Bahan Alkitab: Bilangan 35: 9-34, Mazmur 133:1, 1 Raja- Raja 21:1-16 Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi ma-nusia diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila. Sila kedua, “Kemanu-siaan yang adil dan beradab”, sila keempat “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hik-mat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” dan sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebenarnya sudah mencakup ayat-ayat yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang tertulis dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Namun sekadar pernyataan bahwa negara Indonesia berdiri di atas dasar negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya menjamin perwujudan hak asasi manusia. Demokrasi dan HAM tidak dapat terwujud secara otomatis namun melalui sebuah proses yang panjang dalam pembelajaran, pembiasaan, serta penghayatan. Untuk mewujudkan praktik demokrasi yang sesuai dengan tuntutan reformasi maka berbagai peraturan dan UU yang tidak sesuai dengan jiwa reformasi telah direvisi. Ada beberapa perubahan yang mencolok yaitu:
1. Pemilihan umum yamg lebih demokratis, Pemilu
Presiden dan Legislatif dilakukan secara langsung oleh rakyat selain memilih Presiden, Wakil Presiden, anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). 2. Partai politik yang lebih mandiri dan terdiri dari banyak partai politik dibandingkan dengan zaman sebelum reformasi dimana ada pembatasan jumlah partai politik. Di zaman kini, partai politik yang boleh mengikuti pemilu hanyalah partai politik yang lolos Electoral Threshold artinya ambang batas parlemen. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tahun 2012, ambang batas parlemen ditetapkan sebesar 3,5% dan berlaku nasional untuk semua anggota DPR dan DPRD. Setelah digugat oleh 14 partai politik, Mahkamah Konstitusi kemudian menetapkan ambang batas 3,5% tersebut hanya berlaku untuk DPR dan ditiadakan untuk DPRD. Electoral Threshold ditetapkan agar menciptakan sistem pemilihan umum yang baik. 3. Pengaturan HAM termasuk didalamnya membentuk lembaga HAM . 4. Kebebasan pers dijamin penuh oleh pemerintah melalui UU. 5. Lembaga demokrasi lebih berfungsi, pemilihan pejabat-pejabat birokrasi dilakukan secara langsung (pilkada), yaitu pilkada gubernur, walikota, dan bupati. 6. Adanya badan khusus penyelenggara pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan Panwaslu sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen yang dibentuk secara swadaya. Memupuk Sikap Demokratis Sejak Dini Sejak dini orang tua perlu menerapkan pola asuh yang demokratis, yaitu yang memberi kesempatan kepada anak untuk menyuarakan pendapat mereka yang mungkin saja berbeda dari pendapat orang tua. Penghargaan terhadap pendapat anak akan memupuk rasa percaya diri anak yang berakibat pada munculnya rasa menghargai orang lain juga (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Kekristenan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia Meskipun Alkitab tidak berbicara tentang demokrasi dan hak asasi manusia secara eksplisit, tetapi kita dapat menemukan di sana-sini konsep-konsep yang merujuk kepada demokrasi dan hak asasi manusia. Dalam Bilangan 35:9-34 Allah memberikan perintah kepada Musa untuk membangun “kota-kota perlindungan” agar orang yang tidak sengaja menyebabkan kematian orang lain tidak dibalas dengan dibunuh. Ia dapat melarikan diri ke kota- kota perlindungan. Adapun jumlah kotanya cukup banyak, yaitu enam kota, tiga di kota sebelah barat sungai Yordan, dan tiga lagi di sebelah timur. Kota-kota itu adalah Kadesh, Sikhem, dan Hebron di sebelah barat, sedangkan Golan, Ramot di Gilead, dan Bezer di sebelah timur. Apabila seseorang membunuh atau mengakibatkan seseorang tewas dan ia merasa tidak bersalah atau tidak sengaja telah menyebabkan kemati- an, maka ia dapat melarikan diri ke kota-kota tersebut untuk berlindung. Ia tidak akan dibunuh. Ia harus tinggal di kota itu “sampai matinya Imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus” (ay. 25). Penjelasan Bahan Alkitab Bilangan 35: 9-34
Musa diperintahkan membangun enam kota perlindungan. “Tiga
kota harus kamu tentukan di seberang sungai Yordan dan tiga kota harus kamu tentukan di tanah Kanaan; semuanya kota-kota perlindungan” (ay. 14).
Untuk apa kota-kota perlindungan ini didirikan? Kota-kota ini harus dibangun “...supaya setiap orang yang telah membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana” (ay. 15). Ini adalah perintah yang menarik, sebab kita tahu bahwa pola kehidupan di masyarakat Israel kuno sangat keras. Dalam Keluaran 21:23-25, misalnya, kita menemukan perintah berikut: 23Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, 24mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, 25lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
Demikian pula dalam Kitab Imamat 24:19-20 dikatakan:
19Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat,
maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus
dilakukan kepadanya: 20patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya.