas lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih
tidak bersifat akumulatif tetapi diterapkan setiap akhir
periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang.
• Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak
tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur piutang,
jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan
melakukan modifikasi tertentu tergantung kondisi dari
debitornya. Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo
piutang yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan
upaya untuk menilai kualitas piutang.

• Klasifikasi.
Pungutan terdiri atas :

Piutang Pajak Daerah Pemerintah Provinsi;


Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota;
Piutang Retribusi;
Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya
• Klasifikasi.
Perikatan terdiri
atas :
Pemberian Pinjaman;
Penjualan;
Kemitraan;
Pemberian fasilitas
Transfer antar terdiri atas :
pemerintah
Piutang Dana bagi hasil;
Piutang Dana Alokasi Umum;
Piutang Dana Alokasi khusus;
Piutang Dana Otonomi Khusus;
Piutang Transfer Lainnya;
Piutang Bagi Hasil Dari Provinsi;
Piutang Transfer Antar Daerah;
Piutang Kelebihan Transfer.
• Klasifikasi.
Tuntutan Ganti Rugi terdiri atas :
Piutang yang timbul akibat Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara;
Piutang yang timbul akibat Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
terhadap Bendahara
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, Piutang antara
lain
diklasifikasikan sebagai berikut
Piutang Pendapatan Piutang Pajak Daerah

Piutang Retribusi
Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Piutang Lain-lain PAD yang Sah


Piutang Transfer Pemerintah Pusat
Piutang Transfer Pemerintah Lainnya
Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

Piutang Pendapatan Lainnya


PENGAKUAN PIUTANG
1. diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau
2. telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan
penagihan; atau
3. belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

PENGUKURAN
1. disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat
ketetapan kurang bayar yang diterbitkan; atau
2. disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh
Pengadilan Pajak untuk WP yang mengajukan banding; atau
3. disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal
pelaporan dari setiap tagihan yang masih proses banding atas
keberatan dan belum ditetapkan oleh majelis tuntutan ganti rugi.
.
PENGUKURAN
Piutang pendapatan diakui setelah diterbitkan surat tagihan dan
dicatat sebesar nilai nominal yang tercantum dalam tagihan. Secara
umum unsur utama piutang karena ketentuan perundang-undangan
ini adalah potensi pendapatan. Artinya piutang ini terjadi karena
pendapatan yang belum disetor ke kas daerah oleh wajib setor.
Pengukuran Piutang atas peristiwa keterjadiannya
Pemberian pinjaman
Piutang pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang dikeluarkan
dari kas daerah dan/atau apabila berupa barang/jasa harus dinilai
dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan atas barang/jasa
tersebut.
Penjualan
• Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai naskah
perjanjian penjualan yang terutang (belum dibayar) pada
akhir periode pelaporan.

Kemitraan
Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang dipersyaratkan dalam naskah perjanjian kemitraan

Pemberian fasilitas/jasa
Piutang yang timbul diakui berdasarkan fasilitas atau jasa yang
telah diberikan oleh pemerintah pada akhir periode
pelaporan, dikurangi dengan pembayaran atau uang muka
yang telah diterima.
PENILAIAN
• Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan
(net realizable value).
• Nilai bersih yang dapat direalisasikan adalah selisih antara
nilai nominal piutang dengan penyisihan piutang.

Dasar yang digunakan untuk menghitung penyisihan piutang


adalah kualitas piutang. Kualitas piutang dikelompokkan
menjadi 4 (empat) dengan klasifikasi sebagai berikut:

1. Kualitas Piutang Lancar;


2. Kualitas Piutang Kurang Lancar;
3. Kualitas Piutang Diragukan;
4. Kualitas piutang Macet.
Penggolongan kualitas piutang pajak yang pemungutannya
ditetapkan oleh Kepala Daerah (official assessment)
dilakukan dengan ketentuan:

Kualitas Lancar, dengan kriteria:


Umur piutang kurang dari 1 tahun; dan/atau
Wajib pajak kooperatif; dan/atau
Wajib pajak likuid; dan/atau
Wajib pajak tidak mengajukan keberatan/banding. Kualitas

Kurang Lancar, dengan kriteria:


Umur piutang 1 sampai dengan 2 tahun; dan/atau
Wajib pajak kurang kooperatif; dan/atau
Wajib pajak mengajukan keberatan/banding.
Kualitas Diragukan, dengan kriteria:
Umur piutang 3 sampai dengan 5 tahun; dan/atau
Wajib pajak tidak kooperatif; dan/atau
Wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas.

Kualitas Macet, dengan kriteria:


Umur piutang diatas 5 tahun; dan/atau
Wajib pajak tidak ditemukan; dan/atau
Wajib pajak bangkrut/meninggal dunia; dan/atau
Wajib pajak mengalami musibah (force majeure).
Penggolongan Kualitas Piutang Bukan Pajak Khusus untuk
objek Retribusi, dapat dipilah berdasarkan karakteristik
sebagai berikut:

1. Kualitas Lancar, jika umur piutang 0 sampai dengan 1


bulan;
2. Kualitas Kurang Lancar, jika umur piutang 1 sampai
dengan 3 bulan;
3. Kualitas Diragukan, jika umur piutang 3 sampai dengan 12
bulan;
4. Kualitas Macet, jika umur piutang lebih dari 12 bulan.
Besarnya penyisihan piutang tidak tertagih pada
setiap akhir tahun ditentukan sebagai berikut:

No. Kualitas Piutang Taksiran Piutang Tak


Tertagih
1. Lancar 0,5 %
2. Kurang Lancar 10 %
3. Diragukan 50 %
4. Macet 100 %
Pengungkapan

• Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi


mengenai akun piutang diungkapkan secara cukup dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:
• kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan
dan pengukuran piutang;
• rincian jenis-jenis, saldo
menurut umur untuk
• mengetahui tingkat
• kolektibilitasnya;
penjelasan atas penyelesaian piutang;
jaminan atau sita jaminan jika ada. Khusus untuk tuntutan ganti
rugi/tuntutan perbendaharaan juga harus diungkapkan piutang
yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai
maupun pengadilan.
Sistem Akuntansi Piutang SKPD

Pihak Pihak Yang terkait


1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD).
2. Bendahara Penerimaan SKPD.

Dokumen yang digunakan

Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR Daerah)


SP2D
Dokumen yang dipersamakan
Jurnal Standar
Pada saat SKPD menerbitkan SKR Daerah oleh SKPD mencatat
dengan jurnal standar :
Jurnal LO dan Neraca

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekenin
g
XXX Piutang rertibusi XXXX
XXX XXX Pendapatan retribusi- XXXX
XXX
LO

Pada saat SKPD menerima pembayaran dari wajib retribusi maka SKPD mendata dengan jurnal standar

Tangga Nomor Kode Uraian Debet Kredit


l Bukti Rekening
XXX Kas dibendahara Penerima XXXX
XXX XXX
XXX Piutang rertibusi XXXX
Jurnal LRA
Kode
No
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

X.X.X.XX.XX Perubahan SAL XXX

Pendapatan ….LRA XXX

Pada saat diterima nota kredit dari bank dimana wajib retribusi pembayaran langsung ke rekening
bendahara penerimaan (bersamaan dengan terbitnya SKR):

Jurnal LO dan Neraca


Kode
No
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

X.X.X.XX.XX Kas bend penerimaan XXX


XXXXX XXXXX
X.X.X.XX.XX Pendapatan …LO XXX
Jurnal LRA
Kode
No
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

X.X.X.XX.XX Perubahan SAL XXX

X.X.X.XX.XX Pendapatan ….LRA XXX

Pada saat diterima nota kredit dari bank dimana wajib retribusi pembayaran langsung ke rekening
bendahara penerimaan atas piutang maka SKPD akan mencatat jurnal standar :
Jurnal LO dan Neraca
Kode
No
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

X.X.X.XX.XX Kas bend penerimaan XXX


XXXXX XXXXX
X.X.X.XX.XX Piutang ……… XXX
Jurnal LRA
Kode
No
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

X.X.X.XX.XX Perubahan SAL XXX

XXXXX XXXXX
Pendapatan ….LRA XXX

Pihak Pihak Terkait Sistem Akuntansi Piutang PPKD


1. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)
2. Bendahara Penerimaan
Dokumen yang digunakan :
1. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)
2. Bendahara Penerimaan
Dokumen yang digunakan :

Uraian Dokumen
Piutang Pajak Daerah SKP
Daerah/SKPDKB/Dokumen
yang dipersamakan

Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Hasil RUPS/Dokumen yang


Daerah yang Dipisahkan dipersamakan

Piutang Lain-lain PAD yang sah:

 Jasa Giro/Bunga deposito Nota Kredit/sertifikat


deposito/dokumen yang
dipersamakan

 Tuntutan Ganti kerugian daerah SK


Pembebanan/SKP2K/SKTJM/D
(3.7)

AKUNTANSIPERSEDIAAN
DEFINISI

Persediaan adalah aset


lancar dalam bentuk barang
atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk
mendukung kegiatan
operasional pemerintah dan
barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual
dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada
masyarakat.
KLASIFIKASI
Suatu aset dapat diklasifikasikan
sebagai persediaan bila
• Barang atau
memenuhi salah satu kriteria
perlengkapan sebagai
(supplies) berikut:
yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah
barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak pakai habis
seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti
• komponen bekas.
Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses
produksi. Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan
• dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat
pertanian, dan lain-lain.
Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
• diserahkan kepada masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk
dalam
kelompok ini adalah alat-alat pertanian setengah jadi.
rangka kegiatan pemerintahan.
dalam
Barang yang disimpan untuk dijual atau Contohnya adalah
diserahkan kepada
hewan/tanaman.
masyarakat
KLASIFIKASI DALAM BAS
Persediaan Bahan Pakai Habis
• Persediaan Alat Tulis Kantor
• Persediaan Dokumen/Administrasi Tender
• Persediaan Alat Listrik dan elektronik ( lampu pijar, battery kering)
• Persediaan Perangko, materai dan benda pos lainnya
• Persediaan Peralatan kebersihan dan bahan pembersih
• Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
• Persediaan Isi tabung pemadam kebakaran
• Persediaan Isi tabung gas
Persediaan Bahan/Material
• Persediaan Bahan baku bangunan
• Persediaan Bahan/bibit tanaman
• Persediaan Bibit ternak
• Persediaan Bahan obat-obatan
• Persediaan Bahan kimia
• Persediaan Bahan Makanan Pokok
Persediaan Barang Lainnya
• Persediaan Barang yang akan Diberikan Kepada Pihak Ketiga
ISU-ISU DALAM PERSEDIAAN
• Metode Pengakuan Beban Persediaan
1. Pendekatan Aset
2. Pendekatan Beban
• Metode Sistem Pencatatan Persediaan
1. Metode Perpetual
2. Metode Periodik
• Metode Pengukuran Persediaan
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP).
2. Metode Rata-Rata Tertimbang
3. Metode Harga Pembelian Terakhir
PENGAKUAN PERSEDIAAN
Persediaan diakui saat (1) potensi manfaat
depan diperoleh pemerintah dan mempunyai
ekonomi masa nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal; dan (2) telah
diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.

Setiap pembelian persediaan akan dicatat sebagai aset,


yakni “Persediaan”. Berdasarkan bukti belanja
persediaan, fungsi akuntansi akan menjurnal akun
“Persediaan” di debit dan akun “Kas” atau akun
“Hutang” di kredit. Selain itu, fungsi akuntansi akan
mencatat realisasi belanja dengan mendebit akun
“Belanja (nama persediaan)” dan mengkredit akun
“Perubahan SAL”.
Ilustrasi Pengakuan Persediaan
• Pada tanggal 1 Pebruari 2015, SKPD Kota Jaya membeli persediaan
berupa
5 rim kertas HVS dan 10 pak spidol. Harga kertas HVS adalah Rp50.000/rim
dan harga spidol adalah Rp100.000/pak. Selama Bulan Pebruari 2015
• digunakan sebanyak 2 rim kertas HVS dan 3 pak spidol.
Berdasarkan bukti belanja tersebut, fungsi akuntansi akan menjurnal:

Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit Kredit
Rekening
01/02/2015 1/BB/2015 1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 1.250.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 1.250.000

5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 1.250.000


0.00.00.00 Perubahan SAL 1.250.000
PENGAKUAN BEBAN PERSEDIAAN
• Terdapat dua pendekatan pengakuan Beban Persediaan, yaitu
pendekatan aset dan pendekatan beban.
• Pendekatan aset digunakan untuk persediaan-persediaan yang
nilainya material dan maksud penggunaannya untuk selama satu
periode dan atau untuk maksud berjaga-jaga. Contohnya adalah
persediaan di sekretariat SKPD.
• Pendekatan beban dapat
digunakan untuk persediaan-
persediaan yang nilainya relatif
tidak material dan maksud
penggunaannya untuk waktu
yang segera/tidak
dimaksudkan untuk sepanjang
satu periode. Contohnya
adalah persediaan untuk suatu
kegiatan.
PENGAKUAN BEBAN PERSEDIAAN:
Pendekatan Aset
Pada tanggal 1 Pebruari 2015, SKPD ABC membeli persediaan sebanyak 5
rim kertas HVS dan 10 pak spidol untuk Sekretariat. Harga kertas HVS
adalah Rp
2015,50.000/rim
SKPD ABC dan harga spidolpersediaan
menggunakan adalah Rp 100.000/pak.
sebanyak PadaHVS
5 rim kertas tanggal
dan 1020
pak spidol. Pebruari
Jurnal yang akan dibuat oleh fungsi akuntansi adalah sebagai
berikut:

Tanggal Nomor Bukti Kode Rekeni ng Urai an Debi t Kredi t

1 Pebruari 2015 1/BB/2015 1.1.7.01.01 Pers edi aan Al at Tul i s Kantor 1.250.000
1.1.1.02.01 Kas bendahara Pengel uaran 1.250.000

15 Pebruari 2015 5.1.2.01.01 Bel anj a Pers edi aan Al at Tul i s 1.250.000
3.1.2.05.01 KantorPerubahan SAL 1.250.000
PENGAKUAN BEBAN PERSEDIAAN:
Pendekatan Beban
Pada tanggal 1 Pebruari 2015, SKPD Kota Jaya membeli
persediaan berupa 5 rim kertas HVS dan 10 pak spidol
Harga untuk
kertas Kegiatan Pelatihan
HVS adalah Rp Akuntansi
50.000/rim Akrual.
dan harga spidol adalah Rp
100.000/pak. Berdasarkan bukti belanja tersebut, fungsi akuntansi akan
menjurnal:

Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit


Bukti Rekening
01/02/2015 1/BB/2015 9.1.2.01.01 Beban Persediaan Alat Tulis kantor 1.250.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 1.250.000

5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 1.250.000


3.1.2.05.01 Perubahan SAL 1.250.000
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Terdapat dua metode sistem pencatatan persediaan, yaitu metode
perpetual dan metode periodik.
Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan
setiap ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode ini digunakan untuk
jenis persediaan yang berkaitan dengan operasional utama di SKPD dan
membutuhkan pengendalian yang kuat. Contohnya adalah persediaan obat-
obatan di RSUD, persediaan pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya.
Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai
persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan
melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada akhir
periode inilah dibuat jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai persediaan.
Metode ini dapat digunakan untuk jenis persediaan yang sifatnya sebagai
pendukung kegiatan SKPD, contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat.
METODE PERPETUAL Vs METODE PERIODIK

METODE PERPETUAL METODE PERIODIK


N Transaksi
o. Uraian Deb Kre Uraian Deb Kre
Persediaan xx Persediaan xx
Kas di Bend Penglrn Xx Kas di Bend Penglrn xx
(Jurnal LO atau Neraca) (Jurnal LO atau Neraca)
1 Pembelian
Belanja Persediaan xx Belanja Persediaan xx
Perubahan SAL xx Perubahan SAL xx
(Jurnal LRA) (Jurnal LRA)
Beban Persediaan xx
2 Pemakaian Tidak ada jurnal
Persediaan xx
Akhir xx Beban Persediaan xx
3 Periode/Jurnal Tidak ada jurnal
Penyesuaian xx Persediaan xx
ILUSTRASI

Pada tanggal 1 Desember 2015, Dinas Kesehatan Kota Jaya membeli obat-
obatan senilai Rp30.000.000,00. Pada tanggal 18 Desember 2015, terjadi
pemakaian obat-obatan senilai Rp10.000.000,00. Pada tanggal 31
Desember 2015, dilakukan stock opname obat-obatan dan diketahui
bahwa obat-obatan yang tersisa di gudang adalah senilai Rp 20.000.000,00
yang dimilikinya. Buatlah jurnal dengan menggunakan metode perpetual
dan metode periodik untuk mencatat persediaan obat-obatan tersebut.
Metode Perpetual

Tanggal Nomor Kode Uraian Deb Kred


Bukti Rekening
01-Des-15 1/BB/2015 1.1.7.02.04 Persediaan Bahan Obat-obatan 30.000.000

1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 30.000.000

5.1.2.02.04 Belanja Persediaan Bahan Obat-obatan 30.000.000


0.0.0.00.00 Perubahan SAL 30.000.000

18-Des-15 9.1.2.02.04 Beban Persediaan Bahan Obat-obatan 10.000.000

1.1.7.02.04 Persediaan Bahan Obat-obatan 10.000.000

31-Des-15 No Entry
Metode Periodik

Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit


Bukti Rekening
01-Des-15 1/BB/2015 9.1.2.02.04 Persediaan Bahan Obat-obatan 30.000.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 30.000.000

5.1.2.02.04 Belanja Persediaan Bahan Obat-obatan30.000.000


0.0.0.00.00 Perubahan SAL 30.000.000

18-Des-15 Tidak ada jurnal

31-Des-15 1.1.7.02.04 Beban Persediaan Bahan Obat-obatan 20.000.000


9.1.2.02.04 Persediaan Bahan Obat-obatan 20.000.000
Selisih Persediaan
• Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut
bendahara barang/pengurus barang dengan hasil stock opname.
• Selisih persediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang, usang,
kadaluarsa, atau rusak.
• Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang
normal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban.
• Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang
abnormal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian
daerah.
• Penetapan besaran selisih persediaan sebagai normal atau abnormal
ditentukan oleh Pemda dalam kebijakan akuntansinya.
• Selisih pengakuan atas selisih persediaan hanya terdapat dalam metode
perpetual.
Ilustrasi Selisih Persediaan
Melanjutkan ilustrasi dari slide sebelumnya. Jika hasil stock opname
menunjukkan bahwa sisa obat-obatan adalah Rp19.000.000,00, maka
jurnalnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Nomor Bukti Kode Uraian Debit Kredit


Rekening
31-Des-15 BA 1.000.000
Pemeriksaan
Beban Persediaan
Persediaan 1.000.000
(jika selisih persediaan tidak
signifikan)

31-Des-15 BA 1.000.000
Pemeriksaan
Kerugian daerah
Persediaan 1.000.000
(jika selisih persediaan signifikan)
PENGUKURAN

• Nilai persediaan meliputi seluruh biaya yang harus


dikeluarkan sampai barang tersebut dapat digunakan.
• Tiga alternatif untuk mengukur nilai persediaan,
yaitu:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi
c. sendiri.wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
Nilai
donasi/rampasan.
Pengukuran: Biaya perolehan
• Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan,
biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat,
dan
• lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Jika biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya dalam
memperoleh persediaan dipertimbangkan tidak material dan tidak
dapat ditelusuri secara langsung, maka biaya-biaya tersebut dapat
• diabaikan sebagai komponen biaya perolehan.
Ilustrasi:
Pada tanggal 1 Pebruari Dinas membeli obat-obatan senilai
Rp100.000.000,00. dari pembelian tersebut terdapat biaya lelang
sebesar Rp2.000.000,00. Fungsi akuntansi akan mencatat nilai
persediaan sebesar:
Biaya Perolehan = Pembelian + biaya lelang
= Rp100.000.000,00 + Rp2.000.000,00
= Rp102.000.000,00
Pengukuran: Harga Pokok Produksi
• Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait
dengan persediaan yang diproduksi; dan biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis.

Ilustrasi:
Dinas
Kehutan
an Kota
Jaya
mempro
duksi
Nilai persediaan = Biaya Langsung (Biaya Variabel) + Biaya Tidak
minyak Langsung (Biaya Tetap)
=kayu
Rp75.000.000,00 + Rp25.000.000,00 + Rp5.000.000,00
putih = Rp105.000.000,00
sendiri.
Biaya
untuk
Pengukuran: Nilai Wajar
• Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan
transaksi wajar (arm length transaction).

• Ilustrasi:
Dinas
Pertania
n Kota
Jaya
meneri
persediaan pupuk sebesar 1.000 ton x Rp1.000.000,00 atau
ma
Rp1.000.000.000,00.
donasi
berupa
pupuk
dari
pabrik
pupuk
PENILAIAN
• Dalam satu periode, pemerintah daerah melakukan
beberapa
kali pembelian persediaan dengan tingkat harga yang
berbeda-beda antara pembelian yang satu dengan yang lain.
• Perbedaan tingkat harga tersebut menjadi permasalahan
tersendiri dalam melakukan penilaian persediaan.
• Harga mana yang akan dipakai untuk menilai beban
persediaan yang telah dipakai/dijual/ diserahkan dan harga
mana yang akan dipakai untuk menilai persediaan yang tersisa
di akhir periode?
ILUSTRASI
Berikut adalah data pembelian
dan penggunaan
obat-obatan pada Dinas Kesehatan Kota Jaya:

Tanggal Pembelian Penggunaan Jumlah

15 Maret 2015 100 dus @ Rp 100.000 100 dus

20 April 2015 200 dus @ Rp 150.000 300 dus

17 Juni 2015 150 dus 150 dus

8 Agustus 2015 300 dus @ Rp 200.000 450 dus

13 September 2015 100 dus 350 dus


Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP);
Sistem Pencatatan Periodik
• Dengan metode MPKP, 350 dus persediaan obat-obatan
yang tersisa dihitung mulai dari harga pembelian terakhir.
Tanggal Jumlah Unit Harga Per Unit Total Harga
8 Agustus 2015 300 dus Rp 200.000 Rp 60.000.000
20 April 2015 50 dus Rp 150.000 Rp 7.500.000

Persediaan Akhir 350 dus Rp 67.500.000

• Untuk obat-obatan yang telah dipakai, beban persediaannya adalah:


Beban Persediaan = Persediaan Awal + Pembeliaan – Persediaan Akhir
Beban Persediaan = 0 + {(100 x Rp100.000,00) + (200 x +
Rp150.000,00)
(300 x Rp200.000,00)} – Rp 67.500.000,00
= Rp 32.500.000,00
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP);
Sistem Pencatatan Perpetual
Tanggal Pembelian Penggunaan Jumlah
15 Mar 15 (100 dus @ Rp100.000,00) Rp (100 dus @ Rp 100.000,00)
10.000.000 Rp 10.000.000,00
20 April 15 (200 dus @ Rp 150.000,00) (100 dus @ Rp 100.000,00)
Rp 30.000.000,00 (200 dus @ Rp 150.000,00)
Rp 40.000.000
17 Juni 15 (100 dus @ Rp 100.000,00) (150 dus @ Rp 150.000,00)
(50 dus @ Rp 150.000,00) Rp 22.500.000,00
Rp 17.500.000,00
8 Agt 15 (300 dus @ Rp 200.000,00) (150 dus @ Rp 150.000,00)
Rp 60.000.000,00 (300 dus @ Rp 200.000,00)
Rp 82.500.000,00
13 Sep 15 (100 dus @ Rp 150.000,00) (50 dus @ Rp 150.000,00)
Rp 15.000.000,00 (300 dus @ Rp 200.000,00)
Rp 67.500.000,00

• Jadi, nilai persediaan akhir obat-obatan Dinas Kesehatan Kota Jaya adalah
Rp67.500.000,00 dan beban persediaannya adalah Rp32.500.000,00
(Rp17.500.000,00 + Rp 15.000.000,00).
Metode Rata-Rata Tertimbang; Sistem
Pencatatan Periodik
Tanggal Jumlah Unit Harga Per Unit Total Harga
15 Maret 2015 100 dus Rp 100.000,00 Rp 10.000.000
20 April 2015 200 dus Rp 150.000,00 Rp 30.000.000
8 Agustus 2015 300 dus Rp 200.000,00 Rp 60.000.000
Total 600 dus Rp 100.000.000

• Biaya rata-rata persediaan per unit = Rp 100.000.000 / 600 dus


= Rp 166.666,67

• Nilai Persediaan = Biaya rata-rata per unit x persediaan akhir (unit)


= Rp 166.666,67 x 350 unit = Rp 58.333.333,33

• Untuk obat-obatan yang telah dipakai, beban persediaannya adalah:


Beban Persediaan = Persediaan Awal + Pembeliaan – Persediaan Akhir
Beban Persediaan = 0 + Rp 100.000.000 – Rp 58.333.333,33
= Rp 41.666.666,67
Metode Rata-Rata Tertimbang; Sistem
Pencatatan Perpetual
Tanggal Pembelian Penggunaan Jumlah
15 Mar 15 (100 dus @ Rp100.000,00) (100 dus @ Rp100.000,00)
Rp10.000.000,00 Rp 10.000.000
20 Apr 15 (200 dus @ Rp150.000,00) (300 dus @ Rp133.333,33*)
Rp30.000.000 Rp 40.000.000
17 Jun 15 (150 dus @ Rp133.333,33) (150 dus @ Rp 133.333,33)
Rp20.000.000 Rp20.000.000
8 Agt 15 (300 dus @ Rp 200.000) (450 dus @ Rp177.777,78**)
Rp60.000.000 Rp 80.000.000
13 Sep 15 (100 dus @ Rp 177.777,78) (350 dus @ Rp 177.777,78)
Rp17.777.777,78 Rp62.222.222,22

• Jadi, nilai persediaan akhir obat-obatan Dinas Kesehatan Kota Jaya adalah
Rp62.222.222,22, dan beban persediaannya adalah Rp37.777.777,78
(Rp20.000.000,00 + Rp17.777.777,78).
Metode Harga Pembelian Terakhir; Sistem
Pencatatan Periodik

• Nilai Persediaan Akhir = Rp70.000.000,00 (350 dus x


Rp200.000.000,00)

• Untuk obat-obatan yang telah dipakai, beban persediaannya


adalah:
Beban Persediaan = Persediaan Awal + Pembeliaan –
Persediaan Akhir

• Beban Persediaan = 0 + {(100 x Rp100.000,00) + (200 x


Rp150.000,00) + (300 x Rp200.000,00)} –
Rp70.000.000,00
= Rp 30.000.000
Metode Harga Pembelian Terakhir; Sistem
Pencatatan Perpetual
Tanggal Pembelian Penggunaan Jumlah
15 Mar 15 (100 dus @ Rp100.000,00) (100 dus @ Rp100.000,00)
Rp10.000.000,00 Rp 10.000.000,00
20 Apr 15 (200 dus @ Rp150.000,00) (100 dus @ Rp 100.000,00)
Rp30.000.000,00 (200 dus @ Rp150.000,00)
Rp 40.000.000,00
17 Jun 15 150 dus (150 dus @ Rp150.000,00)
(Rp40.000.000,00 – Rp22.500.000,00) Rp22.500.000,00
Rp 17.500.000,00
8 Agt 15 (300 dus @ Rp200.000,00) (150 dus @ Rp175.000,00)
Rp60.000.000,00 (300 dus @ Rp200.000,00)
Rp86.250.000,00
13 Sep 15 100 dus (350 dus @ Rp200.000,00)
(Rp86.250.000,00 – Rp70.000.000,00) Rp70.000.000,00
Rp16.250.000

• Jadi, nilai persediaan akhir obat-obatan Dinas Kesehatan


Kota Jaya adalah Rp70.000.000,00 dan beban
persediaannya adalah Rp33.750.000,00 (Rp17.500.000,00 +
Rp16.250.000,00)
Prosedur Akuntansi: Metode Periodik
Jurnal Standar Persediaan dengan Metode
Periodik PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD
No Transaksi Urai an Urai an
Debi t Kredi Debi t Kredi
.
Persedi aan xxx t t
Tidak ada jurnal
Pembel i an Persedi Kas di Bendahara Pengel xxx
1.a uaran
aan dengan Uang Bel anja Persedi aan xxx
UP/GU/TU Tidak ada jurnal
Perubahan SAL xxx
Pembel i an Persedi aan Persedi aan xxx
Tidak ada jurnal
dengan Uang LS (Utang) Utang Bel anja xxx
Utang Bel anja xxx RK SKPD xxx
1. Pel unasan
RK PPKD xxx Kas di Kas Daerah xxx
b Utang/Penerbi tan
SP2D Bel anja Persedi aan xxx
Tidak ada jurnal
LS Barang Perubahan SAL xxx

2 Pemakai an Persedi aan Tidak ada jurnal Tidak ada jurnal

Penyesuai an di Akhi r Beban Persedi aan xxx


3 Tahun Tidak ada jurnal
Persedi aan xxx
Prosedur Akuntansi: Metode Perpetual
Jurnal Standar Pesediaan dengan Metode Perpetual
PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD
No Transaksi
Urai Debi Kredi Urai an Debi Kredi
.
Persedi aan an t xxx t t t
Tidak ada
Pembel i an Persedi aan Kas di Bendahara Pengel xxx
1. uaran
jurnal
dengan Uang UP/GU/TU Bel anja Persedi aan xxx
a Tidak ada
Perubahan SAL xxx jurnal
Pembel i an Persedi aan Persedi aan xxx
Tidak ada
dengan Uang LS (Utang) Utang Bel anja xxx jurnal
Utang Bel anja xxx RK SKPD xxx
1. Pel unasan RK PPKD xxx Kas di Kas Daerah xxx
b Utang/Penerbi tan SP2D Bel anja Persedi aan
xxx
LS Barang Tidak ada
Perubahan SAL xxx jurnal
Persedi aan xxx
2 Pemakai an Persedi aan Tidak ada
Beban Persedi aan xxx jurnal
Penyesuai an di Akhi r
3 Tahun Tidak ada jurnal Tidak ada
jurnal
PENGUNGKAPAN
• Hal-hal yang dipandang perlu untuk diungkapkan dalam
laporan keuangan sehubungan dengan persediaan meliputi:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan;
2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang
masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
3. Kondisi persediaan. Persediaan dengan kondisi rusak
atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Ilustrasi Pengungkapan Persediaan

• Di CaLK SKPD
PERSEDIAAN

Metode pencatatan persediaan menggunakan Metode Periodik. Pengukuran nilai persediaan menggunakan
Metode
Harga Pembelian Terakhir. Persediaan sejumlah Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) terdiri dari:
No Nama Peruntukan Kondisi Volume Harga/unit Nilai
1. Kertas Pelayanan Baik 2 rim Rp50.000,00 Rp100.000,00

2. Bibit tanaman Diserahkan kpd masyarakat Baik 80 unit Rp10.000,00 Rp800.000,00

PERSEDIAAN
• Di CaLK Pemda
Persediaan sejumlah Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) terdiri dari:
No SKPD Jumlah
1. Dinas Pendidikan Rp. 4.000.000,00
2. Dinas Kesehatan Rp. 2.000.000,00
3. ……………………….. Rp. …………………
(3.10)

AKUNTANSIAKTIVA TETAP
DEFINISI
Aset tetap adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari dua
bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan bela
digunakan dalam kegiatan pemerintah s
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. untu
k
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu aset
atau
berwujud dapat diakui sebagai aset tetap, yaitu
(1) berwujud, (2) mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan, (3) biaya perolehan dapat diukur
secara andal, (4) tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam operasi normal entitas, dan (5) diperoleh
atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
KLASIFIKASI
• Klasifikasi aset tetap menurut PSAP No. 7
adalah sebagai berikut:
1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5. Aset Tetap Lainnya
6. Konstruksi dalam Pengerjaan
PENGAKUAN AKTIVA TETAP

• Pengakuan aset tetap ditandai dengan


telah diterimanya atau diserahkannya hak
kepemilikan atas aset tetap; dan atau pada
saat penguasaannya berpindah.
PENGUKURAN AKTIVA TETAP
• Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan merupakan jumlah kas atau setara
kas yang telah dan yang masih wajib dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang telah dan
yang masih wajib diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan.
• Contoh:
Pada
tangga
l 8 Juli
2015,
dilakuk
dapat diketahui bahwa biaya perolehan kesepuluh unit AC tersebut adalah sebesar
an
Rp31.000.000,00 yang terdiri atas harga pembelian Rp30.000.000,00 dan biaya-biaya lainnya
pembe
sampai AC tersebut siap untuk dipergunakan sebesar Rp1.000.000,00.
lian 10 tidak memungkinkan menggunakan biaya perolehan, maka
• Apabila
unit
digunakan nilai wajar pada saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai
Air
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami
Conditi
dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
oner
(AC)
seharg
a
Rp3.00
0.000,
00/uni
CARA-CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP
• Perolehan aktiva tetap dapat terjadi karena cara pembelian
(pembayaran sekaligus, pembayaran termin, atau lump-sum),
pertukaran aset, donasi, swakelola, dan lain sebagainya.
• Untuk beberapa aset tetap yang diperoleh dengan
pembelian(gabungan), biaya perolehan dari masing-masing
lumpsum
aset tetapnya ditentukan dengan mengalokasikan harga
gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar tiap
aset yang bersangkutan.
Ilustrasi 1: Perolehan aset tetap
dengan pembayaran sekaligus

• Pada tanggal 2 April 2015 Dinas Pendidikan membeli 10 printer dengan


bukti Berita Acara Serah Terima Barang atas pembelian 10 unit printer
seharga Rp700.000,00/unit. Biaya. Berdasarkan dokumen tersebut fungsi
akuntansi mencatat pengakuan aset tetap dengan jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nomor Bukti Kode Uraian Debit Kredit


Rekening
02-Apr-15 BAST 05/2015 1.3.2.16.07 Printer 7.000.000
2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan dan 7.000.000
Mesin
Ilustrasi 2: Perolehan aset tetap dengan
pembayaran sekaligus (lanjutan)

• Tanggal 10 April 2015, PPKD menerbitkan SP2D LS untuk pembayaran


pembelian tersebut terbit. Berdasarkan hal tersebut dicatat pelunasan
hutang dan pengakuan belanja modal dengan jurnal:

Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit


Bukti Rekening
10-Apr-15 SP2D LS 25/2015 2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan dan Mesin 7.000.000

3.1.3.01.01 RK PPKD 7.000.000

5.2.2.16.07 Belanja Modal Pengadaan Printer 7.000.000


0.0.0.00.00 Perubahan SAL 7.000.000
Ilustrasi 3: Perolehan aset tetap dengan sistem
pembayaran termin
• Pada tanggal 1 Juli 2015, SKPD membayar uang muka
kerja Rp25.000.000,00 untuk membangun
garasi/pool. Tanggal 1 September 2015 SKPD
membayar termin pertama Rp50.000.000,00 dengan
tingkat penyelesaian 75%. Tanggal 1 November
2015 SKPD membayar termin kedua sebesar Rp20.000.000,00 sekaligus pelunasan
yang disertai dengan dokumen serah terima barang.
Ta ngga l Nomor Bukti Kode Rekeni ng Ura i a n Debi t Kredi t

01-Jul -15 SP2D LS 1.1.4.05.02 Ua ng Muka Penga da a n Ga ra s i /Pool 25.000.000,00


3.1.3.xxxxx RK PPKD 25.000.000,00
5.2.2.xxxxx Bel a nj a Moda l 25.000.000,00
0.0.0.00.00 Peruba ha n SAL 25.000.000,00

01-Sep-15 SP2D LS 1.1.4.05.02 Ua ng Muka Penga da a n Ga ra s i /Pool 50.000.000,00


3.1.3.xxxxx RK PPKD 50.000.000,00
5.2.2.xxxxx Bel a nj a Moda l 50.000.000,00
0.0.0.00.00 Peruba ha n SAL 50.000.000,00

01-Nop-15 SP2D LS 1.1.4.05.02 Ua ng Muka Penga da a n Ga ra s i /Pool 20.000.000,00


3.1.3.xxxxx RK PPKD 20.000.000,00
BA Sera h Teri ma 1.3.3.01.14 As et Teta p Tempa t Pa rki r 95.000.000,00
1.1.4.05.02 Ua ng Muka Penga da a n Ga ra s i /Pool 95.000.000,00

5.2.2.xxxxx Bel a nj a Moda l 20.000.000,00


0.0.0.00.00 Peruba ha n SAL 20.000.000,00
Ilustrasi 4: Perolehan Aset Tetap dengan Cara
Swakelola

• SKPD PU membangun tempat parkir secara swakelola. Biaya


tukang adalah sebesar Rp10 juta, biaya bahan bangunan Rp25
juta, dan biaya-biaya penunjang seperti listrik dan sewa
peralatan Rp5 juta.
• Dengan demikian harga perolehan tempat parkir Rp10
adalah juta + Rp25 juta + Rp5 juta = Rp40 juta.
Ilustrasi 5: Perolehan Aset Tetap Secara Gabungan
• Dinas Pendidikan membeli secara gabungan sebidang tanas seluas 500 m2
beserta gedung dua tingkat yang berada di atas tanah tersebut dengan
biaya perolehan sebesar Rp2.100.000.000,00. Berita Acara Serah Terima
ditandatangani pada tanggal 7 September 2015. Nilai wajar (harga pasar)
tanah di daerah tersebut adalah Rp1.800.000,00/m2. Sementara itu
gedung setipe itu memiliki nilai wajar sebesar Rp1.400.000.000,00

• Berdasarkan informasi tersebut, dapat dihitung biaya perolehan


dari
masing-masing aset, yaitu:
Ilustrasi 3: Perolehan Aset Tetap Secara Gabungan
(lanjutan)
• Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembelian gabungan tersebut
adalah sebagai berikut:

Tanggal Nomor Bukti Kode Uraian Debit Kredit


Rekening

07-Sep- BAST 24/2013 1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat 700.000.000


15 Kerja/Jasa
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor 1.400.000.000

2.1.5.03.01 Utang Belanja Modal Tanah 700.000.000

2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung dan 1.400.000.000


Bangunan
Ilustrasi 3: Perolehan Aset Tetap Secara Gabungan
(lanjutan)
• Pada tanggal 15 September 2015, diterbitkan SP2D LS untuk pembayaran
pembelian gedung dan tanah tersebut. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
terbitnya SP2D LS ini adalah sebagai berikut:

Ta ngga l Nomor Bukti Kode Rekeni ng Ura i a n Debi t Kredi t

15-Sep-15 2.1.5.03.01 Uta ng Bel a nj a Moda l Ta na h 700.000.000


SP2D LS 57/2015

2.1.5.03.03 Uta ng Bel a nj a Moda l Gedung da n Ba nguna n 1.400.000.000


3.1.3.01.01 RK PPKD 2.100.000.000
(Jurna l LO/Nera ca untuk menca ta t pel una s a n huta ng)
5.2.1.11.04 Bel a nj a moda l Penga da a n Ta na h Untuk Ba nguna n 700.000.000
Tempa t Kerj a /Ja s a
5.2.3.01.01 Bel a nj a moda l Penga da a n Ba nguna n Gedung 1.400.000.000
Ka ntor
3.1.2.05.01 Peruba ha n SAL 2.100.000.000
(Jurna l LRA untuk menca ta t rea l i s a s i a ngga ra n)
Ilustrasi 3: Perolehan Aset Tetap dengan
Pertukaran Aset
Pada tanggal 4 Maret 2015 Pemda menukarkan
milik gedung kantor
Pemdes. Gedungdengan tanah harga
tersebut perolehannya adalah
Rp1.000.000.000,00 dengan akumulasi depresiasi Rp600.000.000,00. Nilai
wajar gedung yang diserahkan Rp500.000.000. Nilai tanah milik Pemdes
adalah Rp500.000.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:

Tanggal Nomor Bukti Kode Uraian Debit Kredit


Rekening

04-Mar- 1.3.1.11.05 Tanah 500.000.000,00


15
1.3.7.02.01 Akumulasi Depresiasi 600.000.000,00

1.3.3.01.01 Gedung Kantor 1.000.000.000,00

8.4.1.01.03 Surplus Penjualan Aset gedung 100.000.000,00


dan Bangunan
Ilustrasi 4: Perolehan Aset Tetap dengan
Hibah

• Pada tanggal 16 September 2015 perusahaan non pemerintah


memberikan bangunan gedung yang dimilikinya dengan nilai wajar
Rp60.000.000,00, untuk digunakan oleh Pemda tanpa persyaratan apapun.
Jurnal yang dilakukan oleh fungsi akuntansi di PPKD untuk mencatat
transaksi ini adalah sebagai berikut:

Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit


Bukti Rekening

16-Sep-15 BAST
1.3.3.02.01 Gedung 60.000.000,00

Pendapatan Hibah Dari Lembaga


8.3.1.03.01 60.000.000,00
Swasta
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN

• Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang


memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi
manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan.
• Istilah yang lebih populer untuk menyebut penambahan nilai aset
tersebut
• adalah kapitalisasi.
Penerapan
berupa kapitalisasi
kriteria ditetapkan
dan/atau suatu dalam
batasankebijakan
jumlah akuntansi suatu
biaya (capitalization
entitas
thresholds) tertentu untuk dapat digunakan dalam penentuan apakah
suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.
Ilustrasi Kapitalisasi Aset Tetap
• Pada tanggal 27 Oktober 2015, Dinas Pendidikan Kota Berkah melakukan renovasi pada
gedung kantor sehingga masa manfaat gedung tersebut bertambah dari 10 tahun menjadi 15
tahun. Kegiatan renovasi tersebut menghabiskan biaya Rp50.000.000,00 dengan metode
pembayaran LS.
• Batasan kapitalisasi dalam kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Berkah adalah sebesar 10%
dari nilai perolehan Gedung, sedangkan nilai historis gedung yang tercatat di neraca adalah
sebesar Rp300.000.000,00. Dengan demikian, kegiatan renovasi tersebut memenuhi
persyaratan untuk dikapitalisasi. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai
berikut:

Tanggal Nomor Bukti Kode Uraian Debit Kredit


Rekening
27-Okt-15 SP2D LS69/2013 1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor 50.000.000
3.1.3.01.01 RK PPKD 50.000.000

5.2.3.01.01 Belanja modal Pengadaan Bangunan 50.000.000


Gedung Kantor

0.0.0.00.00 Perubahan SAL 50.000.000


PENGHENTIAN DAN PELEPASAN
AKTIVA TETAP
• Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca
ketika
aset dilepaskan
secara atau
permanen bila penggunaannya dan tidak
dihentikan ada lagi
manfaat ekonomi masa yang akan datang.
• Penghentian dan pelepasan aset dapat disebabkan karena
pemusnahan, pemindahtanganan, maupun sebab lain seperti
terbakar, dicuri, dan sebagainya.
• Pencatatan transaksi penghentian dan pelepasan aset tetap
dilakukan ketika telah terbit Surat Keputusan Kepala Daerah tentang
Penghapusan Barang Milik Daerah.
Ilustrasi Penghentian Aset Tetap

• Pada tanggal 30 Desember 2015, berdasarkan SK Penghapusan Barang Milik


Daerah, Pemda menghapus satu buah sepeda motor karena rusak parah. Sepeda
motor tersebut dibeli pada tanggal 5 Januari 2010 dengan harga Rp15.000.000,00.
Akumulasi Penyusutan hingga tanggal 30 Desember 2015 tercatat sebesar
Rp12.000.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi penghentian aset tetap ini
adalah sebagai berikut:

Tanggal Nomor Kode Uraian Debit Kredit


Bukti Rekening

30-Des- SK Bup 1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Agktn Darat 12.000.000


15 12/2015 Bermotor
9.3.1.xx.xx Defisit Penghentian Aset Peralatan dan 3.000.000
Mesin - LO
1.3.2.04.05 Kendaraan Bermotor Beroda Dua 15.000.000
Penghentian dan Pelepasan Aset: Pemusnahan

• Mencatat perubahan kondisi aset tetap ke kondisi rusak (dicatat oleh SKPD)
Dr. Aset Lainnya xxx
Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xxx
Cr. Aset Tetap xx

Mencatat penyerahan aset lainnya ke PPKD (dicatat di SKPD)


Dr. RK PPKD xxx
Cr. Aset Lainnya xxx

Mencatat penerimaan aset lainnya dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


Dr. Aset Lainnya xxx
Cr. RK SKPD xxx

Mencatat penghapusan aset lainnya (dicatat oleh PPKD)


Dr. Defisit Penghentian Aset Lainnya xxx
Cr. Aset Lainnya xxx
Penghentian dan Pelepasan Aset:
Pemindahtanganan
• Mencatat penyerahan aset tetap (dicatat oleh SKPD)
Dr. RK PPKD xxx
Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xxx
Cr. Aset Tetap xx

Mencatat penerimaan aset tetap dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


Aset Tetap
Cr. RK SKPD
Akumulasi Depresiasi Aset Tetap
(berdasarkan BA ST)

Dr. Aset Lainnya xxx


Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset Tetap xxx
(berdasarkan SK Penetapan KDH)

Mencatat pemindahtangan ke pihak lain (misalnya untuk investasi) (dicatat oleh PPKD)
Dr. Investasi Jangka Panjang xxx
Cr. Aset Lainnya xxx
(berdasarkan perda investasi , SK KDH Penghapusan Barang, dan BAST)
Penghentian dan Pelepasan Aset:
Hilang
• Mencatat penyerahan aset tetap (dicatat oleh SKPD)
Dr. RK PPKD xxx
Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xxx
Cr. Aset Tetap xx

Mencatat penerimaan aset tetap dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


Aset Tetap
Cr. RK SKPD
Akumulasi Depresiasi Aset Tetap
(berdasarkan BA ST)

Dr. Aset Lainnya xxx


Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset Tetap xxx
(berdasarkan SK Penetapan KDH)

Mencatat pemindahtangan ke pihak lain (misalnya untuk investasi) (dicatat oleh PPKD)
Dr. Investasi Jangka Panjang xxx
Cr. Aset Lainnya xxx
(berdasarkan perda investasi , SK KDH Penghapusan Barang, dan BAST)
PROSEDUR AKUNTANSI ASET TETAP DI SKPD
PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD
No. Tra ns a ks
Ura i a Debi t Kredi t Ura i a Debi t Kredi t
i
As et Teta p ………. n xxx n
Uta ng Bel a nj a Moda l xxx Tidak ada jurnal

Perol eha n As et Teta


1 Uta ng Bel a nj a Moda l xxx RK SKPD xxx
p denga n meka ni s
me LS RK PPKD xxx Ka s di Ka s da era h xxx
Bel a nj a Moda l …….. xxx
Peruba ha n SAL xxx
As et Teta p ………. xxx
Perol eha n As et Teta Ka s di Bend Pengel ua ra n xxx
2 p denga n meka ni s Tidak ada jurnal
me UP/GU/TU Bel a nj a Moda l …….. xxx
Peruba ha n SAL xxx
As et Teta p ………. xxx
Ka pi ta s i l a s i Pengel ua Ka s di Bend Pengel ua ra n xxx
3 ra n s etel a h Perol eha n Tidak ada jurnal
Bel a nj a Moda l …….. xxx
Peruba ha n SAL xxx
Akumul a s i Penyus uta n xxx
Pel epa s a n As et
4 Defi s i t Penj ua l a n As et NonLa nca r xxx Tidak ada jurnal
Teta p denga n Pemus
na ha n As et Teta p ………. xxx
Penyera ha n As et Teta p ke Akumul a s i Penyus uta n xxx As et La i nnya xxx
5 PPKD (untuk RK PPKD xxx RK SKPD xxx
di j ua l /di ma nfa a tka n) As et Teta p ………. xxx
Ka s di Ka s Da era h xxx
As et La i nnya xxx
Tidak ada jurnal Surpl us Penj ua l a n As et NonLa nca r xxx
Peruba ha n SAL xxx
As et Teta p ya ng di ha pus Ha s i l Penj ul a n As et Da era h yg Tdk Di pi s a xxx
6 (di henti ka n pengguna a nnya hka n atau
) Ka s di Ka s Da era h xxx
tel a h terj ua l Defi s i t Penj ua l a n As et NonLa nca r xxx
Tidak ada jurnal As et La i nnya xxx
Peruba ha n SAL xxx
Ha s i l Penj ul a n As et Da era h yg Tdk Di pi s a xxx
As et La i nnya ………. xxx hka n
Rekl a s i fi ka s i As et Teta p
7 Akumul a s i Penyus uta n xxx Tidak ada jurnal
ke pos As et La i nnya
As et Teta p ………. xxx
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
(KDP)
• Konstruksi dalam pengerjaan adalah
aset-aset tetap yang sedang dalam
• proses
Suatu pembangunan.
aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam
Pengerjaan jika:

1. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan


dating berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
2. biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
3. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
PENGAKUAN KDP

Suatu aset berwujud harus diakui sebagai


Konstruksi Dalam Pengerjaan jika:

1. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang


akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
2. biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan

3. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.


PENGUKURAN KDP-SWAKELOLA
Apabila KDP dikerjakan secara swakelola, maka nilainya
adalah:dengan kegiatan
1. biaya yang berhubungan langsung
konstruksi;
2. biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi
tersebut; dan
3. biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan
konstruksi yang bersangkutan.
PENGUKURAN KDP – DIKERJAKAN
OLEH KONTRAKTOR
Nilai konstruksi meliputi:
1. termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor
sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan,
2. kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor
berhubung dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi
belum dibayar pada tanggal pelaporan,
3. pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga
sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
Ilustrasi 1
• Pada tahun 2015 SKPD ABC membangun pasar yang direncanakan selesai
dalam satu tahun 2015. Nilai kontrak bangunan pasaradalah
Rp5.000.000.000,00. Pada Bulan September terjadi bencana alam yang
mengakibatkan pembangunan terhenti untuk beberapa saat. Akibatnya
pembangunan gedung pasar tidak dapat selesai pada akhir tahun 2015.
Pada tanggal 24 Desember 2015 dilakukan pemeriksaan fisik kemajuan
pekerjaan. Panitia Pemeriksa Barang menyatakan bahwa fisik pekerjaan
telah selesai 80% dalam Berita Acara Pemeriksaan tertanggal 24
Desember 2015. Pada tanggal 27 Desember 2015 PPKD membayar
kontraktor secara LS sebesar Rp4.000.000.000,00.
• Jurnal yang dibuat oleh SKPD ABC untuk mengakui konstruksi
dalam
pengerjaan dan realisasi anggaran pada tahun 2015 adalah sebagai
berikut:
Ilustrasi 1: (lanjutan)
Tanggal Bukti Kode Uraian Debit Kredit
Rekening
24-Des-15 BA PFB 1.3.6.xx.xx Konstruksi Dalam Pengerjaan 400.000.000

2.1.3.02.01 Hutang Belanja Barang dan Jasa 400.000.000

(Jurnal LO atau Neraca)

27-Des-15 SP2D LS 5.2.3.01.xx Belanja Modal - Gedung dan 4.000.000.000


Bangunan
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 4.000.000.000

(Jurnal LRA)

2.1.5.02.01 Hutang Belanja Barang dan Jasa 4.000.000.000

3.1.3.01.01 RK PPKD 4.000.000.000

(Jurnal LRA)
Ilustrasi 2:
• SKPD ABC membangun stadion dengan dua tahapan yang terpisah
untuk 2015 dan 2016. Pada tanggal 10 November 2015 dilakukan
tahun
pembayaran oleh PPKD atas pembangunan tahap pertama gedung stadion
dengan senilai Rp5.000.000.000,00 ke Kontraktor A yang ditandai dengan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa
Hasil Pekerjaan. Pembangunan tahap kedua dilakukan pada tahun 2016
oleh Kontraktor B. Pada tanggal 1 Desember tahun 2016 dilakukan serah
terima gedung stadion tersebut dari Kontraktor B dan diikuti dengan
pelunasan sebesar Rp10.000.000.000,00 melalui mekanisme LS pada
tanggal 20 Desember 2016. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah
sebagai berikut.
Ilustrasi 2 (lanjutan)
• Jurnal untuk mengakui konstruksi dalam pengerjaan pada tahun 2015 di SKPD
ABC.
Tanggal Uraian Referensi Debit Kredit
10/11/ 2015 Belanja Modal-Gedung dan Bangunan BASTP Rp5.000.000.000
Perubahan SAL Rp5.000.000.000
10/11/2015 Konstruksi dalam Pengerjaan Rp5.000.000.000
RK PPKD Rp5.000.000.000

• Jurnal di SKPD ABC untuk mengakui konstruksi dalam pengerjaan dan


pembayaran kepada kontraktor pada tahun 2016:
Tanggal Uraian Referensi Debit Kredit
1/12/2016 Konstruksi dalam Pengerjaan BASTP Rp10.000.000.000
Hutang Rp10.000.000.000
Gedung dan Bangunan Rp15.000.000.000
Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp15.000.000.000
20/12/2016 Hutang SP2D LS Rp10.000.000.000
RK PPKD Rp10.000.000.000
Ilustrasi 3:
• SKPD ABC membangun stadion secara multiyears selama dua tahun
(2015 dan 2016) dengan total anggaran Rp5.000.000.000,00
(Rp2.000.000.000,00 untuk tahun pertama, dan R3.000.000.000,00
untuk tahun kedua). Pekerjaan ini dilakukan oleh satu
menyelesaikan
kontraktor. 50% pekerjaan fisik stadion. Tanggal 23 Desember
2015, kontraktor menagih ke SKPD ABC setelah Panitia Pemeriksa
Barang menyatakan bahwa fisik pekerjaan telah selesai 50% dalam
Berita Acara Pemeriksaan tertanggal 22 Desember 2015. Pada
tanggal 27 Desember 2015 PPKD membayar kontraktor secara LS
• sebesar Rp2.000.000.000,00.
1 tahun 2016 dilakukan serah terima
gedung stadion tersebut dari kontraktor dan diikuti dengan
pelunasan sebesar Rp3.000.000.000,00 melalui mekanisme LS pada
tanggal 20 Desember 2016. Jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah sebagai berikut.
Ilustrasi 3 (lanjutan):
• Jurnal di SKPD ABC untuk mengakui konstruksi dalam pengerjaan pada
tahun 2015.

Tanggal Uraian Referensi Debit Kredit


22/12/ 2015 Konstruksi dalam Pengerjaan BA PB Rp2.500.000.000
Hutang
Rp2.500.000.000

• Jurnal untuk mengakui belanja modal dan pembayaran


hutang kepada kontraktor pada tahun 2015.
Tanggal Uraian Referensi Debit Kredit
26/12/2015 Hutang SP2D LS Rp2.000.000.000
RK PPKD Rp2.000.000.000
Belanja Modal SP2D LS Rp2.000.000.000
Perubahan SAL Rp2.000.000.000
Ilustrasi 3 (lanjutan):
• Jurnal untuk mengakui konstruksi dalam pengerjaan
dan pembayaran kepada kontraktor pada tahun 2016:

Tanggal Uraian Referensi Debit Kredit


1/12/2016 Konstruksi dalam Pengerjaan BASTP Rp2.500.000.000
Hutang Rp2.500.000.000
Gedung dan Bangunan Rp5.000.000.000
Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp5.000.000.000
20/12/2016 Hutang SP2D LS Rp3.000.000.000
RK PPKD Rp3.000.000.000
Ilustrasi Pengungkapan Aset Tetap di CaLK SKPD

ASET TETAP
Aset tetap di Dinas Pekerjaan Umum sejumlah Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) terdiri dari:
2014 2015
1. Peralatan dan Mesin Rp. 300.000.000,00 Rp. 350.000.000,00
2. Kontruksi dalam Pengerjaan Rp. 100.000.000,00 Rp. 150.000.000,00

Peralatan dan Mesin sejumlah Rp.350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) dinilai berdasar
harga perolehan, dapat dirinci sebagai berikut:
2014 Bertambah Berkurang 2015
Dalam
ribuan
1. Alat Angkutan Rp. 250.000,00 Rp. 100.000,00
Rp. 50.000,00 Rp.300.000,00
2. Alat Kantor Rp. 50.000,00 Rp. 75.000,00
Rp. 125.000,00

Alat angkutan bertambah Rp100.000.000,00 disebabkan adanya penambahan 1 unit mobil dinas.
Alat angkutan berkurang Rp50.000.000,00 disebabkan adanya penghapusan aset berupa 1 unit
kendaraan dinas.

Alat kantor bertambah Rp75.000.000,00 disebabkan adanya pembelian peralatan kantor yang terdiri
dari 1 unit PC dan 3 unit laptop.
Ilustrasi Pengungkapan Aktiva Tetap di CaLK
SKPD (Lanjutan)
Kontruksi dalam Pengerjaan sejumlah Rp150.000.000,- (seratus lima puluh juta
rupiah) dinilai berdasar harga perolehan, dapat dirinci sebagai berikut:

2014 Bertambah Berkurang 2015


Dalam ribuan

Kontruksi dalam Rp. 100.000,00 Rp. 50.000,00


Rp.150.000,00
Pengerjaan

Kontruksi dalam Pengerjaan merupakan pembangunan gedung olahraga yang belum selesai. Nilai kontrak
pembangunan gedung olahraga sebesar Rp300.000.000,00 dengan jangka waktu pelaksanaan selama 3 tahun
yang dibiayai dari APBD tahun 2014 - 2017. Uang muka/biaya yang telah dikeluarkan adalah sebesar
Rp150.000.000,00 dengan tingkat penyelesaian sebesar 50%.
Ilustrasi Pengungkapan Aktiva Tetap di CaLK Pemda
ASET TETAP
Aset tetap sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) terdiri dari:
2014 2015
1. Tanah Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000,-
2. Peralatan dan Mesin Rp. 100.000.000,- Rp. 150.000.000,-
3. Gedung dan Bangunan Rp. 200.000.000,- Rp. 200.000.000,-
4. Jalan, Irigasi dan jaringan Rp. 200.000.000,- Rp. 200.000.000,-
5. Aset Tetap Lainnya Rp. 0,- Rp. 100.000.000,-
6. Kontruksi dalam Pengerjaan Rp. 100.000.000,- Rp. 150.000.000,-

Tanah senilai Rp200.000.000,00 merupakan tanah yang dimiliki pemerintah daerah, yang terdiri dari:

No SKPD Jumlah
1. Dinas Pendidikan Rp. 50.000.000,-
2. Sekretariat Daerah Rp. 150.000.000,-
3. …………………………………….
Penilaian tanah berdasarkan harga perolehan. Status kepemilikan adalah Hak Milik.

Peralatan dan Mesin senilai Rp150.000.000,00 merupakan peralatan dan mesin yang dimiliki pemerintah daerah,
yang terdiri dari:

No SKPD Jumlah
1. Dinas Pendidikan Rp. 20.000.000,-
2. Dinas Kesehatan Rp. 30.000.000,-
3. ……………………………………..
Penilaian Peralatan dan Mesin berdasarkan harga perolehan.
(3.11)

AKUNTANSI
PENYUSUTAN
ASET TETAP
DEFINISI PENYUSUTAN ASET TETAP
• Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan.
• Penyusutan merupakan penyesuaian nilai yang terus menerus sehubungan
dengan penurunan kapasitas suatu aset, baik penurunan kualitas,
kuantitas, maupun nilai. Penurunan kapasitas terjadi karena aset
digunakan dalam operasional suatu entitas.
• Penyusutan dilakukan dengan mengalokasikan perolehan suatu aset
biaya beban penyusutan secara periodik sepanjang masa manfaat aset.
menjadi
• Tanah dan Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan dua jenis aset
tetap yang tidak disusutkan.
METODE PENYUSUTAN

• Terdapat tiga jenis metode penyusutan yang


dapat dipergunakan menurut PP No.71/2010,
yaitu Garis Lurus (Straight Line Method), Saldo
Menurun Ganda (Double Declining Balance
Method), Unit Produksi (Unit of Production
Method).
Metode Garis Lurus
• Depresiasi per tahun dihitung dengan formula sebagai
berikut:
Depresiasi = (Harga Perolehan – Estimasi Nilai Sisa)/Estimasi Masa
Manfaat
• Ilustrasi:
Harga
sebuah
printer
adalah
Rp5.000
.000,00.
Diestim
asikan
bahwa
printer
Saldo Menurun Ganda
• Metode ini menghitung penurunan nilai aset dengan
formula:
Depresiasi = (Harga Perolehan – Estimasi Nilai
Melanjutkan ilustrasi dari slide sebelumnya, maka besaran depresiasi
• Sisa) x 2 /Estimasi Masa Manfaat
adalah sebagai berikut:

PENYUSUTAN DENGAN METODE MENURUN BERGANDA

Tahun Persentase Akumulasi


ke- Penyusutan Penyusutan Penyusutan Nilai Buku

0 0 0 5.000.000

1 66,67% 3.333.333 3.333.333 1.666.667

2 66,67% 1.111.111 4.444.444 555.556

3 66,67% 55.556 4.500.000 500.000


Metode Unit Produksi
• Metode unit produksi menghasilkan perhitungan alokasi jumlah beban penyusutan
periodik yang berbeda-beda tergantung jumlah penggunaan aset tetap dalam
produksi. Metode ini menghitung penurunan nilai aset dengan rumus:
Depresiasi = ((Harga Perolehan – Estimasi Nilai Sisa)/Estimasi
Total Unit Produksi)) x Produksi Tahun Berjalan
• Dengan menggunakan ilustrasi yang sama dengan sebelumnya dengan tambahan
informasi bahwa tahun ke-1 mencetak 50.000 lembar, tahun ke-2 30.000 lembar,
dan tahun ke-3 20.000 lembar, maka depresiasi tahun pertama adalah:

Rp5.000.000,00 -
Beban = X 50.000 = Rp4.750.000
Rp500.000,00
penyusutan 100.000 lbr
lembar
PENJURNALAN

• Depresiasi dicatat dengan jurnal


sebagai
berikut: Beban Penyusutan …… Xxx

Akumulasi Penyusutan xxx


Amortisasi
• Amortisasi adalah alokasi yang sistematis
atas suatu aset tetap tidak berwujud yang
nilai
dapat disusutkan selama masa manfaat aset
yang bersangkutan.
• Nilai amortisasi untuk masing-masing periode
diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset
tetap tidak berwujud dalam neraca dan beban
amortisasi dalam laporan operasional.
Ilustrasi Amortisasi
• Dinas Pertanian ABC memiliki hak paten atas pupuk organik
yang dikembangkannya. Nilai perolehan hak paten tersebut
adalah Rp40.000.000,00 untuk masa 40 tahun. Beban
amortisasi ditentukan menggunakan metode garis lurus. Maka
jurnal yang dibuat setiap akhir periode adalah:

Beban Amortisasi…… Rp1.000.000

Amortisasi ………… 1.000.000


(3.12)

AKUNTANSIASET LAINNYA
DEFINISI DAN KLASIFIKASI - 1

 Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah


yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar,
investasi jangka panjang, aset tetap dan dana
cadangan (Buletin Teknis SAP 02 tentang
Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah).
DEFINISI DAN KLASIFIKASI - 2
 Dalam Bagan Akun Standar, aset lainnya diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tagihan Jangka Panjang Tagihan Penjualan Angsuran

Tuntutan Ganti Kerugian Daerah


Kemitraan dengan Pihak Sewa
Ketiga

Kerjasama Pemanfaatan
Bangun Guna Serah
Bangun Serah Guna
Aset Tidak Berwujud Goodwill

Lisensi dan Frenchise


Hak Cipta
PENGAKUAN - 1

Tagihan Jangka Tagihan Penjualan Saat Dijual kepada Pegawai secara


Panjang Angsuran Angsuran:
1. Penjualan Kendaraan Perorangan
Dinas Kepada Kepala Daerah
2. Penjualan Rumah Golongan
III

Tuntutan Ganti Kerugian SKP2K (Surat Keputusan Pembebanan


Daerah Penggantian Kerugian)

Kemitraan Sewa Kontrak/Perjanjian - Sewa


dengan Pihak
PENGAKUAN - 2
Aset Tidak Bultek SAP 11 ttg Aset Tidak Berwujud/ATB adalah aset non-moneter yang tidak
Berwujud mempunyai wujud fisik, yang sering dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas
dalam menjalankan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan serta sebagian
diperoleh dari proses pengadaan dari luar entitas.

Lisensi dan Frenchise Surat/Ijin dari pemegang Haki kepada Pihak


Lain
Hak Cipta Haki terbit
Paten Haki terbit
Aset Tidak Berwujud Lainnya -

Aset Lain-lain Aset Lain-Lain (misalnya barang Restricted Cash


PENGAKUAN - 3

 Sesuatu diakui sebagai Aset Tidak Berwujud jika dan


hanya jika:
1. Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi
di masa datang yang diharapkan atau jasa potensial
yang diakibatkan dari ATB tersebut akan mengalir
kepada entitas atau dinikmati oleh entitas; dan

2. Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur


dengan andal.
PENGUKURAN -1
1 Tagihan Jangka Panjang

1.1 Tagihan Penjualan Angsuran Nilai Nominal

1.2 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Nilai Nominal


Daerah

2 Kemitraan dengan Pihak Ketiga

2.1 Sewa Nilai Nominal

2.2 Kerjasama Pemanfaatan (KSP) Nilai Bersih atau Nilai Wajar saat
Perjanjian, dipilih yang paling objektif

2.3 Bangun Guna Serah – BGS (Build, Nilai Buku Aset Tetap yang Diserahkan
Operate, Transfer – BOT) dicatat
PENGUKURAN - 2

3 Aset Tidak Harga Perolehan: Harga beli, termasuk biaya


Berwujud import dan pajak-pajak, setelah dikurangi
dengan potongan harga dan rabat;
Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
PENGUNGKAPAN

Pengungkapan aset lainnya dalam catatan atas


laporan keuangan, sekurang-kurangnya harus
diungkapkan hal-hal sbb:
 Besaran dan rincian aset lainnya
 Kebijakan amortisasi atas Aset Tidak
Berwujud
 Kebijakan pelaksanaan kemitraan dengan
pihak ketiga(sewa, KSP, BOT dan BTO)
 Informasi lainnya yang penting.
AKUNTANSI ASET LAINNYA
TAGIHAN PENJUALAN ANGSURAN - 1

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit

1 Tagihan Penjualan
Angsuran
Saat Tagihan Angsuran Penjualan… xxx
Penjual
an Aset
Tetap Tidak Ada Surplus Penjualan Aset Gedung dan Bangunan-LO xxx
Surplus Jurnal
Aset Tetap – Peralatan dan Mesin xxx

Defisit Tagihan Angsuran Penjualan xxx


Tidak Ada Defisit Penjualan Aset Non Lancar xxx
Jurnal
Aset Lain-lain… xxx
TAGIHAN PENJUALAN ANGSURAN - 2

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit

1 Jika penguasaan Aset Tetap Fungsi Akuntansi PPKD:


yang dijual berada dibawah Aset Tetap – Peralatan dan Mesin xxx
penguasaan SKPD maka
harus dilakukan pencatatan RK SKPD xxx
atas pengembalian pengua-
saan aset tetap dr SKPD ke PPK-SKPD:
PPKD. RK PPKD xxx xxx
AT– Peralatan xxx xxx
dan Mesin
TAGIHAN PENJUALAN ANGSURAN - 3

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit

1 Saat Piutang Jatuh Tempo Bagian Lancar Tagihan Angsuran Penjualan… – xxx
Tidak Ada
Saat Pembayaran
Jurnal
Angsuran Tagihan Angsuran Penjualan xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Bagian Lancar Tagihan Angsuran Penjualan…- xxx

Tidak Ada
Perubahan SAL xxx
Jurnal
Pendapatan Angsuran/Cicilan Penjualan…-LRA xxx
TAGIHAN TUNTUTAN KERUGIAN DAERAH - 1

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit

2 Tagihan Tuntutan
Kerugian Daerah Tuntutan Ganti Kerugian Daerah… xxx
Saat Pengakuan TGR
Tidak Ada Pendapatan Tuntutan Ganti xxx
Jurnal Kerugian Daerah...-LO
Saat Piutang Jatuh
Tempo / Klasifikasi
Bagian Lancar Tuntutan Ganti xxx
Kerugian Daerah…

Tidak Ada Tuntutan Ganti Kerugian Daerah… xxx


Jurnal
TAGIHAN TUNTUTAN KERUGIAN DAERAH - 2

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit
2 Tagihan Tuntutan Kas di Kas Daerah xxx
Kerugian Daerah Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian xxx
Saat Pembayaran Daerah…
Ganti Rugi Tidak Ada
Jurnal Perubahan SAL xxx
Pendapatan Tuntutan Ganti Kerugian xxx
Daerah…- LRA
KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA - 1

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit
3 Kemitraan dengan Pihak Kemitraan dengan Pihak Ketiga… xxx
Ketiga Tidak Ada
Saat Kemitraan Jurnal Aset Tetap / Aset Lain-lain xxx
Ditandatangani

Kas di Kas Daerah xxx


Saat Hasil Kemitraan Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan xxx
Diterima Daerah…- LO

Tidak Ada
Jurnal Perubahan SAL xxx
Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan xxx
Daerah… - LRA
KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA - 2

PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH PPKD


No Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit
3 Kemitraan dengan Pihak Tidak Ada Aset Tetap xxx
Ketiga Jurnal Kemitraan dengan Pihak Ketiga… xxx
Saat Kemitraan Berakhir

Saat Aset Dikembalikan xxx RK SKPD xxx


Aset Tetap
ke SKPD
xxx Aset Tetap xxx

RK PPKD
(3.13)

AKUNTANSI
KEWAJIBAN
DEFINISI - 1

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 PSAP


09 :

 Kewajiban adalah utang timbul dari peristiwa


masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah
JURNAL STANDAR - LO
Tgl.
No. Bukti Kode
Uraian Debit Kredit
Rek.
1 xxx xxx Beban/Aset.................. xxx

Utang...................... xxx

(pengadaan/pembelian .......... secara kredit)

2 xxx xxx Kas di Kas Daerah

Utang......................

(Penerimaan Pinjaman – Tunai)


JURNAL STANDAR - LRA

Kode
Rek.
Tgl. Uraian Debit Kredit
No. Bukti

1 xxx xxx Tidak Ada Jurnal

2 xxx xxx Perubahan SAL xxx

Pen. Pemby – Pinjaman.. xxx

(Penerimaan Pinjaman – Tunai)


KLASIFIKASI - 1
PP 71/2010 PSAP NO. 9

 Kewajiban diklasifikasi kedalam Kewajiban Jangka


Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang

 Kewajiban Jangka Pendek merupakan kewajiban


yang diharapkan dibayar dalam waktu paling lama 12
bulan

 Kewajiban Jangka Panjang merupakan semua


kewajiban yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan
KLASIFIKASI - 2
PP Nomor 30 Tahun 2011, Klasifikasi Kewajiban :

 Pinjaman Jangka Pendek merupakan pinjaman


daerah dalam jangka waktu paling lama satu tahun
anggaran. dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain
seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran
yangberkenan
 Pinjaman Jangka Menengah merupakan pinjaman
daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain
harus dilunasi dalam kurung waktu tidak melebihi sisa
masa jabatan Kepala Daerah yangbersangkutan
KLASIFIKASI - 3

 Pinjaman Jangka Panjang merupakan pinjaman


daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain
harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya
sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman
yangbersangkutan
KLASIFIKASI - 4
Permendagri 64/2013, Bagan Akun Standar KODE AKUN 2, kewajiban diklasifikasikan
sebagai berikut:
Uraian Kewajiban Kewenangan
Kewajiban Jangka
Pendek Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) SKPD
Utang Bunga SKPD
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang SKPD
Pendapatan Diterima Dimuka SKPD
Utang Belanja SKPD
Utang Jangka Pendek Lainnya SKPD
Kewajiban Jangka
Panjang Utang Dalam Negeri PPKD
Utang Jangka Panjang Lainnya PPKD
PENGAKUAN - 1

PP 71/2010 PSAP 09, Kewajiban diakui pada saat:

 Dana pinjaman diterima oleh pemerintah daerah;


 Dana dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan
kesepakatan, dan/atau
 Pada saat kewajiban timbul
PENGAKUAN - 2

Berdasarkan sifat kejadiannya, pengakuan kewajiban terjadi


disebabkan adanya transaksi:

 Dengan Pertukaran
 Tanpa Pertukaran
 Kejadian Yang Berkaitan Dengan Pemerintah
 Kejadian Yang Diakui Pemerintah
PENGAKUAN - 3
 Transaksi Dengan Pertukaran
Kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa
sebagai ganti untuk memberikan uang atau sumber daya lain
dimasa depan
 Transaksi Tanpa Pertukaran
Kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar
pada tanggal pelaporan
 Kejadian Yang Berkaitan Dengan Pemerintah
Kewajiban yang timbul di luar kendali pemerintah. Diakui sama
dengan transaksi dengan pertukaran
 Kejadian Yang Diakui Pemerintah
Kewajiban diakui berdasarkan kejadian-kejadian yang tidak
didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai
konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena pemerintah
memutuskan untuk merespon kejadian tersbut
PENGUKURAN
 Kewajiban diukur dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

 Apabila kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing,


maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal necara
AKUNTANSI KEWAJIBAN DI SKPD

Utang Kepada Pihak Ketiga


Dicatat ketika pemerintah daerah menerima hak atas barang
atau jasa, maka pada saat itu pemerintah daerah mengakui
kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk
memperoleh barang atau jasa tersebut

ILUSTRASI - 1
Pada tanggal 1 Juli 2015, SKPD N menerima Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan atas kegiatan Pembangunan Gedung
Kantor dengan bobot tingkat kemajuan 35%. Hasil
pemeriksaan fisik dinilai sebesar Rp 350.000.000. Pada
tanggal 11 Juli 2015 dilakukan pembayaran deng1 n
mekanisme LS dengan menerbitkan SP2D-LS. a4
JURNAL - LO DAN NERACA
Nomor Kode Rekening
Tanggal Bukti Uraian Debit Kredit

1-07-15 5/BA/VII/15 1.3.6.01.02 Aset Tetap Lainnya – Konstruksi Dalam 350.000.000


Pengerjaan Bangunan Gedung Kantor

2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung 350.000.000

JURNAL - LO DAN NERACA

Kode
Tanggal Nomor Bukti Rekening Uraian Debit Kredit

11-07-15 SP2D - LS 2.1.5.03.03 Utang Belanja Modal Gedung 350.000.000

3.1.3.01.01 RK PPKD 350.000.000

JURNAL - LRA
Kode
Tanggal Nomor Bukti Rekening Uraian Debit Kredit

11-07-15 SP2D - LS 5.2.3.01.01 Belanja Modal - Pengadaan 350.000.000


Bangunan Gedung Kantor
0.0.0.0.0 Perubahan SAL 350.01050.00
0
ILUSTRASI - 2
Pada tanggal 9 April 2015, PPTK kegiatan SKPD N melakukan pemesanan ATK dengan
menggunakan nota pesanan untuk pengadaan ATK untuk digunakan segera. Pada tanggal 11 April
2015 diterima barang dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima Barang senilai Rp 12.000.000.
Tanggal 16 April 2015 dilakukan pembayaran dengan menggunakan mekanisme UP/GU

JURNAL LO DAN NERACA


Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit Kredit
Rekening
11-Apr-15 9/BAST/IV/2015 9.1.2.01.01 Beban ATK 12.000.000

2.1.5.02.09 Utang Belanja Bahan Pakai Habis 12.000.000

JURNAL LO DAN NERACA


Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit Kredit
Rekening
16-Apr-15 30/KK/IV/2015 2.1.5.02.09 Utang Belanja Bahan Pakai Habis 12.000.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 12.000.000

JURNAL - LRA
Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit Kredit
Rekening
16-Apr-15 30/KK/IV/2015 5.1.2.01.01 Belanja ATK 12.000.000
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 12.00016.000
ILUSTRASI - 3
Pada tanggal 19
April 2015, SKPD
N membeli 5
unit personal
komputer DANdari
JURNAL LO NERACA
Kode
vendor
Tanggalsenilai RpBukti
Nomor Uraian Debit Kredit
Rekening
25.000.000.
19-Apr-15 10/BA/IV/2015 1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin - Personal Komput 25.000.000
Pembayaran
2.1.5.03.02 Utang Belanja Modal Peralatan dan Mesin
dilakukan
Personal Komputer 25.000.000
dengan
mekanisme LS
JURNAL LO DAN NERACA
barang setelah
Kode
SP2D keluar,Nomor
Tanggal yaituBukti Rekening
Uraian Debit Kredit
pada tanggal 25
25-Apr-15 30/KK/IV/2015 2.1.5.03.02 Utang Belanja Peralatan dan Mesin 25.000.000
April 2015.
3.1.3.01.01 RK PPKD 25.000.000

JURNAL - LRA
Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit Kredit
Rekening
25-Apr-15 30/KK/IV/2015 5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan Personal Komp 25.000.000 17

0.0.0.00.00 Perubahan SAL 25.000.000


Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang PFK dicatat sebesar saldo pungutan/potongan yang
belum disetorkan kepada pihak lain di akhir periode

ILUSTRASI
Pada tanggal 15 Juli 2015, Bendahara Pengeluaran “SKPD A”
melakukan pemotongan pajak atas pembelian barang dan jasa
(UP/GU/TU) senilai Rp 4.000.000. Pada tanggal 16 Juli
2015, Bendahara Pengeluaran “SKPD A” melakukan
penyetoran pajak atas pembelian barang dan jasa
(UP/GU/TU) senilai Rp 4.000.000

18
JURNAL - LO DAN NERACA
Kode
Nomor
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

11507-15 1/BP/VII/15 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 4.000.000

2.1.1.07.01 Utang PFK 4.000.000

JURNAL - LO DAN NERACA

Kode
Nomor
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

16-07-15 1/SSP/VII/15 2.1.1.07.01 Utang PFK 4.000.000

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 4.000.000


19
Kewajiban Lancar Lainnya

ILUSTRASI 1 – PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA


Pada tanggal 1 September 2015, SKPD N menerima
pendapatan sewa lods pasar untuk 1 tahun sebesar Rp
36.000.000.

JURNAL - LO DAN NERACA


Kode
Nomor
Tanggal Rekening Uraian Debit Kredit
Bukti

1-09-15 7/BKM/IX/15 1.1.1.02.02 Kas di Bendahara Penerima 36.000.000

2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka- 36.000.000


Sewa

20
JURNAL - LRA
Kode
Tangga Nomor
Rekening Uraian Debit Kredit
l Bukti

01-09-15 7/BKM/IX/15 0.0.0.0.00 Perubahan SAL 36.000.000

4.1.2.16.02 Pendapatan Sewa -LRA 36.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2015, SKPD N melakukan penyesuaian atas


pendapatan yang diterima pada tanggal 1 september 2015.
JURNAL - LO DAN NERACA
Kode
Nomor Rekening
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti

31-12-15 BM 2.1.4.04.01 Pendapatan Diterima Dimuka-Sewa 12.000.000

8.1.2.16.02 Pendapatan Sewa – LO 12.00201.00


0
PENYAJIAN DI LAPORAN KEUANGAN
Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang pemerintah daerah disajikan di
sisi pasiwa bagian Kewajiban. Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah.
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dal am Rupi ah)
Uraian 20X1 20X0
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Utang Bunga xxx xxx
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank xxx xxx
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi Bagian Lancar Utang Jangka xxx xxx
Panjang Lainnya Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (57 s/d 65) xxx xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG xxx xxx
Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
xxx xxx
Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
xxx xxx
Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan bukan Bank
xxx xxx
Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 73) JUMLAH KEWAJIBAN xxx xxx
(66+74) 28
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
PENGUNGKAPAN
Dalam pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan
kewajiban, harus diungkapkan pula hal-hal sebagai berikut:
Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya;
Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku;
Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
1)Pengurangan pinjaman;
2)Modifikasi persyaratan utang;
3)Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
4)Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
5)Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
6)Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
Biaya pinjaman:
Perlakuan biaya pinjaman;
29
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan; dan
Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan
(3.14)

KONSOLIDASI
LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUAN
Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan
keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan
PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu
laporan keuangan entitas tunggal, dalam hal ini
adalah laporan keuangan pemda sebagai entitas
pelaporan. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun
oleh PPKD yang dalam hal ini bertindak mewakili
pemda sebagai konsolidator. Laporan konsolidasi ini
dibuat karena Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD) dibangun dengan arsitektur pusat dan cabang
(Home Office – Branch Office). PPKD bertindak sebagai
kantor pusat, sedangkan SKPD bertindak sebagai
kantor cabang.
PPKD
Laporan
(kantor Pusat sebagai
Keuangan
Konsolidator)
Konsolidasian

SKPD (sebagai PPKD


Kantor Cabang) (dalam fungsi sebagai
Entitas Akuntansi)
Dasar penyusunan laporan keuangan
konsolidasi adalah
menggabungkan/mengkonsolidasikan
laporan keuangan dari seluruh SKPD
dengan PPKD.

Proses penyusunan laporan keuangan


konsolidasi ini terdiri atas 2 tahap utama, yakni
tahap penyusunan kertas kerja (worksheet)
konsolidasi dan tahap penyusunan laporan
keuangan gabungan pemerintah daerah
sebagai entitas pelaporan.
LRA
Pemda

NS SKPD SAL
setelah Pemda
Penyesuai LO
an Pemda

NS PPKD LPE
setelah WORKSH Pemda
Penyesuai EET
an Neraca
KONSOL
IDASI
LAK
Jurnal Pemda
Eliminasi
CALK
Pemda
TAHAP PENYUSUNAN KERTAS KERJA
KONSOLIDASI
Kertas kerja konsolidasi adalah alat
bantu untu menyusun neraca saldo
gabungankSKPD dan PPKD. Kertas kerja
berguna untuk mempermudah proses
pembuatan laporan keuangan
gabungan.
Lap. Keu Lap. Keu Lap. Keu Lap. Keu Jurnal Lap. Keu
Kode Nama SKPD A SKPD B SKPD dst. PPKD Eliminasi Pemda
Akun Akun

D K D K D K D K D K D K
Aktivitas utama dari penyusunan
kertas kerja konsolidasi dibagi
kedalam 3 bagian yaitu:

1. Menyusun worksheet LRA yaitu


dengan cara menggabungkan
akun -akun pada kode 4, 5 6
dan 7 dari seluruh SKPD DAN
PPKD untuk mendapatkan LRA
GABUNGAN.
2. Menyusun worksheet LO yaitu dengan
cara menggabungkan akun -akun pada
kode 8 dan 9 dari seluru SKPD DAN
PPKD untuk h
mendapatkan LO
GABUNGAN.

3. Menyusun worksheet Neraca yaitu dengan


cara menggabungkan akun -akun pada
kode 1.2 dan 3 dari seluruh SKPD DAN
PPKD untuk mendapatkan NERACA
GABUNGAN.Namun khusus untuk
penggabungan Neraca lebih dulu harus
dibuat jurnal eliminasi, barulah
kemudian dibuat NERACA GABUNGAN.
Penyusunan LK Konsolidasi

• Menyusun Kertas Kerja (work sheet)


Penggabungan LRA
• Menyusun Kertas (work sheet)
Kerja
• Penggabungan LO (work sheet)
Menyusun Kertas
Kerja
Penggabungan Neraca
Kertas Kerja Konsolidasi LRA
Kode Akun LRA LRA LRA LRA Gabungan
SKPD 1 SKPD 2 PPKD
4 xxx xxx xxx xxx
5 xxx xxx xxx xxx
6 xxx xxx xxx xxx
Surplus/Defisit LRA
7 xxx xxx xxx xxx
Pembiayaan Netto xxx xxx xxx
SiLPA/ SiKPA xxx xxx xxx Xxx
Kertas Kerja Konsolidasi LO
Kode Akun LRO LO LO LO Gabungan
SKPD 1 SKPD 2 PPKD
8 xxx xxx xxx xxx
9 xxx xxx xxx xxx
Surplus/Defisit LO xxx xxx xxx
Kertas Kerja Konsolidasi Neraca
Kode Akun Neraca Neraca Neraca Eliminasi Neraca Gabungan
SKPD 1 SKPD 2 PPKD
D K

1 xxx xxx xxx xxx


2 xxx xxx xxx xxx
3 xxx xxx xxx xxx

Jurnal Eliminasi:
Dr. RK PPKD
Cr. RK SKPD
JURNAL ELIMINASI

Uraian Debit Kredit

RK-PPKD xxx

RK-SKPD xxx
JURNAL PENUTUPAN
Jurnal penutupan sudah dilakukan di entitas
SKPD dan PPKD ketika menyusun laporan
keuangan masing-masing. Sehingga pada
saat menggabungkan/mengkonsolidasikan
tidak perlu lagi membuat jurnal penutup.
TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Terdapat Laporan Keuangan Pemda yang


wajib dibuat oleh pemerintah daerah, yaitu:

1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);


2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL);
3) Laporan Operasional (LO);
4) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
5) Neraca;
6) Laporan Arus Kas (LAK); dan
7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi

Menyusun Menyusun Menyusun


LRA LO Neraca
1 3 5
GABUNGAN GABUNGAN GABUNGAN

Menyusun Menyusun Menyusun


2 Laporan 4 Laporan 6 Laporan Arus
Perubahan Perubahan Kas
SAL Ekuitas

Menyusun
7 Catatan Atas
Laporan
Keuangan
1. Penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
merupakan laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja,
transfer, Surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam
satu periode. LRA dapat langsung dihasilkan
dari LRA konsolidasi yaitu dengan
mengambil data akun-akun kode rekening 4
(Pendapatan – LRA), 5 (Belanja), 6 (Transfer)
dan 7 (Pembiayaan) pada worksheet yang
telah di gabungkan.
2. Menyusun Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih
Laporan Perubahan SAL ini merupakan
akumulasi SiLPA periode berjalan dan tahun-
tahun sebelumnya. Laporan perubahan SAL
baru dapat disusun setelah LRA selesai. Hal
ini karena dalam menyusun laporan
perubahan SAL, kita memerlukan informasi
SiLPA /SIKPA tahun berjalan yang ada di
LRA.
Berikut ini merupakan contoh format
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…..
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN
LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal xxx Xxx


2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun (xxx) (xxx)
Berjalan

3 Subtotal (1 + 2) xxx Xxx


4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/ SiKPA) xxx Xxx

5 Subtotal (3 + 4) xxx Xxx


6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya xxx Xxx

7 Lain-lain xxx Xxx


8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) xxx Xxx
3. Penyusunan Laporan
Operasional
Sama halnya dengan LRA, Laporan
Operasional (LO) juga dapat
langsung dihasilkan dari LO
konsolidasi yaitu dengan
mengambil data akun-akun kode
rekening 8 (Pendapatan – LO) dan 9
(Beban).
4. Menyusun Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menggambarkan
pergerakan ekuitas pemerintah daerah.
Laporan Perubahan Ekuitas disusun dengan
menggunakan data Ekuitas Awal dan data
perubahan ekuitas periode berjalan yang
salah satunya diperoleh dari Surplus/defisit
Laporan Operasional.
Berikut ini merupakan contoh format
Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah
Daerah.
PEMERINTAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…..
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL xxx Xxx


2 SURPLUS/DEFISIT-LO xxx Xxx
3 DAMPAK KUMULATIF
PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAH
AN
4 MENDASAR xxx Xxx
5 xxx Xxx
6 xxx Xxx
KOREKSI NILAI PERSEDIAAN
7 xxx Xxx
SELISIH REVALUASI ASET
TETAP
LAIN-LAIN
5. Penyusunan Neraca
Laporan keuangan lainnya yang langsung dapat
dihasilkan dari WORKSHEET konsolidasi adalah
Neraca. Neraca dapat disusun dengan mengambil
data akun-akun kode rekening 1 (Aset), 2 (Kewajiban)
dan 3 (Ekuitas). Ada proses jurnal eliminasi untuk
reciprocal RK-SKPD DAN RK-PPKD.
Sebagai catatan :Dari proses penutupan LO
sebelumnya di SKPD dan PPKD terbentuk Ekuitas
yang sudah meliputi Transaksi Kas dan Akrual. Dari
proses penutupan LRA terbentuk Ekuitas SAL dan
proses offset Ekuitas dari Transaksi Kas. Dengan
demikian didalam akun Ekuitas akan terlihat saldo
Ekuitas SAL dan Ekuitas Akrual murni.
6. Membuat Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan aliran


kas masuk dan kas keluar yang terjadi pada
pemerintah daerah. Semua transaksi arus
kas masuk dan kas keluar tersebut
kemudian diklasifikasikan ke dalam aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas
pendanaan, dan aktivitas transitoris.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari Buku
Besar Kas. Laporan Arus Kas disusun oleh
Bendahara Umum Daerah.
7. Membuat Catatan atas
Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan
meliputi penjelasan atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca,
dan Laporan Arus Kas. Hal-hal yang
diungkapkan di dalam Catatan atas
Laporan Keuangan antara lain:
1) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi;
2) Informasi tentang kebijakan keuangan dan ekonomi
makro;
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;
4) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya;
5) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
6) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan; dan
7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
(3.15)

KOREKSI KESALAHAN
DEFINISI - 1
 Koreksi merupakan tindakan pembetulan secara
akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam laporan
keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang
seharusnya

 Kesalahan merupakan penyajian akun/pos yang secara


signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang
mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan
atau periode sebelumnya

 Koreksi kesalahan merupakan tindakan untuk


membetulkan kesalahan peyajian dalam suatu
akun/pos
DEFINISI - 2

Penyebab terjadinya kesalahan, antara lain :

 Karena keterlambatan penyampaian bukti


transaksi oleh pengguna anggaran,
 Kesalahan hitung,
 kesalahan penerapan standar dan akuntansi,
 kelalaian,
 dan lain-lain
KLASIFIKASI - 1

Ditinjau dari sifat kejadiannya, kesalahan diklasifikasi, sbb:


Sifat Kelompok Jenis Batasan
Kesalahan Terjadi pada
Tidak periode
Berulang berjalan
Terjadi pada

Laporan
periode
Keuangan
Belum
sebelumnya
diterbitkan
Laporan Sudah
Keuangan Sudah ditetapkan
Diterbitkan dalam Perda
Akuntansi Kesalahan Tidak Berulang – Terjadi
pada Periode Berjalan

Kesalahan jenis ini, baik yang mempengaruhi posisi kas


maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun
yang bersangkutan dalam periode berjalan. Baik pada akun
pendapatan LRA, belanja, pendapatan LO, maupun beban.

ILUSTRASI
Pengemba
lian
pendapata
n hibah
yang 6
diterima
pada
JURNAL SEMULA

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Xxx

8.3.1.01.01 Pendapatan Hibah dari Pemerintah - LO xxx

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

0.0.0.00.00 Perubahan SAL Xxx

7
4.3.1.01.01 Pendapatan Hibah dari Pemerintah– LRA xxx
JURNAL KOREKSI

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

8.3.1.01.01 Pendapatan Hibah dari Pemerintah - LO Xxx

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah xxx

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

4.3.1.02.01 Pendapatan Hibah dari Pemerintah– LRA Xxx


8

0.0.0.00.00 Perubahan SAL xxx


Akuntansi Kesalahan Tidak Berulang – Terjadi
pada Periode Sebelumnya – LK belum diterbitkan

Apabila laporan keuangan belum diterbitkan, maka


dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan,
baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun
akun pendapatan-LO atau akun beban.

ILUSTRASI
Pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah
penghitungan jumlah gaji.

9
JURNAL SEMULA :

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

9.1.1.01.01 Beban Pegawai – LO Xxx

1.1.1.03.01 RK PPKD xxx

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

4.1.1.01.01 Belanja Pegawai – LRA Xxx

10
0.0.0.00.00 Perubahan SAL xxx
JURNAL KOREKSI

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Xxx

8.3.3.01.02 Pendapatan Lain-lain – LO xxx

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

0.0.0.00.00 Perubahan SAL Xxx


11
4.3.3.01.02 Pendapatan Lain-lain – LRA xxx
Akuntansi Kesalahan Tidak Berulang – Terjadi
pada Periode Sebelumnya – LK Sudah diterbitkan

Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga


mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
posisi kas, apabil laporan keuangan periode tersebut sudah
a
diterbitkan (Perda/Perkada Pertanggungjawaban), dilakukan
dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–LRA. Dalam
hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan
pada akun Saldo Anggaran Lebih.

ILUSTRASI
Pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah
penghitungan jumlah gaji.
12
JURNAL KOREKSI

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Xxx

3.1.1.01.01 Ekuitas xxx

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

0.0.0.00.00 Perubahan SAL Xxx

3.1.2.06.01 Surplus/Defisit LRA x13x


x
Akuntansi Kesalahan Tidak Berulang – Terjadi
pada Periode Sebelumnya – LK Sudah diterbitkan

Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak


berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas

ILUSTRASI
pengembalian pendapatan dana alokasi umum karena
kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat

14
JURNAL SEMULA

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

1.1.1.01.01 Kas di Kasda Xxx

8.2.1.03.01 Dana Alokasi Umum – LO xxx

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

0.0.0.00.00 Perubahan SAL Xxx

1x 5x
4.2.1.03.01 Dana Alokasi Umum – LRA
x
JURNAL KOREKSI

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

3.1.1.01.01 Ekuitas Xxx

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah.... Xxx

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

3.1.2.06.01 Surplus/Defisit LRA Xxx

0.0.0.00.00 Perubahan SAL Xxx


16
Akuntansi Kesalahan Berulang

Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang


disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi
tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang
Kesalahan berulang tidak memerlukan koreksi melainkan
dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan

ILUSTRASI - 1

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak hotel kepada


wajib pajak
17
JURNAL SEMULA

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

1.1.1.02.01 Kas di Kas Daerah XXX

8.1.1.06.01 Pajak Hotel – LO XXX

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

0.0.0.00.00 Perubahan SAL XXX


18

4.1.1.06.01 Pajak Hotel – LRA XXX


JURNAL KOREKSI

JURNAL – LO DAN NERACA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

BM 8.1.1.06.01 Pajak Hotel - LO XXX

1.1.1.02.01 Kas di Kas Daerah XXX

JURNAL – LRA

Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekening

25-04-2015 BM 4.1.1.06.01 Pajak Hotel - LRA XXX

0.0.0.00.00 Perubahan SAL X1X9


X

Anda mungkin juga menyukai