Anda di halaman 1dari 15

Sesi 6

KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM KERANGKA


HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

Penulis : Dr. Ahmad Sofian, SH, MA


Email : ahsofian@gmail.com
Penelaah
email
EKSTRADISI
• Ekstradisi merupakan salah satu cara penegakan hukum
pidana internasional melalui luar pengadilan
• Ekstradisi merupakan penyerahan kepada negala lain atas
permintannya, seseorang yang diduga terlibat tindak
kejahatan atau yang telah dijatuhi hukuman oleh pengadilan
dari suatu negara karena melakukan kejahatan lainnya.
• UU No. 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi diartikan sebagai
penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta
penyerahan seseorang yang disangka atau dipindan karena
melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang
meminta penyerahan tersebut karena berwenang untuk
mengadili dan memidananya
PERTIMBANGAN EKSTRADISI
a. Keinganan secara umum dari semua negara untuk
menjamin bahwa kejahatan yang serius itu tidak
dapat dibiarkan untuk tidak dihukum
b. Negara yang wilayahnya telah terjadi kejahatan
sebaliknya dapat mengadili pelaku kejahatan
tersebut karena bukti-bukti yang lebih mudah
diperoleh dan negara tersebut memiliki kepentingan
yang lebih besar dalam penuntutan secara hukum
SUMBER HUKUM EKSTRADISI
• Dalam prinsip hukum internasional memang tidak mengakui
adanya ekstrasi kecuali atas dasar perjanjian
• Perjanjian tersebut dapat berupa perjanjian bilateral maupun
perjanjian multilateral
• Selain itu sumber hukum ekstradisi juga bersumber dari hukum
nasional
• Negara common law dan beberapa negara Eropa seperti Jerman,
Prancis, Austria, Belgia dan Swiss dapat melakukan ekstradisi
walaupun tidak memiliki perjanjian sebelumnya dengan
berdasarkan pada deklarasi timbal balik (declaration of reciprocity)
PERJANJIAN BILATERAL
1. Adanya pernyataan mengenai kejahatan yang bisa diekstradisikan
yang biasanya dibatasi pada kejahatan-kejahatan seirus
2. Definisi dari orang-orang yang bisa diektradisikan
3. Adanya suatu pengecualian dalam hal terjadiya kejahatan politik,
militer dan agama
4. Dimasukannya suatu asas khusus (rule of specialty)
5. Ketentuan mengenai adanya bukti awal tentang kesalahan yang
sudah merupakan fenomena dalam common law tetapi tidak
dikenal dalam perjanjian ekstradisi uang dibuat oleh negara-
negara penganut civil law
PERJANJIAN EKSTRADISI BILATERAL
1. Treaty Between the Government of the RI and Malaysia relating to
Extradition 7 June 1974 menjadi substansi UU No. 9 Tahun 1974
2. Extradition Treaty between RI and Philippines 10 February 1976 menjadi
substansi UU No. 10 Tahun 1976
3. Extradition Convention between RI and Thailand 29 June 1976 menjadi
substansi UU No. 2 Tahun 1978
4. Extradition Convention between RI and Australia 22 June 1992 menjadi
substansi UU No. 8 Tahun 1994
5. Agreement between Government of the RI and Hong Kong for the Fugitive
Offenders 5 May 1997 menjadi substansi UU No. 1 Tahun 2001
KONVENSI PERJANJIAN MULTILATERAL

• Konvensi Montevideo 1933 tentang Ektradisi


• Konvensi PBB Pembasmi Kejahatan Transional
Terorganisasi Tahun 2000
• Konvensi Wina 1973 Mengenai Pencegahan
Kejahatan dan Hukuman Terhadap Orang-
Orang yang Dilindungi secara Internasional
Termasuk Diplomat
• Konvensi Eropa tentan Ekstradisi 1957
PRINSIP-PRINSIP EKSTRADISI
1. Asas Kejahatan Ganda (rule of double criminality)
2. Asas Kekhususan (rule of specialty)
3. Asas Pengeculaian kejahatan politik (political offence exception)
4. Penolakan untuk mengekstradisi jika palku kejahatan yang lari ke
negara lain adkan diadili secara sewenang-wenang atau akan
mengalami perlakuan tidak manusia dan menurunkan martabat
5. Asas ne bis in idem
6. Asas Resiprositas (rule of reciprocity)
7. Asas mengenal tidak bisa diekstradisikannya warga negaranya
sendiri
KEJAHATAN YANG TIDAK DAPAT
DIEKSTRADISI

• Kejahatan politik
• Kejahatan militer
• Kejahatan Ekonomi dan Fiskal

Kasus
1.Kasus In Re Castioni
2.Kasus In Re Meunier
EKSTRADISI DI INDONESIA
• Diatur dalam UU No. 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi
• Negara lain dapat mengajukan permintaan kepada Pemerintah Indonesia
untuk melakukan penahanan terhadap seseorang yang melakukan kejahatan
• Penahanan tersebut hanya dapat dilaksanakan dalam keadaan mendesak dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia
• Permintaan tersebut diajukan oleh pejabat yang berwenang di Negara
tersebut kepada Kapolri, Jaksa Agung baik melalui interpol maupun melalui
saluran Diplomatik
• Permintaan ekestardi tersebut diajukan secara tertulis kepada Menteri
Hukum dan HAM untuk diteruskan kepada Presiden dengan disertai putusan
pengadilan
EKSTRADISI DI INDONESIA
• Kapolri kemudian mengadakan pemriksaan terhadap orang tersebut
berdasarkan bukti atau kerangan dari negara yang meminta yang kemudian
dituangkan dalam berita acara
• Kejaksaan kemudian mengajukan permintaan ke Pengadilan Negeri ditempat
penahanan untuk dipersiksa dan menentukan apakah orang tersebut dapat
diekstradisi atau tidak dalam sidang yang terbuka
• Setelah menerima penetapan dari Pengadilan, Menteri Hukum dan HAM
menyampaikan penetapan tersebut kepada Presiden disertai pertimbangan
dari Menteri Kehakiman, Luar Negeri, Kejaksaan Agung dan Kapolri
EKSTRADISI DI INDONESIA
• Keputusan ekstradisi tersebut akan diberitahukan oleh Menteri
Hukum dan HAM kepada Menteri Luar Negeri, Kejaksaan Agung
dan Kapolri dan saluran diplomatik negara yang meminta
• Orang yang diekstradisi tersebut akan segera diserahkan kepada
pejabat yang bersangkutan dari negara peminta
• Negara yang meminta juga dapat mengajukan penyitaan atas
barang-barang bukti tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
KUHP dan KUHAP
• Melalui saluran diplomatik, atas permintaan dari Jaksa Agung, Kapolri, Menteri
Kehakiman atas namaPresiden maka dapat diajukan permintaan ekstradisi dari
Pemerintah Indonesia kepada Negara yang bersangkuta

Contoh
1.Kasus Subagio Lagaida
2.Kasus Adhi Suriputra
3.Kasusu Hadi Ahmadi
4.Kasus Adrian Kiki Ariawan
APA KESIMPULAN HARI INI ?
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai