Anda di halaman 1dari 71

Pemeriksaan Fisik Sistem Urogenital

dr. Sumiardi Karakata, Sp.U (K)


Kontributor Blok Sistem Urogenital
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara
Pemeriksaan Fisik Sistem Urogenital

Materi Pelatihan terdiri dari :


 Pemeriksaan Fisik Ginjal
 Pemeriksaan Fisik Kandung Kemih
 Pemeriksaan Fisik Genitalia Eksterna Pria
 Pemeriksaan Colok Dubur
Pemeriksaan Fisik Ginjal
 Topografi Ginjal :
 Terletak di rongga retroperitoneum atas dan berjumlah
sepasang, pada sisi tubuh sebelah kanan dan kiri
 Berbentuk seperti kacang merah dengan sisi cekungnya
(hilus) menghadap ke medial.
 Letak ginjal pada abdomen posterior adalah di bawah
diafragma, dan lengkung iga, yaitu di antara vertebra
torakalis ke-12 hingga vertebra lumbalis ke-3, dengan
hilus setinggi vertebra lumbalis pertama
 Ginjal kanan pada umumnya terletak 1-2 cm lebih
rendah dari ginjal kiri, karena adanya penekanan oleh
lobus kanan hepar (lobus hepatis dexter)
Kuadran & Regio Abdomen

Pembagian Kuadran Abdomen Pembagian Regio Abdomen


Pemeriksaan Fisik Ginjal
 Teknik Pemeriksaan Fisik Ginjal :
 Jelaskan prosedur pemeriksaan fisik ginjal, dan
genitalia pria yang akan dilakukan secara lisan,
dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien,
dan mintalah persetujuan tindakan medik
 Aturlah posisi pemeriksaan
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
Inspeksi
 Aturlah posisi pasien, dalam keadaan duduk
menghadap lurus ke depan, dengan posisi
pemeriksa berada di belakang pasien
 Amatilah dengan seksama daerah pinggang dan
abdomen bagian atas (flank area), pada sisi
sebelah kanan maupun kiri
 Perhatikanlah apakah terdapat perubahan
warna kulit yang abnormal pada daerah tersebut
misalnya, tanda-tanda peradangan dimana kulit
tampak hiperemis, abses, jejas trauma,
hematome, dan lain sebagainya
Inspeksi
 Kemudian amatilah apakah flank area tampak
simetris atau asimetris, apakah tampak adanya
benjolan (massa) atau tidak
 Bentuk yang asimetris, dan tampaknya benjolan
pada daerah daerah pinggang dan abdomen
bagian atas dapat disebabkan oleh hidronefrosis
yang berat, atau adanya tumor pada daerah
retroperitoneum
Inspeksi

Lokasi Anatomi Ginjal Massa Abdomen


Palpasi Ginjal
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan
memakai dua tangan (palpasi bimanual)
Aturlah posisi pemeriksaan dengan cara
meminta pasien untuk berbaring dengan
posisi supine, dengan kedua tungkai
ditekuk pada lutut
Posisi pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan palpasi ginjal kanan maupun
kiri adalah di sebelah kanan pasien
Teknik Palpasi Ginjal Kanan
 Letakkanlah telapak tangan kiri pemeriksa
dalam posisi supinasi di belakang regio lumbalis
kanan pasien, yaitu pada sudut kostovertebral
(sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan
tulang vertebra)
 Kemudian letakkanlah telapak tangan kanan
dalam posisi pronasi pada regio lumbalis kanan
pasien, disebelah lateral muskulus rektus
abdominis, setinggi telapak tangan kiri
pemeriksa
Teknik Palpasi Ginjal Kanan
 Selanjutnya secara bersamaan, tekanlah
dengan lembut, telapak tangan kiri ke arah atas,
dan telapak tangan kanan ke arah bawah, dan
mintalah pasien untuk menarik nafas dalam agar
ginjal terdorong ke bawah oleh diafragma,
sehingga kutub bawah ginjal dapat dirasakan di
antara kedua telapak tangan pemeriksa
 Bila teraba massa, kemudian tangan kiri
didorong ke arah massa, dan pantulannya
terasa pada tangan kanan dinamakan
ballotement positif
 Bila ginjal kanan teraba, tentukanlah ukuran,
lokasi, bentuk, permukaan, konsistensi,
mobilitas, dan apakah ada nyeri tekan atau tidak
Teknik Palpasi Ginjal Kanan
Ginjal kanan dapat teraba sebagai massa
berbentuk bulat, berkonsistensi padat di
antara kedua telapak tangan pemeriksa
Pada keadaan normal, ginjal tidak teraba
pada palpasi bimanual
Ginjal kanan dapat teraba pada keadaan :
 Pembesaran ginjal
 Pasien yang berperawakan sangat kurus
Teknik Palpasi Ginjal Kiri
Letakkanlah telapak tangan kiri pemeriksa
dalam posisi supinasi di belakang regio
lumbalis kiri pasien, yaitu pada sudut
kostovertebral (sudut yang dibentuk oleh
kosta terakhir dengan tulang vertebra)
Kemudian letakkanlah telapak tangan
kanan dalam posisi pronasi pada regio
lumbalis kiri pasien, setinggi telapak
tangan kiri pemeriksa
Teknik Palpasi Ginjal Kiri
 Selanjutnya secara bersamaan, tekanlah
dengan lembut, telapak tangan kiri ke arah atas,
telapak tangan kanan ke arah bawah, dan
mintalah pasien untuk menarik nafas dalam,
sehingga ginjal kiri dapat dirasakan di antara
kedua telapak tangan pemeriksa
 Seperti halnya pada palpasi ginjal kanan, bila
ginjal kiri teraba, tentukanlah ukuran, lokasi,
bentuk, permukaan, konsistensi, mobilitas, dan
apakah ada nyeri tekan atau tidak
Palpasi Bimanual Ginjal

Palpasi Bimanual Ginjal Kanan Palpasi Bimanual Ginjal Kiri


Perkusi Ginjal
Dinamakan juga dengan pemeriksaan
nyeri ketok CVA (costo-vertebral angle)
Mintalah pasien untuk duduk menghadap
lurus ke depan
Posisi pemeriksa berada di sebelah
belakang pasien
Teknik Perkusi Ginjal
 Letakkanlah telapak tangan kiri pemeriksa
dengan posisi pronasi pada sudut kostovertebral
(kanan atau kiri) pasien
 Pukullah secara lembut punggung telapak
tangan kiri dengan sisi ulnar kepalan tangan
kanan pemeriksa
 Tanyakanlah kepada pasien apakah pasien
merasa nyeri atau tidak saat perkusi ginjal
dilakukan.
 Nyeri ketok ginjal dapat ditemukan pada kasus
batu ginjal, pielonefritis, hidronefrosis, atau
tumor ginjal
Perkusi Ginjal

Pemeriksaan Perkusi Ginjal (nyeri ketok CVA)


Pemeriksaan Fisik Kandung Kemih
Topografi Kandung Kemih
 Pada saat penuh, vesika urinaria akan
terletak di daerah atas simfisis pubis
(suprasimfisis), sehingga dapat terlihat
pada pemeriksaan inspeksi, serta dapat
dipalpasi dan perkusi
 Pada saat kosong, atau berisi kurang dari
150 ml, vesika urinaria berada di belakang
simfisis pubis sehingga menjadi sulit untuk
diperiksa dengan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik Kandung Kemih
Teknik Pemeriksaan Fisik Kandung Kemih :
 Aturlah posisi pemeriksaan. Mintalah pasien
untuk berbaring dalam posisi supine,
dengan posisi pemeriksa berada di sebelah
kanan pasien.
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
Inspeksi
 Perhatikanlah dengan seksama daerah suprasimfisis,
lakukanlah penilaian terhadap permukaannya apakah
rata, atau menonjol
 Bila vesika urinaria dalam keadaaan kosong pada orang
yang normal, daerah suprasimfisis tampak rata, karena
vesika urinaria berada di belakang simfisis pubis
 Benjolan suprasimfisis dapat terlihat, bila vesika urinaria
(kandung kemih) dalam keadaan penuh, adanya tumor
pada kandung kemih, kista ovarium, mioma uteri, atau
pada wanita hamil trisemester pertama.
 Pada neonatus pada kelainan kongenital, kadang
dijumpai adanya kandung kemih yang berada di luar
abdomen (extrophy bladder).
Palpasi Kandung Kemih
 Pemeriksaan palpasi vesika urinaria dilakukan
secara bimanual
 Sebaiknya dilakukan dalam keadaan anastesi
umum pada pemeriksaan karsinoma kandung
kemih pasca operasi
 Pemeriksaan palpasi bimanual ini juga
merupakan pemeriksaan pilihan untuk
menentukan luas infiltrasi tumor pada kandung
kemih dan pelvis, serta untuk menentukan
mobilitas tumor
 Bila tumor tidak dapat digerakkan, menandakan
tumor sudah berada pada stadium lanjut
Teknik Palpasi Kandung Kemih
Pertama-tama letakkanlah jari-jari tangan
kiri pemeriksa dengan posisi pronasi, pada
dinding abdomen anterior di atas simfisis
pubis
Kemudian masukkanlah jari telunjuk
tangan kanan dalam posisi supinasi ke
dalam anus atau vagina pada pasien
wanita, secara perlahan, sampai seluruh
jari pemeriksa masuk, dan berada pada
rektum atau vagina
Teknik Palpasi Kandung Kemih
 Selanjutnya secara bersamaan, tekanlah jari-jari
tangan kiri yang berada pada dinding anterior
abdomen ke arah dalam, sedangkan jari telunjuk
tangan kanan menekan kandung kemih pada
dinding rektum atau vagina, ke arah luar
 Bila kandung kemih terdistensi karena urin yang
banyak, akan teraba massa di antara abdomen
dan vagina pada pasien wanita, atau di antara
abdomen dan rektum pada pasien pria atau
wanita yang belum menikah (perawan)
Palpasi Bimanual Kandung Kemih

Palpasi Bimanual Kandung Kemih Pria


Perkusi Kandung Kemih
Merupakan pemeriksaan pilihan dalam
mendiagnosa kandung kemih yang
mengalami distensi, dan lebih mudah
dilakukan daripada pemeriksaan palpasi
Cara melakukan perkusi kandung kemih
adalah seperti perkusi pada umumnya,
dilakukan di atas simfisis pubis, mengarah
ke kranial
Perkusi Kandung Kemih
Batas atas kandung kemih yang
terdistensi karena penuh berisi urin dapat
ditentukan dengan adanya perubahan
suara perkusi, dari redup ke timpani
Kemudian dapat ditentukan batas-batas
kandung kemih sebagai daerah dengan
suara perkusi redup yang dikelilingi oleh
suara perkusi timpani pada bagian usus
yang terisi udara
Pemeriksaan Fisik Genitalia Eksterna

Topografi Genitalia Eksterna Pria


Pemeriksaan Fisik Genitalia Eksterna
Pemeriksaan Fisik Penis
 Inspeksi
 Palpasi
Pemeriksaan Fisik Skrotum dan isinya
 Inspeksi
 Palpasi
 Transiluminasi
Pemeriksaan Fisik Penis
Mintalah pasien untuk berdiri atau
berbaring, dan membuka pakaian
bawahnya, sehingga abdomen dan
genitalia terbuka penuh.
Posisi pemeriksa berada di sebelah kanan
pasien dan memakai sarung tangan steril.
Inspeksi
 Pada pasien yang telah disirkumsisi, dapat
terlihat langsung glans penis, korona, dan
orifisium uretra eksternum
 Bila belum disirkumsisi, tariklah prepusium ke
arah atas, sehingga glans, korona, dan orifisium
uretra eksternum dapat terlihat
 Prepusium harus dapat ditarik pada pasien yang
berusia di atas 9 tahun, untuk memastikan tidak
adanya kelainan seperti fimosis
 Dan prepusium harus dapat dikembalikan ke
tempatnya semula untuk memastikan tidak
terjadinya parafimosis
Inspeksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pemeriksaan inpeksi pada penis antara
lain adalah :
 Ukuran dan bentuk penis
 Lesi pada penis dan prepusium
 Benda asing pada penis dan prepusium
 Posisi orifisium uretra eksternum
 Ada tidaknya batu pada fossa navicularis
 Kurvatura penis (lurus tidaknya penis)
Ukuran dan Bentuk Penis
Ukuran penis normal pria dewasa adalah
sekitar 10-23 cm
Perhatikan ada tidaknya kelainan ukuran
dan bentuk penis seperti :
 Mikropenis (2 cm dalam keadaan biasa)
 Makropenis
 Hemafrodite, atau alat kelamin ganda
Ukuran & Bentuk Penis

Mikropenis Hemafrodite
Lesi Pada Penis & Prepusium
 Lesi pada penis dan prepusium :
 Radang pada glans penis (balanitis)
 Ulkus durum yang tidak nyeri pada sifilis primer
 Ulkus molle (chancroid), dan herpes genitalis
yang terasa nyeri
 Skabies
 Karsinoma penis
 Kondiloma akuminata
 Fimosis
 Parafimosis, yaitu edema prepusium yang
menjepit glans penis, dan menyerupai bentuk
kerah Spanyol
Lesi Pada Penis & Prepusium

Balanitis Parafimosis
Lesi Pada Penis & Prepusium

Karsinoma Penis Ulkus Molle (chancroid)


Lesi Pada Penis & Prepusium

Ulkus Durum Penis Skabies Pada Penis


Lesi Pada Penis & Prepusium

Kondiloma Akuminata Herpes Genitalis


Posisi Orifisium Uretra Eksternum
 Pada keadaan normal, orifisium uretra terletak pada
ujung glans penis
 Perhatikan ada tidaknya kelainan posisi orifisium, seperti
hipospadia, dimana orifisium uretra terletak pada ventral
penis, terdiri dari :
 Tipe glanular
 Tipe coronal
 Tipe penile
 Tipe penoscrotal
 Tipe scrotal
 Tipe perineal
 Epispadia, dimana orifisium uretra terletak pada dorsum
penis
 Stenosis orifisium uretra
Posisi Orifisium Uretra Eksternum

Hipospadia Tipe Perineal Beberapa Tipe Hipospadia


Posisi Orifisium Uretra Eksternum

Hipospadia Tipe Skrotal Epispadia


Benda Asing Pada Penis & Prepusium

Perhatikanlah apakah tampak adanya


benda asing berbentuk ring yang menjerat
penis sehingga tidak bisa dilepaskan
(strangulasi penis)
Perhatikanlah ada tidaknya benda asing
yang sengaja dipasang untuk tujuan
kosmetik, misalnya piercing pada penis
Benda Asing Pada Penis & Prepusium

Strangulasi Penis Piercing Penis


Palpasi Penis
 Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan cara meraba,
atau menekan bagian penis, dan daerah disekitarnya
 Palpasilah penis untuk menilai ada tidaknya, lempengan
yang teraba keras di daerah dorsum penis, pada
penyakit Peyronie (adanya fibrosis pada sisi atas atau
bawah penis, sehingga sewaktu ereksi penis akan
bengkok ke arah yang fibrosis.
 Untuk melihat ada tidaknya sekret uretra, palpasilah
uretra dengan cara mengurutnya dari perineum ke glans
penis, yang akan menyebabkan keluarnya sekret
 Palpasilah uretra anterior untuk meraba ada tidaknya
batu atau benda asing
 Palpasilah juga daerah lipat paha untuk menilai ada
tidaknya pembesaran kelenjar getah bening inguinal
Palpasi

Sekret Uretra (discharge) Penyakit Peyronie


Pemeriksaan Fisik Skrotum
Mintalah pasien untuk berdiri, dan
membuka pakaian bawahnya, sehingga
abdomen dan genitalia terbuka penuh
Lakukanlah pemeriksaan fisik skrotum,
dengan memakai sarung tangan steril
Pemeriksaan Fisik Skrotum
Teknik Pemeriksaan Fisik Skrotum :
 Inspeksi
 Palpasi
 Transiluminasi
Inspeksi
 Perhatikanlah kesimetrisan skrotum untuk
menilai kedudukan testis di dalam skrotum
 Pada keadaan normal, skrotum tampak simetris,
dan kedua testis dapat diamati dari luar, dengan
posisi testis kiri yang lebih rendah, dan sedikit
lebih besar dari testis kanan.
 Pada kasus testis tidak turun (undescended
testis), salah satu ruang skrotum yang dalam
keadaan normal seharusnya terisi testis, terlihat
kosong
Inspeksi
Amatilah apakah terdapat pembesaran
pada skrotum yang dapat disebabkan :
 Peradangan yang ditandai dengan adanya
tanda-tanda inflamasi
 Massa (tumor)
 Cairan abnormal di dalam skrotum,
misalnya pada kasus hidrokel, dan
hematoma
 Kelainan lainnya seperti varikokel (dilatasi
vena pada pleksus pampiniformis), atau
hernia skrotalis
Inspeksi
 Amatilah juga ada tidaknya kelainan pada kulit
skrotum seperti :
 Perubahan warna kulit karena peradangan
(hiperemis), atau hematome
 Skabies
 Ulkus
 Jamur kulit
 Massa abnormal pada kulit skrotum
 Fistula
 Scropuloderma (pada kasus TB epididimis)
Inspeksi

Pembengkakan Skrotum Hidrokel


Inspeksi

Varikokel Hernia Skrotalis


Palpasi
 Palpasi isi skrotum dilakukan dengan urutan
pemeriksaan dimulai dari palpasi testis, epididimis, dan
funikulus spermatikus.
 Dengan menggunakan kedua tangan palpasilah setiap
testis dengan hati-hati secara bergantian.
 Pada pemeriksaan palpasi, dapat dinilai apakah kedua
testis turun ke dalam skrotum.
 Bila salah satu testis tidak turun, palpasilah kanalis
ingunalis untuk mencari testis yang tidak turun.
 Untuk memeriksa ada tidaknya hernia, palpasilah kanalis
inguinalis dengan jari telunjuk tangan kanan pemeriksa,
dan mintalah pasien mengedan atau batuk yang keras.
 Pemeriksaan positif bila terasa ada massa yang
menekan pada ujung jari
Palpasi
 Bila kedua testis terpalpasi, lakukan penilaian
terhadap ukuran kedua testis :
 Apakah sama besar atau tidak
 Apakah ukuran testis normal
 Konsistensi testis yang pada keadaan normal
teraba kenyal, dan sama antara satu dengan
lainnya
 Apakah palpasi menimbulkan nyeri atau tidak
 Pembengkakan testis yang difus dan nyeri hebat
sewaktu dipalpasi ditemukan pada kasus orkitis
 Testis yang tampak tertarik ke pangkal skrotum,
nyeri saat dipalpasi, dan terletak melintang,
ditemukan pada kasus torsio testis
Palpasi Skrotum

Undescended Testis Palpasi Kanalis Inguinalis Eksterna


Palpasi
 Palpasi epididimis pada bagian belakang dan atas testis
 Epididimis normal teraba lunak, dengan tekstur tidak
teratur dan granuler.
 Lakukanlah penilaian untuk melihat ada tidaknya
kelainan seperti, epididimis yang teraba bengkak, padat,
dan nyeri saat dipalpasi
 Funikulus spermatikus mengandung vas deferens dan
berkas neurovaskuler, dan dapat dipalpasi pada bagian
belakang testis
 Vas deferens normal, teraba keras seperti tali, sehingga
dapat dibedakan dengan epididimis yang teraba lunak
 Bila terdapat varikokel, akan teraba massa lunak seperti
segumpal cacing, bila pasien berdiri dan mengedan
 Pada hidrokel akan teraba massa kistik, tidak nyeri, dan
testis sukar teraba
Transiluminasi
 Pemeriksaan transiluminasi dilakukan untuk
membedakan pembengkakan skrotum disebabkan oleh
adanya cairan abnormal misalnya hidrokel, atau massa
padat
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan senter
pena di dalam ruangan yang gelap.
 Sebelum melakukan pemeriksaan, mintalah pasien
untuk berbaring
 Kemudian arahkanlah senter pena dari belakang
kantung skrotum
 Jika isi skrotum tampak menerawang, menandakan
skrotum berisi cairan, dan dinamakan transiluminasi
positif
 Sebaliknya jika sinar tidak dapat menembus skrotum,
menandakan adanya massa padat, yang dinamakan
transiluminasi negatif. Transiluminasi negatif didapatkan
pada kasus hernia skrotalis, tumor testis, dan hematokel
Pemeriksaan Transiluminasi

Transiluminasi Positif (-) Transiluminasi Positif (+)


Pemeriksaan Colok Dubur
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
menilai :
 Bagaimana tonus sfingter ani, dan refleks
bulbokavernosus
 Untuk menilai ada tidaknya massa di
dalam lumen rektum, misalnya hemorrhoid
internum, polip rekti, atau karsinoma
 Menilai keadaan prostat, apakah normal
atau membesar (letak prostat tergantung
pada posisi pemeriksaan colok dubur)
Teknik Pemeriksaan Colok Dubur
Jelaskanlah terlebih dahulu prosedur
pemeriksaan colok dubur yang akan
dilakukan secara lisan, dengan bahasa
yang dimengerti oleh pasien, kemudian
mintalah persetujuan pasien
Bila pasien setuju, mintalah pasien untuk
membuka pakaian bawahnya, kemudian
aturlah posisi pemeriksaan pasien
Posisi Pemeriksaan Colok Dubur

Posisi Pemeriksaan Colok Dubur (rectal toucher)


Teknik Pemeriksaan Colok Dubur
Agar pasien tidak merasa tegang,
mintalah pasien untuk bernafas dalam dan
perlahan melalui mulutnya
Berilah pengertian pada pasien bahwa,
walapun pemeriksaan colok dubur terasa
tidak menyenangkan, pemeriksaan ini
tidak menimbulkan rasa sakit
Mulailah melakukan pemeriksaan dengan
hati-hati dengan memakai sarung tangan
yang telah dilubrikasi
Teknik Pemeriksaan Colok Dubur
Sebelum memasukkan jari, inspeksilah
dengan cermat anus dan perineum pasien
 Kelainan yang dapat ditemukan antara lain
prolaps recti, iritasi anus, fissura, atau
massa misalnya hemorrhoid, atau adanya
ano-cutan fistel
Letakkanlah bantalan jari pemeriksa (jari
telunjuk kanan) pada anus, dan mintalah
pasien untuk mengejan seperti sedang
buang air besar
Teknik Pemeriksaan Colok Dubur
 Tekanlah jari telunjuk, dan gerakkan perlahan-lahan ke
depan melalui sfingter ani
 Rasakanlah bagaimana tonus sfingter ani
 Secara perlahan-lahan masukkanlah seluruh panjang jari
telunjuk pemeriksa
 Rasakanlah mukosa rektum, apakah permukaannya rata
atau tidak rata, apakah teraba massa atau tidak
 Posisi prostat dapat ditentukan dengan berpedoman
pada letak genitalia pasien,misalnya pada posisi berdiri,
prostat akan terpalpasi pada bagian anterior searah jam
6.
 Prostat normal, teraba massa berkonsistensi kenyal,
berpermukaan rata, dengan dua buah lobus yang
dipisahkan oleh sulkus (sulkus medianus) di tengahnya
Teknik Pemeriksaan Colok Dubur
 Pada pembesaran prostat jinak, prostat teraba menonjol,
sulkus teraba atau tidak, konsistensi kenyal, dengan
permukaan rata. Bila prostat sangat membesar, batas
atas prostat tidak teraba
 Pada pembesaran prostat ganas, prostat teraba
menonjol, sulkus teraba, atau tidak konsistensi keras,
dengan permukaan berbenjol-benjol
 Pada pembesaran prostat karena infeksi, prostat teraba
menonjol, sulkus teraba, atau tidak konsistensi lunak,
hangat, dan terasa nyeri saat disentuh. Bila dilakukan
pengurutan prostat, akan keluar sekret berwarna putih
keruh dari meatus uretra, yang menandakan adanya
infeksi prostat kronik
Teknik Pemeriksaan Colok Dubur
Setelah selesai, keluarkanlah jari tangan,
dan amatilah apakah terdapat feses,
darah, atau lendir
Bersihkanlah daerah anus dengan
menggunakan tissue atau kassa,
kemudian dokter mempersilahkan pasien
memakai pakaiannya kembali
Pemeriksaan Colok Dubur

Prolaps Recti Hemorrhoid Interna


Pemeriksaan Colok Dubur

Fissura Anus Fistula Ano-cutan


Pemeriksaan Colok Dubur

Pemeriksaan Colok Dubur

Anda mungkin juga menyukai