Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besar apoptosis dibagi
menjadi empat tahap, yakni adanya sinyal kematian (penginduksi apoptosis) yang bersifat
fisiologis (hormon dan sitokin), biologis (virus, bakteri, parasit), kimia (obat), atau fisik (radiasi
dan toksin).8 Tahap kedua adalah tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen
apoptosis yang berhubungan), selanjutnya adalah tahap pelaksanaan apoptosis yakni terjadi
perubahan morfologi dan kimia (degradasi DNA, pembongkaran sel, pembentukan badan
apoptotik).8 Tahap terakhir adalah tahap fagositosis atau eliminasi oleh makrofag, dendritik atau
sel yang berdekatan dengan sel apoptosis.8 Peristiwa apoptosis melibatkan adanya pemadatan
inti sel, pemadatan dan pembagian sitoplasma ke dalam selaput ikat badan apoptotis, dan
kerusakan kromosom ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom.
LANJUTAN..
Gambar
Berbagai stimulus dapat mengawali fase inisiasi melalui aktivasi
berbagai reseptor transmembran. Contoh khas dari stimulasi ini
adalah pengikatan Fas (CD95) yang merupakan protein homotrimerik
dengan FasL, TNF-α dengan TNFR dan beberapa yang lain. Pada
pengikatan Fas/FasL terjadi oligomerisasi dari reseptor yang
mengakibatkan bagian intraseluler dari CD95 menggumpal dan
dikenal dengan sebutan “death domain”. Protein lain yang kemudian
di-rekrut dari sitoplasma dan berfungsi juga sebagai “death domain”
adalah FADD (Fas associated death domain). FADD merupakan
molekul adaptor yang berperan me-rekrut caspase. Untuk
mempermudah proses ini molekul FADD mengandung molekul
pengikat yang disebut DED (death effector domain) yang juga dimiliki
oleh procaspase-8, sehingga keduanya dapat saling berikatan.
REGULASI
Sel yang mengalami apoptosis dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya maupun mikroskop
elektron melalui ciri-ciri morfologis yang ditampakkan. Ciri- ciri tersebut antara lain :
Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun sitoskeleton dicerna oleh
enzim peptidase spesifik yang disebut caspaspse yang telah diaktifkan di dalam sel.
Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai mengalami degradasi dan
kondensasi.
Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada tahap ini, membran yang
mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun caspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori
inti sel dan mulai mendegradasi lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.
Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya terfragmentasi (proses ini dikenal dengan
karyorrhexis). Inti sel pecah melepaskan berbagai bentuk kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan
degradasi DNA.
Plasma membran mengalami blebbing.
Sel tersebut kemudian di’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung yang disebut apoptotic bodies
dan kemudian di’makan’.
LANJUTAN..
REFERENSI
1. Carson DA, Riberto JM. Apoptosis and disease. The Lancet 1993 : 341; 1251-1254
2. Cotran RS, et al. Robbins patologic basis of disease. 6th ed. WB Saunders Company. Tokyo-London-Sydney:
1999; 18-25
3. D’amico AV, McKenna WG. Apoptosis and re-investigation of the biologic Basis of cancer therapy,
radiotherapy and oncology, 1994; 33: 3-10
4. Sanif R. Sinopsis onkologi ginekologi. Sub bagian Onkologi Ginekologi Bagian Obstetri dan Ginekologi
FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangun kusumo. Jakarta. 2001 ; 45-63
5. Kresno SB. Ilmu onkologi dasar. Bagian patologi klinik FKUI. 2001 ; 13-15
6. Goepel JR. Responses to celluler injury. In : Underwood JCE. General and systematic pathology. 2nd ed.
Churchill livingstone. NewYork-London-Madrid: 1996 ; 117-119
7. Hongmei Z. Extrinsic and Intrisic Apoptosis Signal Patway in Apoptosis And Medicine. 2012 ; Edited Volume:3-
23