Anda di halaman 1dari 25

Pinjaman Negara

Indonesia
Oleh Zikrina Rizka Amelia Harahap (190501129)
“Hutang luar negeri yang disalurkan oleh negara
maju ke negara yang sedang berkembang dan
atau negara miskin tidak dilakukan atas dasar
kemanusiaan, tapi dilakukan atas dasar
motivasi ekonomi dan bahkan politik. Hutang
luar negeri tidak akan disalurkan tanpa
adanya keuntungan yang diperoleh negara
pemberi hutang”
(Hayter, 1971; Pomfred,1992)
Jenis-jenis pinjaman
 Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Dalam Negeri
World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development  Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang
Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri
Kredit Ekspor. oleh Pemerintah :
● Pinjaman Program: Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan Pemerintah Daerah,dan Perusahaan Daerah;
pemenuhan Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan
Policy Matrix di bidang kegiatan untuk mencapai MDGs industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk
(pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberantasan korupsi), pelayanan umum; kegiatan investasi yang menghasilkan
pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate change penerimaan.
dan infrastruktur.
● Pinjaman proyek :
Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor
(perhubungan, energi, dll); proyek-proyek dalam rangka
pengentasan kemiskinan (PNPM).
Jenis-jenis utang
Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta
asing, tradable & non-tradable, fixed & variable :
Surat Utang Negara (SUN)
• Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek (s.d. 12bln);
• Obligasi Negara (> 1 thn)
 - Coupon Bond
-Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond
 -Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU ke BI untuk penyehatan dan
restrukturisasi perbankan
-Zero coupon
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam Rupiah dan valuta
asing dengan berbagai struktur, misalnya Ijarah, Musyarakah, Istisna dll
• SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills);
• SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk;
SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia).
Komposisi Utang Berdasarkan Sumber

Hingga Maret 2019, sebanyak 83.7%


portofolio merupakan utang kepada
lembaga keuangan komersial (termasuk
di dalamnya SBN domestik, SBN Valas,
serta Pinjaman Dalam Negeri dan Kredit
Luar negeri Komersial) dan 16,3%
berasal dari kerjasama bilateral seperti
Jepang dan lembaga multilateral seperti
Bank Dunia dan ADB
Komposisi Utang Berdasarkan jangka Waktu

Baik jangka Panjang maupun jangka pendek


masing-masing memiliki tren peningkatan
Komposisi Utang Berdasarkan Jenis Mata Uang

Berdasarkan posisi utang sampai


dengan 31 Maret 2019, porsi
portofolio utang dalam mata uang
rupiah mendominasi sebesar 61%,
dan diikuti dengan mata uang
USD sebesar 29%, JPY sebesar
5%, EUR sebesar 4% dan mata
uang lainnya sebesar 1%
Utang Luar Negeri berdasarkan sektor-sektornya

Sampai dengan Februari 2019, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial memperoleh alokasi pinjaman luar negeri
negeri yang lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya sebesar USD35.876 juta
Bagan Surat Berharga Negara

Obligasi
Negara
• Wholesale
• Obligasi Negara Ritel
SUN
Surat Perbendaharaan Negara
Surat (SPN)
Berharga
Negara
SBSN • Islamic Fixed Rate (IFR)
(Sukuk Negara) • Project Based Sukuk (PBS)
• Sukuk Ritel
• Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI)
• Surat Perbendaharaan Negara Syariah
(SPNS)
• Sukuk Valas
Dalam upaya mengoptimalisasi sumber-sumber pembiayaan
dalam negeri, pemerintah terus meningkatkan portofolio SBN
dengan menerbitkan lebih banyak SBN daripada pinjaman.
Berdasarkan posisi utang pemerintah sampai dengan 31 Maret
2019, komposisi instrumen pembentuk portofolio utang
pemerintah berupa SBN senilai Rp3.776 triliun atau 83% dan
Rp791 triliun atau 17% berasal dari instrumen pinjaman
SBN
Pembiayaan utang yang berasal dari instrumen SBN baik SUN dan SBSN sampai dengan
Maret 2019 terus meningkat. Besaran utang pemerintah sampai dengan Maret 2019
terdiri atas Rp3.776,12 triliun dengan komposisi 82,68% terhadap total utang (Gambar
12). Pada SUN, portofolio obligasi negara terus meningkat hingga 2019 yang
mendominasi sebanyak 96% dari total SUN sementara pembiayaan melalui SPN cenderung
menurun di tahun 2018. Penerbitan SBN baik SUN maupum SBSN untuk 2019 masih
dimanfaatkan untuk pembiayaan proyek serta refinancing.
Komposisi kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara sampai dengan Maret 2019
relatif tinggi yakni mencapai 38,4%. Disusul oleh perbankan sebesar 23,9%, dana pensiun
sebesar 9,2%, asuransi sebesar 8,4%, BI sebesar 6,5%, reksadana sebesar 4,4%, Individu
sebesar 3,3%, dan lainnya sebesar 5,9%
Sampai dengan Maret 2019, total posisi SBN berdenominasi Rupiah
sebesar Rp2.761,18 triliun atau sebesar 71% dari total SBN. Sementara
SBN Valas sebesar Rp1.014,94 triliun atau 29% dari total SBN(gambar
14). Kepemilikan non Residen/Asing terhadap keseluruhan SBN sebesar
Rp1.889,3 triliun atau 50% dari total SBN, berasal dari kepemilikan di
SBN Valas Rp922,2 triliun dan SBN Rupiah tradable Rp967,1 triliun.
Pinjaman
Sampai dengan Maret 2019, Pinjaman Luar Negri dan Pinjaman Dalam Negeri telah
mencapai Rp791,19 triliun yang didominasi oleh Pinjaman Luar Negeri atau setara
99% dari total pinjaman. Pinjaman Luar Negeri pada tahun 2019 adalah untuk
membiayai proyek serta untuk menutup defisit anggaran secara umum.
Pinjaman
Sampai dengan Maret 2019, belum tercatat transaksi pada postur Pinjaman Dalam Negeri. Sementara
pembiayaan melalui Pinjaman Luar Negeri sampai Maret 2019 telah mencapai 26,41% dari APBN
dimana masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pinjaman
Komposisi belanja utang dirinci menjadi
dua komponen, yakni Belanja Bunga
Utang Dalam Negeri (UDN) dan Bunga
Utang Luar Negeri (ULN) sebesar
Rp66,13 triliun lebih tinggi secara
signifikan bila dibandingkan dengan
pembayaran bunga ULN sebesar Rp4,45
triliun (Gambar 20). Sejalan dengan
realisasi pembiayaan utang netto, dimana
porsi penambahan utang netto yang
berasal dari instrumen SBN (Rp185,83
triliun) lebih besar bila dibandingkan
realisasi pinjaman netto (minus Rp7,97
triliun), sesuai dengan strategi
pembiayaan pemerintah untuk
meningkatkan dan menjadikan kontribusi
masyarakat domestik serta perluasan
pasar domestik sebagai sumber utama
pembiayaan pembangunan.
.
Sampai dengan Maret 2019, total utang pemerintah Indonesia berjumlah Rp4.567,31 triliun, terutama didominasi
oleh SBN, khususnya SBN berdenominasi rupiah. Sedangkan. Pinjaman didominasi oleh Pinjaman Luar Negeri
yakni sebesar 99.09%

Besaran utang Pemerintah pada akhir Maret 2019 terdiri atas SBN dengan komposisi 82,68% terhadap total utang
(Rp3.776,12 triliun) dan pinjaman dengan komposisi 17,32% terhadap total utang (Rp791,19 triliun). Penerbitan SBN
tahun 2019 masih dimanfaatkan untuk pembiayaan proyek serta refinancing, sementara Pinjaman Luar Negeri tahun
2019 untuk membiayai proyek dan menutup defisit APBN.
Perkembangan Utang Luar Negeri Tahun 2020
Perkembangan Utang Luar Negeri per agustus
tahun 2020

Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$


413,4 miliar pada Agustus 2020. Nilai utang itu setara dengan Rp 6.013 triliun bila
mengacu kepada kurs JISDOR pada akhir periode yang sama.
Posisi utang tersebut tumbuh 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan utang pada Agustus 2020 lebih tinggi jika dibandingkan bulan
sebelumnya yang sebesar 4,2%.
Secara rinci, utang pemerintah mencapai US$ 200,14 miliar atau tumbuh 3,4% secara
tahunan. Utang yang dimiliki bank sentral sebesar US$ 2,8 miliar atau naik 1,48%
secara tahunan. Sementara, utang swasta mencapai US$ 210,4 miliar atau meningkat
7,9% dibandingkan pada 2019. 
Utang Pemerintah Menurut Jenis per Juni 2021
Perkembangan Utang Luar Negeri per Juni
2021
Berdasarkan laporan Statistik Utang Luar Negeri (SULNI) Bank Indonesia (BI), utang luar negeri
(ULN) milik pemerintah sebesar US$ 205,03 miliar atau setara Rp 2.972,1 triliun (kurs Rp
14.469/US$) pada Juni 2021. Nilai itu tumbuh 0,7% dibandingkan bulan sebelumnya (month to
month/m-to-m). Jika dibandingkan pada Juni 2020, maka ULN pemerintah tumbuh sebesar 4,3%
(year on year/yoy). Sementara jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, ULN pemerintah
mengalami penurunan 0,65% (year to date/ytd).
ULN pemerintah yang berbentuk pinjaman tercatat sebesar US$ 57,09 miliar atau 27,85%
dari totalnya. Rinciannya, ULN dalam bentuk pinjaman bilateral sebesar US$ 21,66 miliar,
pinjaman komersial US$ 2,94 miliar dan pinjaman multilateral US$ 32,5 miliar. Sementara, ULN
pemerintah dalam bentuk surat berharga negara (SBN) mencapai US$ 147,94 miliar atau
72,15%. Rinciannya, SBN internasional sebesar US$ 80,73 miliar dan SBN domestik US$ 67,21
miliar. ULN pemerintah sempat mencapai puncak tertingginya sebesar US$ 210,76 miliar pada
Januari 2021. Namun, nilainya berangsur turun pada bulan berikutnya. Adapun, ULN bank sentral
mencapai US$ 2,83 miliar pada Juni 2021. Dengan demikian, total utang luar negeri pemerintah
dan bank sentral mencapai US$ 207,87 miliar.
Komposisi Utang Indonesia per September 2021
• Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, utang pemerintah sebesar Rp 6.711,52 triliun pada September
2021. Rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) tercatat sebesar 41,38%.
• Posisi utang pemerintah pada September 2021 meningkat 1,3% dibandingkan pada bulan sebelumnya yang sebesar
Rp 6.625,43 triliun. Jika dibandingkan pada September 2020 yang sebesar Rp5.756,87 triliun, maka posisi utang
pemerintah naik 16,58%
• Surat berharga negara (SBN) masih mendominasi utang pemerintah yang sebesar 5.887,67 triliun atau 87,72%. Utang
tersebut terdiri dari SBN domestik yang sebesar Rp 4.606,79 triliun dan SBN valuta asing (valas) sebesar Rp 1.280,88
triliun.
• Pemerintah juga memiliki utang berupa pinjaman sebesar Rp 823,85 triliun atau 12,27%. Dari jumlah itu, pinjaman
sebesar Rp 12,52 triliun berasal dari dalam negeri.
Kemudian, pinjaman sebesar Rp 811,33 triliun berasal dari luar negeri. Rinciannya, pinjaman bilateral sebesar Rp
306,18 triliun, pinjaman multilateral Rp 463,67 triliun, dan pinjaman bank komersial Rp 41,48 triliun.
• Pemerintah terus menjaga pengelolaan utang yang hati-hati, terukur, dan fleksibel lantaran pemulihan ekonomi akibat
pandemi Covid-19 masih terus berlangsung. Salah satu langkah pengelolaan utang yang telah dilakukan pemerintah
dengan menjaga komposisi utang SBN domestik lebih besar dari valas.
Perbandingan Utang Indonesia
dengan Negara Lain
Indonesia menempati posisi ketujuh dari 10
negara berpendapatan menengah dan bawah
dengan utang luar negeri mencapai US$ 402,08
miliar. Jumlah tersebut naik 5,9% dari posisi 2018
yang sebesar US$ 379,58 miliar.
Posisi pertama ditempati Tiongkok dengan utang
luar negeri sebesar US$ 2,11 triliun. Brasil berada
di peringkat kedua dengan utang luar negeri
sebesar US$ 569,4 miliar. India, Rusia, Meksiko,
dan Turki menyusul di urutan setelahnya. (Baca: 
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 6.000
Triliun pada Juli 2020
)

Anda mungkin juga menyukai