Anda di halaman 1dari 10

APOPTOSIS

Oleh: Dirgah Agum Parawansa (PO62211014)


DEFINISI
 Kata apoptosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti gugurnya kelopak bunga atau daun
dari pohon. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Kerr, Wyllie, dan Currie tahun 1972 untuk
menggambarkan kematian sel yang terprogram atau lebih dikenal dengan Programmed Cell
Death (PCD). Kematian sel, khususnya apoptosis merupakan salah satu proses yang penting
karena apoptosis tidak hanya menggambarkan patogenesis suatu penyakit, namun juga dapat
memberikan petunjuk cara pengobatan penyakit.
 Dalam literatur lain menyebutkan apoptosis merupakan suatu bentuk kematian sel yang
didesain untuk menghilangkan sel-sel host yang tidak diinginkan melalui aktivasi serangkaian
peristiwa yang terprogram secara internal melalui serangkaian produk gen.
KARAKTERISTIK
Karakteristik apoptosis mempengaruhi sel tunggal yang terpencar tidak ada
kelompok sel yang bergabung. Pada nekrosis pengenalan lebih awal perubahan
morfologi adalah tersusun padat (kompak) dan agregasi kromatin inti, dengan
terbentuk gambaran yang jelas, masa granular yang seragam dengan jelas menjadi
kecil membungkus inti dan pemadatan sitoplasma. Kelanjutan pemadatan itu
didampingi oleh lilitan (kekusutan) gambaran baru inti dan sel ini diikuti oleh
pemecahan inti kedalam fragmen berlainan yang dikelilingi oleh lapisan pembungkus
double dan tunas sel secara keseluruhan menghasilkan apoptotic bodies yang
dikelilingi membran, sedangkan yang lain kekurangan komponen inti. Sebagai
tambahan, tingkatan/luas dari inti dan tunas seluler bervariasi dari tipe sel, sering
secara relatif dibatasi pada sel–sel kecil dengan rasio inti sitoplasma yang tinggi
seperti limfosit. Organel sitoplasma terbentuk pada apoptotic bodies yang baru tetap
terpelihara dengan baik.
MEKANISME

Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besar apoptosis dibagi
menjadi empat tahap, yakni adanya sinyal kematian (penginduksi apoptosis) yang bersifat
fisiologis (hormon dan sitokin), biologis (virus, bakteri, parasit), kimia (obat), atau fisik (radiasi
dan toksin).8 Tahap kedua adalah tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen
apoptosis yang berhubungan), selanjutnya adalah tahap pelaksanaan apoptosis yakni terjadi
perubahan morfologi dan kimia (degradasi DNA, pembongkaran sel, pembentukan badan
apoptotik).8 Tahap terakhir adalah tahap fagositosis atau eliminasi oleh makrofag, dendritik atau
sel yang berdekatan dengan sel apoptosis.8 Peristiwa apoptosis melibatkan adanya pemadatan
inti sel, pemadatan dan pembagian sitoplasma ke dalam selaput ikat badan apoptotis, dan
kerusakan kromosom ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom.
LANJUTAN..

Mekanisme apotosis ada 4 proses Gambar mekanisme proses apoptosis


 Peran aktivitas
 Kadar ion kalsium
 Reseptor makrofag
 Regulasi genetik
Jalur penyisalan

Gambar
Berbagai stimulus dapat mengawali fase inisiasi melalui aktivasi
berbagai reseptor transmembran. Contoh khas dari stimulasi ini
adalah pengikatan Fas (CD95) yang merupakan protein homotrimerik
dengan FasL, TNF-α dengan TNFR dan beberapa yang lain. Pada
pengikatan Fas/FasL terjadi oligomerisasi dari reseptor yang
mengakibatkan bagian intraseluler dari CD95 menggumpal dan
dikenal dengan sebutan “death domain”. Protein lain yang kemudian
di-rekrut dari sitoplasma dan berfungsi juga sebagai “death domain”
adalah FADD (Fas associated death domain). FADD merupakan
molekul adaptor yang berperan me-rekrut caspase. Untuk
mempermudah proses ini molekul FADD mengandung molekul
pengikat yang disebut DED (death effector domain) yang juga dimiliki
oleh procaspase-8, sehingga keduanya dapat saling berikatan.
REGULASI

Gambar anggota famili bcl-2


 Signal kematian dihubungkan dengan pelaksanaan apoptosis
oleh tahap integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini
terdapat molekul regulator positif atau negatif yang dapat
menghambat, memacu, mencegah apoptosis sehingga
menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami
apoptosis (mati).
 Apoptosis diperantarai oleh famili protease yang
disebut caspase, yang diaktifkan melalui proteolisis dari
bentuk prekursor inaktifnya (zymogen). Caspase merupakan
endoprotease yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan membelah
pada terminal C pada residu Asp, oleh karena itu dikenal
sebagai Caspases (Cys containing Asp specific protease).
MAKNA BIOMEDIS

Sel yang mengalami apoptosis dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya maupun mikroskop
elektron melalui ciri-ciri morfologis yang ditampakkan. Ciri- ciri tersebut antara lain :
 Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun sitoskeleton dicerna oleh
enzim peptidase spesifik yang disebut caspaspse yang telah diaktifkan di dalam sel.
 Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai mengalami degradasi dan
kondensasi.
 Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada tahap ini, membran yang
mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun caspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori
inti sel dan mulai mendegradasi lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.
 Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya terfragmentasi (proses ini dikenal dengan
karyorrhexis). Inti sel pecah melepaskan berbagai bentuk kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan
degradasi DNA.
 Plasma membran mengalami blebbing.
 Sel tersebut kemudian di’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung yang disebut apoptotic bodies
dan kemudian di’makan’.
LANJUTAN..

Sel yang mengalami apoptosis juga dapat dikenali dengan :


 Penandaan inti yang mengalami kondensasi dengan pewarna fluorescence Hoechst atau DAPI.
 Sel yang mengalami apoptosis mengeluarkan PS (Phosphatidil Serin) pada permukaan ekstraselulernya,
sehingga dapat ditandai dengan annexin V yang dilabeli fluorescence. PS secara normal terdapat pada
cytosolic surface dari membran plasma (di bagian dalam membran plasma), tetapi diredistribusikan ke
permukaan ekstraseluler selama apoptosis oleh protein hipotetik yang dikenal sebagai scramblase.
 DNA yang terfagmentasi dapat dideteksi dengan TUNEL (Terminal deoxynuclotidyltransferase-mediated UTP
end labelling) atau elektroforesis DNA yang diisolasi dalam gel agarosa. TUNEL juga dapat digunakan untuk
mendeteksi enzim yang terlibat dalam pengrusakan inti sel.

 
 
REFERENSI
 
1. Carson DA, Riberto JM. Apoptosis and disease. The Lancet 1993 : 341; 1251-1254
2. Cotran RS, et al. Robbins patologic basis of disease. 6th ed. WB Saunders Company. Tokyo-London-Sydney:
1999; 18-25
3. D’amico AV, McKenna WG. Apoptosis and re-investigation of the biologic Basis of cancer therapy,
radiotherapy and oncology, 1994; 33: 3-10
4. Sanif R. Sinopsis onkologi ginekologi. Sub bagian Onkologi Ginekologi Bagian Obstetri dan Ginekologi
FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangun kusumo. Jakarta. 2001 ; 45-63
5. Kresno SB. Ilmu onkologi dasar. Bagian patologi klinik FKUI. 2001 ; 13-15
6. Goepel JR. Responses to celluler injury. In : Underwood JCE. General and systematic pathology. 2nd ed.
Churchill livingstone. NewYork-London-Madrid: 1996 ; 117-119
7. Hongmei Z. Extrinsic and Intrisic Apoptosis Signal Patway in Apoptosis And Medicine. 2012 ; Edited Volume:3-
23
 
 

Anda mungkin juga menyukai