Desain Sistem Kendali
Desain Sistem Kendali
• Dosen :
Isa Rachman, ST. MT
• Penilaian :
- Presensi : 10 %
- Tugas : 25 %
- UTS : 30 %
- UAS : 35 %
• Daftar Pustaka :
- Teknik Kontrol Automatik, Jilid I : Katsuhiko Ogata
- Teknik Kontrol Automatik, Jilid II : Katsuhiko Ogata
- Kontrol Otomatik : Ir. Sahat Pakpahan
- Control System Design : Graham C. G, Stefan F. G dan Mario E. S
Desain Sistem Kendali
• Desain sistem kendali adalah mencari suatu proses pengaturan terhadap satu
atau beberapa besaran (variabel atau parameter) sehingga berada pada suatu
harga atau range tertentu.
Besaran (variabel atau parameter) tersebut antara lain yaitu :
- Viskositas - Kecepatan
- Tekanan - Temperatur
- Aliran - Level dll.
Gangguan
Feedback
Sensor
Persoalan Dasar Desain Sistem Kendali
• Persoalan dasar desain sistem kendali adalah menentukan hukum kontrol optimal
melalui berbagai kendala dengan meminimalkan indeks performansi yang diberikan.
• Untuk sistem yang relatif sederhana, hukum kontrol optimal dapat diperoleh
secara analitis. Sedangkan untuk sistem yang kompleks, hukum kontrol optimal
dapat diperoleh secara simulasi dengan menggunakan komputer digital.
Pendekatan Dasar Desain Sistem Kendali
• Pendekatan dasar desain sistem kendali praktis perlu melibatkan metode coba–
coba (trial and error).
Sensors Communications
Pengukur Actuator Hubungan
Penggerak
Objectives Computing
Tujuan Komputerisasi
Forensic Studies
Observasi Permasalahan
Sistem Kendali
Masukan Keluaran
+ Kontroler Aktuator Plant
-
Elemen Ukur
Masukan Keluaran
Kontroler Aktuator Plant
• Sistem kendali adalah otomatis (automatic control system) jika sistem itu adalah
jaringan tertutup (closed loop) dan cara pengendalian variabelnya dilakukan oleh
peralatan otomatis (elektris, pneumatis, hidraulis, mekanis atau kombinasinya).
• Setiap proses kendali terdiri dari unit yang membentuknya disebut elemen sistem
kendali.
v r e m + c
Gv +
-
G1 G2 G3 +
b Feedback
• Secara umum elemen sistem kendali jaringan tertutup (closed loop) terdiri atas :
a. Masukan (reference input element, Gv)
Mengubah besaran yang dikendalikan menjadi sinyal masukkan acuan, r.
b. Pengendali (controller, G1)
Memproses kesalahan (error, e) yang terjadi dan akan dihasilkan sinyal yang berfungs
sebagai pengendali proses.
c. Aktuator (actuator, G2)
Elemen yang menyetel perangkat terkendali dalam hal merespon sinyal dari pengend
d. Sistem (plant atau proses, G3)
Berupa proses mekanis, elektris, hidraulis, pneumatis atau kombinasinya.
e. Jalur umpan balik (feedback element, H)
Mengukur keluaran yang dikendalikan dan mengubahnya menjadi sinyal umpan balik.
f. Jalur maju (forward gain)
Bagian sistem kendali tanpa elemen umpan balik.
Variabel Sistem Kendali
R r
Q q
i
Valve In Pelampung
H h1 C R
h1 error H
+ PID Valve In Tangki Air
-
Pelampung
Sensor
x y
A
• Tanda panah menunjukkan arah proses yang dinyatakan oleh variabel x (masukan)
dan y (keluaran). Variabel dinyatakan dengan huruf kecil.
a
Diagram Aliran (Flow Graph)
X4
Diagram Aliran (Flow Graph)
x y z x z
b. Jalur paralel
a
x y a+b
x y
b
c. Absorbsi cabang
x a x ac
c
z
z y
y b bc
Fungsi Alih (Transfer Function, TF)
r c
G Fungsi alih : c G
r
Contoh :
Fungsi alih : b cH
e r b e r cH
c eG c r cH G
c G
r 1 GH
Penyederhanaan Diagram Blok
• Rangkaian seri :
• Rangkaian paralel :
G2 (s)
C (s) C (s)
B (s) B (s)
Ke kiri
B (s) B (s)
G2 (s) G2 (s) / G1 (s)
B (s) B (s)
H1 (s) H1 (s) / G2 (s)
Penyederhanaan Diagram Blok
Ke kiri
B (s) B (s)
H1 (s) G1 (s) * H1 (s)
Contoh :
Sederhanakan dan dapatkan TF diagram blok berikut ini :
Aplikasi Fungsi Alih (Transfer Function, TF)
TF 10 V 0.0333 V/
300
Nilai TF tersebut dapat digunakan untuk menghitung keluaran potensiometer jika
masukannya diketahui.
Aplikasi Fungsi Alih (Transfer Function, TF)
Grafik Aliran Sinyal
• Pendekatan grafik aliran sinyal yang kembangkan oleh S.J Mason adalah
pendekatan lain selain penyederhanaan diagram blok untuk mencari hubungan
antar variabel sistem kontrol yang kompleks.
• Grafik aliran sinyal terdiri dari suatu jaringan cabang-cabang berarah yang
menghubungkan simpul-simpul. Tiap simpul menyatakan suatu variabel sistem
dan tiap cabang yang menghubungkan 2 simpul berfungsi sebagai pengali sinyal.
• Sinyal mengalir hanya pada 1 arah saja. Arah aliran sinyal ditunjukkan dengan
anak panah yang ditempatkan pada cabang tersebut dan faktor pengali
ditunjukkan pada sepanjang cabang tersebut.
Grafik Aliran Sinyal
• Suatu simpul campuran yang mempunyai cabang masuk dan cabang keluar
dapat dianggap sebagai simpul keluaran (sink) dengan menambahkan 1 (satu)
cabang keluaran yang mempunyai transmitansi 1.
• Untuk sistem yang diberikan grafik aliran sinyal tidak unik. Beberapa grafik aliran
sinyal yang berbeda dapat digambar untuk sistem yang diberikan dengan
menulis persamaan diferensial sistem.
Grafik Aliran Sinyal
x y z x z
c. Jalur paralel
a
x y a+b
x y
b
Grafik Aliran Sinyal
d. Absorbsi cabang
x a x ac
c
z
z y
y b bc
e. Penghilangan lup
Grafik Aliran Sinyal
• Contoh :
Gambar grafik aliran sinyal sistem berikut ini :
a. x1 a11x1 a12x2 a13x3 b1u1
b. x2 a21x1 a22x2 a23x3 b2u2
c. x3 a31x1 a32x2 a33x3
(a) (b)
Grafik Aliran Sinyal
(c)
(d)
Grafik Aliran Sinyal
dimana,
P : penguatan lintasan maju ke k
k
∆ : 1-(jumlah semua penguatan lup yang berbeda) + (jumlah hasil kali penguatan
dari semua kombinasi 2 lup yang tidak bersentuhan) - (jumlah hasil kali
penguatan dari semua kombinasi 3 lup yang tidak bersentuhan) + …
: 1 La L Lc L Le L ...
a b, c b d ,e, f d f
k : Kofaktor yang diperoleh dari ∆ yang tidak menyentuh penguatan lintasan
maju ke k.
Grafik Aliran Sinyal
• Contoh :
Carilah TF diagram blok berikut dengan menggunakan rumus penguatan Mason :
• Contoh :
Carilah TF diagram blok berikut dengan menggunakan rumus penguatan Mason :
Sehingga,
1 1
P P P P
k k k 1 1 2 2
1 G s G s
G s G s 1 2
1 G s G s H s 1 2 1 G s G s H s
1 2 1 2
• Contoh :
Carilah TF diagram blok berikut dengan menggunakan rumus penguatan Mason
Grafik Aliran Sinyal
• Kerjakan :
Carilah TF diagram blok berikut dengan menggunakan rumus penguatan Mason
Sistem MIMO
• Sistem MIMO adalah sistem dengan masukan dan keluaran lebih dari 1 (satu).
Contoh : Sistem kontrol penyiraman taman secara otomatis.
• Pada sistem MIMO berlaku prinsip superposisi : “Pengaruh sistem terhadap salah
satu masukan dapat diperoleh dengan menganggap nol pada masukan lain dan
keluaran total sistem terhadap pengaruh serentak seluruh masukan dapat diperoleh
dengan menjumlahkan keluaran yang disebabkan oleh masing-masing masukan”.
Sistem MIMO
• Contoh :
Pilih R (s) sebagai satu-satunya masukan dengan menganggap N (s) adalah nol.
Maka,
C s G s G s
R 1 2
R s 1 G s G s .H s
1 2
Sistem MIMO
• Pilih N (s) sebagai satu-satunya masukan dengan menganggap R (s) adalah nol.
Maka,
C s G s
N 2
N s 1 G s G s .H s
1 2
Sehingga keluaran total adalah,
R s G s G s N s G s
C s C s C s 1 2 2
R N 1 G s G s .H s 1 G s G s .H s
1 2 1 2
G s
2
R s G s N s
1 G s G s .H s 1
1 2
Sistem MIMO
• Selain menggunakan prinsip superposisi, fungsi alih sistem MIMO dapat diperoleh
dengan menggunakan matriks alih.
• Masukan dan keluaran pada sistem MIMO dapat dianggap sebagai komponen-
komponen vektor.
• Matriks alih adalah matriks yang merelasikan transformasi Laplace vektor keluaran
dengan transformasi Laplace vektor masukan.
• Contoh :
Sistem MIMO
• Contoh :
1
C s R s H s C s G s N s G s
2
R sG s G s G s G sC s H s N s G s
1 2 1 2 2
C s 1 G sG s H s R sG s G s N s G s
1 2 1 2 2
R s G s G s N s G s
1 2 2
C s
1 G s G s H s
1 2
Sistem MIMO
• Kerjakan :
Carilah matriks alih, diagram blok dan simulasi sistem MIMO berikut ini !
(a) (b)
Transformasi Laplace
• Model matematis suatu sistem umumnya dalam keadaan dinamis baik karena
adanya gangguan atau perubahan masukannya. Persamaan yang melukiskan
kelakuan sistem tersebut biasanya dalam bentuk Persamaan Diferensial.
• Solusi dari persamaan diferensial terdiri atas :
a. Keadaan tunak / mantap (steady state)
Didapatkan jika semua kondisi awal adalah nol.
b. Keadaan transien
Mewakili pengaruh dari kondisi awal.
• Apabila persamaan diferensial yang diperoleh adalah linear atau nonlinear yang
dilinearkan pada daerah kerja tertentu, maka untuk mempermudah penyelesaian-
nya dapat digunakan Transformasi Laplace.
Transformasi Laplace
dn n 1
Diferensiasi waktu n
x(t ) s X ( s) s n 1 k x((0k) )
n
dt k 0
s n X (s)
Untuk TL dua sisi
Transformasi Laplace
s n 1
e-at u(t) 1 Re(s)+Re(a)>0
sa Re(s)>0
u(t) Cos ω0t
s
s 2 02 Re(s)>0
u(t) Sin ω0t
0
s 2 02
Pemodelan Sistem
Hk. Newton :
F ma
fv ky x ma
d2y dy
xm f ky
dt 2 dt
Transformasi Laplace :
ms 2 fs k Y s X s
Fungsi alih :
Y s 1
X s ms 2 fs k
Diagram blok :
Pemodelan Sistem dengan Fungsi Alih
• Contoh :
Carilah fungsi alih sistem rotasi mekanik berikut ini,
Keterangan :
J : momen inersia beban (kgm2)
b : koefisien gesekan viskos (Nm/rad/s)
ω : kecepatan sudut (rad/s)
T : torsi pada sistem (Nm)
α : percepatan sudut (rad/s2)
Hk. Newton :
T J
d
T b J
dt
d
T J b
dt
Pemodelan Sistem dengan Fungsi Alih
Transformasi Laplace :
T s Js s b s
s Js b
Fungsi alih :
s 1
T s Js b
Diagram blok :
T (s) 1 Ω (s)
Js b
Pemodelan Sistem dengan Fungsi Alih
• Contoh :
Carilah fungsi alih sistem listrik berikut ini,
Transformasi Laplace :
1
Ls R I s Vs s
Cs
1
I s V s I s CsV s
Cs C C
1 CLs 2 CRs 1V s V s
Ls R CsV s V s s s
Cs
C
C
Fungsi
V alih
s :
C 1
Vs s CLs 2 CRs 1
Diagram blok :
Pemodelan Sistem dengan Ruang Keadaan
• Untuk sistem linier tak bergantung waktu/LTI (Linear Time Invariant), bentuk
persamaan ruang keadaan (state space) adalah,
x Ax Bu
y Cx Du
dengan,
A : matriks keadaan (state matrix) atau matriks sistem
B : matriks masukan (input)
C : matriks keluaran (output)
D : matriks transmisi langsung (direct transmission matrix)
D (t)
A (t)
Pemodelan Sistem dengan Ruang Keadaan
• Contoh :
Carilah fungsi alih sistem translasi mekanik berikut ini,
Keterangan :
u : gaya masukan (N)
y : jarak perpindahan (m)
f : konstanta peredam (N/m)
k : konstanta pegas (N/m)
m : massa (kg)
Hk. Newton :
F ma
fv ky u ma
d2y dy
u m f ky
dt 2 dt
Pemodelan Sistem dengan Ruang Keadaan
Persamaan diferensial :
x my fy ky
x f k
y y y
m m m
Metode reduksi :
x y x x
1 1 2
x y x y
2 2
Persamaan diferensial reduksi :
x f k
x x x
m 2 m 2 m 1
x f k
x x x
m m 2 m 1 2
Pemodelan Sistem dengan Ruang Keadaan
x B x C u y C x D u
b
+
+ m
k
m
Pemodelan Sistem dengan Ruang Keadaan
• Contoh :
Carilah fungsi alih sistem rotasi mekanik berikut ini,
Keterangan :
J : momen inersia beban (kgm2)
b : koefisien gesekan viskos (Nm/rad/s)
ω : kecepatan sudut (rad/s)
T : torsi pada sistem (Nm)
α : percepatan sudut (rad/s2)
Hk. Newton :
T J
d
T b J
dt
d
T J b
dt
Pemodelan Sistem dengan Ruang Keadaan
Persamaan diferensial :
T J b
T b
J J
Metode reduksi :
x x
1 1
Persamaan ruang keadaan :
b 1
x x T dan 1 x 0 T
1 J 1 J
1
x B x C u y C x D u
Realisasi Persamaan ruang keadaan ??
Aksi Dasar Pengontrolan dan Kontrol
Automatik di Industri
• Kontrol automatik membandingkan harga sebenarnya keluaran sistem dengan
harga yang diinginkan, menentukan deviasi dan menghasilkan sinyal kontrol yang
akan memperkecil deviasi sampai nol atau sampai suatu harga yang kecil.
• Cara kontrol automatik menghasilkan sinyal kontrol disebut aksi pengontrolan
(control action).
• Kontrol automatik di industri dapat diklasifikasikan sesuai aksi pengontrolannya
yaitu,
1. Kontrol dua posisi “On-Off”
2. Kontrol P (Proportional)
3. Kontrol I (Integral)
4. Kontrol D (Derivatif atau Diferensial)
5. Kontrol kombinasi P, I dan D
Aksi Dasar Pengontrolan dan Kontrol
Automatik di Industri
• Sebagian besar kontrol automatik di industri menggunakan listrik atau fluida tekan
seperti minyak atau udara sebagai sumber daya.
• Jenis kontrol automatik yang digunakan harus berdasarkan sifat “sistem” dan
kondisi kerja yang mencakup beberapa pertimbangan yaitu,
a. Keamanan e. Ketelitian
b. Biaya f. Berat
c. Ketersediaan g. Ukuran.
d. Keandalan
• Elemen-elemen kontrol automatik di industri adalah,
a. Detektor kesalahan atau elemen ukur
Suatu perangkat yang merubah variabel keluaran menjadi besaran lain yang
sesuai untuk dibandingkan dengan sinyal masukan acuan.
Aksi Dasar Pengontrolan dan Kontrol
Automatik di Industri
b. Penguat
Sinyal kesalahan penggerak biasanya mempunyai tingkat daya yang sangat
kecil. Penguat berfungsi untuk memperkuat daya sinyal kesalahan penggerak
sehingga mempunyai tingkat daya yang cukup tinggi untuk menggerakkan
aktuator (peralatan daya) seperti motor pneumatik, hidrolik atau listrik.
• Diagram blok kontrol automatik di industri :
Kontrol Dua Posisi “On-Off”
• Kontrol dua posisi, elemen penggeraknya hanya mempunyai dua posisi tetap yaitu
“On” dan “Off”.
• Kontrol dua posisi relatif sederhana dan murah oleh karena itu banyak digunakan
di industri maupun di rumah.
• Bentuk umum :
mt M ,untuk et 0
1
M ,untuk et 0
2
dimana,
m (t) : Sinyal keluaran kontroler
e (t) : Sinyal kesalahan penggerak.
• Sinyal m (t) akan tetap pada harga maksimum, M1 atau minimum, M2 tergantung
pada tanda sinyal kesalahan penggerak,positif atau negatif. M1 atau M2 adalah
konstanta. Harga minimum M2 biasanya nol atau - M1.
Kontrol Dua Posisi “On-Off”
• Kontrol dua posisi biasanya berupa perangkat listrik yaitu katup dengan penggerak
selenoid listrik (selenoid valve) melalui saklar, relai atau. switch
• Diagram blok kontrol dua posisi :
Daerah harga sinyal kesalahan penggerak antara posisi “On” dan “Off” disebut
celah diferensial (differential gap). Celah diferensial menyebabkan sinyal m (t)
tetap pada harga saat ini sampai sinyal e (t) bergeser sedikit dari harga nol. Celah
diferensial berfungsi untuk mencegah operasi mekanisme “On – Off” yang terlalu
sering sehingga akan dapat menyebabkan kelelahan bahan.
Kontrol Dua Posisi “On-Off”
Selenoid Valve
Kontrol PID
• Hubungan antara sinyal keluaran kontroler, m (t) dan sinyal kesalahan penggerak,
e (t) adalah,
mt K p et
Dalam bentuk transformasi Laplace adalah,
M s K p E s
dimana Kp adalah penguatan proportional.
• Selain Kp, umumnya istilah lainnya disebut sebagai PB (Proportional Band) yaitu,
100%
PB
Kp
• Diagram blok kontrol P adalah,
Kontrol P (Proportional)
• Hubungan antara sinyal keluaran kontroler, m (t) dan sinyal kesalahan penggerak,
e (t) adalah,
t Kp t
mt K e t dt e t dt
i T 0
0 i
Dalam bentuk transformasi Laplace adalah,
K Kp
i
M s E s E s
s Ts
i
dimana Ki adalah penguatan integral dan Ti adalah waktu integral.
• Diagram blok kontrol I adalah,
Kontrol I (Integral)
• Hubungan antara sinyal keluaran kontroler, m (t) dan sinyal kesalahan penggerak,
e (t) adalah,
det det
mt K K pT
d dt d dt
• Hubungan antara sinyal keluaran kontroler, m (t) dan sinyal kesalahan penggerak,
e (t) adalah,
t Kp t
mt K pet K et dt K pet et d t
i T 0
0 i
Dalam bentuk transformasi Laplace adalah,
K Kp
M s K E s i E s KpE s E s
d s Ts
i
• Diagram blok kontrol PI adalah,
Kontrol PI
• Hubungan antara sinyal keluaran kontroler, m (t) dan sinyal kesalahan penggerak,
e (t) adalah,
det det
mt K pet K K pet K pT
d dt d dt
Dalam bentuk transformasi Laplace adalah,
M s K E s K sE s KpE s K pT sE s
d d d
• Diagram blok kontrol PD adalah,
Kontrol PD
• Hubungan antara sinyal keluaran kontroler, m (t) dan sinyal kesalahan penggerak,
e (t) adalah,
t det KpT det
mt K pet K et dt K K pet et dt K pT
i d dt T 0 d dt
0 i
Dalam bentuk transformasi Laplace adalah,
K Kp
M s K E s i E s K sE s KpE s E s K pT sE s
d s d Ts d
i
• Diagram blok kontrol PID adalah,
Kontrol PID
Close loop Kp Ki Kd
response
Error steady
Menurun Hilang Perubahan kecil
state
Desain Kontrol PID Lainnya
• Selain menggunakan diagram blok yang dapat disimulasikan dengan simulink pada
Matlab, desain kontrol PID dapat dibuat dengan menggunakan program m-file pada
Matlab.
• Contoh :
Sistem kontrol kapal yang dapat diasumsikan sebagai sistem massa dan damper
(peredam) dengan TF sebagai berikut,
Y s 1
U s ms b
dimana,
u (t) : gaya yang dihasilkan mesin kapal (N) = 10 N
y (t) : kecepatan kapal (m/s)
m : massa kapal (kg) = 1000 kg
b : konstanta gesekan (Ns/m) = 50 Ns/m
Desain Kontrol PID Lainnya
c. Waktu puncak (peak time), tp : Waktu yang diperlukan respon untuk mencapai
puncak lewatan
maksimum.
tp
d
Analisis Transient
Untuk 5 % :
3 3
ts 3T 5%
n
bernilai positif, ini adalah syarat perlu. Jika semua koefisien bernilai negatif,
maka koefisien-koefisien tersebut dapat menjadi positif dengan mengalikan
kedua ruas polinomial dengan -1.
3. Jika semua koefisien bernilai positif, maka susunlah koefisien-koefisien
polinomial tersebut dalam baris dan kolom sesuai pola berikut :
Analisis Kestabilan
Sistem tidak stabil karena terjadi 2 (dua) kali perubahan tanda pada kolom pertama
sehingga ada 2 pole yang bagian realnya positif.
Analisis Kestabilan
• Kasus khusus 1 :
Bila ada suku pada kolom pertama bernilai 0 dengan suku-suku lain tidak 0 atau
tak ada lagi suku tersisa, maka suku 0 diganti dengan bilangan positif sangat kecil
dan baris berikutnya dihitung.
• Contoh :
Sistem dinamik
s3 2s2 s 2 0
Tabel Routh
Mengingat koefisien di atas dan di bawah 0 sama, maka hal ini menunjukkan ada
sepasang akar yang terletak disumbu imajiner s = ± j. Bila koefisien di atas dan
Analisis Kestabilan
di bawah 0 berbeda, maka hal ini menunjukkan ada satu perubahan tanda.
• Contoh :
Sistem dinamik
2
s3 3s 2 s 1 s 2 0
Tabel Routh
imajiner sekawan.
• Contoh :
Sistem dinamik
s5 2s4 24s3 48s2 25s 50 0
Tabel Routh
Semua baris ke-2 dari tabel Routh adalah 0. P (s) dibentuk dari koefisien baris ke-2.
P s 2s4 48s2 50
Menunjukkan ada 2 (dua) akar berbeda tanda tapi bermagnitude sama yang dapat
diselesaikan dengan P (s) = 0. Koefisien baris ke-3 diperoleh dari turunan P (s).
dP s
8s3 96s
ds
Analisis Kestabilan
Fungsi alih
C s K
R s s s 2 s 1 s 2 K
Persamaan karakteristik
s4 3s3 3s2 2s K 0
Tabel Routh
Agar stabil, maka K > 0 dan semua koefisien dalam kolom pertama harus positif.
14
K 0
9
Analisis Kestabilan
• Contoh :
Suatu sistem kontrol PID
1
Gc s Kp 1
T s
Ts d
i
Gunakan metode Ziegler – Nichols untuk menentukan nilai parameter Kp, Ti dan
Td !
Solusi :
Karena sistem mengandung integrator, maka digunakan metode 2 Ziegler Nichols.
C s Kp
R s s3 6s 2 5s K
p
Analisis Kestabilan
Kestabilan dan osilasi akan terjadi jika Kp = 30, maka penguatan kritis Kcr = 30.
Persamaan karakteristik :
s3 6s2 5s 30 0
Analisis Kestabilan
Frekuensi osilasi
j 3 6 j 2 5 j 30 0
6 5 2 j 5 2 0
dengan,
n = pangkat tertinggi persamaan karakteristik.
Analisis Kestabilan
Misalkan jika n = 3
• Contoh :
Persamaan karakteristik
s3 8s2 14s 24 0
Analisis Kestabilan
Fungsi alihnya,
C s G s
R s 1 G s H s
Persamaan karakteristiknya,
1 G s H s 0
Sistem dikatakan stabil jika akar-akar persamaan karakteristik bernilai negatif.
• Contoh :
Sistem loop tertutup
Analisis Kestabilan
Persamaan karakteristiknya,
2
s s 3 2
1 1 0 0
s s 3
s s 3
s2 3s 2 0
s 2 s 1 s 2; s 1
Kendali PID
Desain Kendali PID Elektronik
Kendali P
Eo s R4 R2
E s R R
i 3 1
Kendali I
Eo s R4 1
E s R R C s
i 3 1 2
Desain Kendali PID Elektronik
Kendali PI
Eo s R4 R2 R2C2 s 1
E s R R R C s
i 3 1 2 2
Kendali PD
Eo s R4 R2
R C s 1
E s R R 1 1
i 3 1
Teknik Kompensasi
• Sistem perlu didesain ulang dengan memodifikasi struktur atau dengan menyisipkan
perangkat (komponen) untuk mengubah semua perilaku sistem sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan spesifikasi performansi yang diinginkan, hal inilah yang
disebut sebagai kompensasi.
• Perangkat (komponen) tambahan yang disisipkan ke dalam sistem untuk tujuan
kompensasi disebut sebagai kompensator.
• Konfigurasi kompensasi terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu,
a. Kompensasi seri
Jika kompensator dipasang secara seri dengan plant (sistem).
b. Kompensasi paralel
Jika kompensator dipasang dalam lintasan umpan balik dari satu atau beberapa
elemen.
• Kompensasi seri lebih sederhana tetapi memerlukan penguat-penguat tambahan.
Teknik Kompensasi
Kompensasi Seri
Kompensasi Paralel
Teknik Kompensasi