Anda di halaman 1dari 63

GANGGUAN

MUSKULOSKETETAL:
OSTEOARTHRITIS
FG 3
Aldilah Rahmawati
Andi Hasnita Dewi
Annisa Nastasia
Eva Andriani M
Farhani Dea Asy-Syifa
Noviani Destya Shanty
Salsa Ghina Butsaina
OUTLINE

1. Definisi, Etiologi, dan Faktor Risiko Oseteoarthritis


2. Manifestasi Klinis Osteoarthritis
3. Patofisiologi Osteoarthritis
4. Penatalaksanaan Mandiri dan Kolaborasi (Farmakologi dan Medis)
5. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
6. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut b.d Degeneratif Sendi dan Lutut
7. Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri dan
Ketidaknyamanan
8. Asuhan Keperawatan Risiko Jatuh dengan Faktor Kesulitan Berjalan dan
Nyeri
DEFINISI, ETIOLOGI, DAN
FAKTOR RISIKO
OSTEOARTHRITIS
DEFINISI OSTEOARTHRITIS

Osteoarthritis (OA) atau yang dikenal juga sebagai


Degenerative Joint Disease (penyakit sendi degeneratif)
merupakan kerusakan dan juga hilangnya tulang rawan
yang progresif di satu atau lebih sendi (tulang rawan
articular).

(Ignatavicius & Workman, 2013)


KLASIFIKASI

• Osteoarthritis telah diklasifikasikan menjadi


osteoarthritis primer (idiopatik) dan osteoarthritis
sekunder.
• Osteoarthritis primer belum diketahui penyebabnya
• Osteoarthritis sekunder biasanya akibat dari cedera sendi
atau penyakit imflamasi sebelumnya

(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010)


ETIOLOGI

• Trauma
Menyebabkan dislokasi atau fraktur yang dapat
mengakibatkan avascular nekrosis atau penekanan yang
tidak merata pada tulang rawan.
• Inflamasi atau peradangan
Mengakibatkan pelepasan enzim sebagai repons lokal
peradangan, hal ini mempengaruhi integritas tulang rawan.

(Lewis et al., 2014)


ETIOLOGI

• Mechanical stress
Penyebab aktivitas fisik yang berulang misalnya seperti
berolahraga yang dapat mengakibatkan kerusakan tulang
rawan.
• Ketidakstabilan sendi
Adanya kerusakan struktur pendukung sehingga terjadi
tekanan yang tidak merata pada tulang rawan articular

(Lewis et al., 2014)


ETIOLOGI

• Gangguan neurologis
Nyeri serta hilangnya reflex dari gangguan neurologis
seperti diabetic neuropathy dan Charcot’s joint
menyebabkan gerakan abnormal yang berkontribusi pada
kerusakan tulang rawan.

(Lewis et al., 2014)


ETIOLOGI

• Skeletal deformities (kelainan bentuk kerangka)


Kondisi bawaan atau didapati seperti misalnya penyakit
Legg-Calve-Perthes atau dislokasi pinggul yang
berkontribusi pada kerusakan tulang rawan.
• Hematologi dan gangguan endokrin
Dimana hemartrosis kronis (misalnya, hemophilia)
bekontribusi pada kerusakan tulang rawan

(Lewis et al., 2014)


FAKTOR RISIKO

• Usia
• Obesitas
• Kerusakan sendi sebelumnya
• Penggunaan berulang (pekerjaan atau rekreasi)
• Kelainan bentuk anatomi
• Kerentanan genetik

(Smeltzer et al., 2010)


PERBEDAAN OSTEOARTHRITIS PADA
PRIA DAN WANITA

Pria Wanita
- Sebelum usia 50 tahun, pria lebih sering - Setalah usia 50 tahun, wanita terkena dua kali
terpengaruh dibanding wanita lebih sering daripada laki-laki
- Setelah usia 55 tahun, OA pinggul lebih sering - Setelah usia 55 tahun, OA di sendi
terjadi pada pria dibanding wanita interphalangeal dan di ibu jari lebih sering
- Sebelum usia 45 tahun, OA lutut lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria
terjadi pada laki-laki dibanding wanita - Setelah usia 45 tahun, OA lutut lebih banyak
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria

(Lewis et al., 2014)


PATOFISIOLOGI OSTEOARTHRITIS
LOKASI OSTEROARTHRITIS

Sendi lutut,

Panggul,
Tulang belakang serviks dan
lumbar,
First carpometacarpal,
Proximal interphalangeal
(PIP),
Distal interphalangeal (DIP),

First metatarsophalangeal (Ignatavicius et al., 2017; Porth & Matfin, 2009).


Air dan proteoglycans pada
Penuaan, cedera sendi,
sendi menjadi berkurang
ataupun faktor risiko OA
dan juga menyebabkan
kolagen.
pelemahan jaringan

Pengeluaran sitokin akan


menstimulasi produksi dan Kondrosit akan merespon
pengeluaran enzim protease dengan mengeluarkan
yang mengakibatkan kerusakan sitokin (e.g. TNF, IL-1).
struktur sendi.

(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014; Ignatavicius et al., 2017 Timby & Smith, 2010; ).
Kerusakan struktur sendi
dimulai dari: Tulang rawan Permukaan tulang menjadi
Ruang antar sendi menjadi
artikular menjadi tumpul, dekat satu sama lain dan
menyempit
kuning, granular, dan lama saling bergesekan
kelamaan menjadi menipis.

Kerusakan struktur sendi


menyebabkan kemampuan Dalam upaya memperbaiki
kondrosit untuk permukaan yang rusak, Pergesekan yang terus
memperbaiki kerusakan terbentuk kista tulang dan menerus menyebabkan
dengan memproduksi benjolan tulang di sekitar penebalan tulang
kolagen baru dan sendi (osteofit) yang subchondral
proteoglycans semakin memperbesar luas sendi.
menurun

(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014; Ignatavicius et al., 2017 Timby & Smith, 2010; ).
PERUBAHAN STRUKTUR SENDI

Normal Kerusakan sendi pada OA

(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014; Timby & Smith, 2010 ).
MANIFESTASI KLINIS
NYERI

• Disebabkan karena gesekan kedua tulang setelah penipisan tulang rawan


artikuler dan penyempitan ruang sendi
• Terjadi saat aktivitas dilakukan dan akan membaik saat beristirahat, namun
juga dapat terjadi saat beristirahat setelah penggunaan sendi dilakukan
• Pada tahap awal OA, nyeri akan hilang setelah beristirahat,
• Pada tahap yang lebih lanjut, peningkatan ketidaknyamanan sendi dapat
menyebabkan nyeri muncul saat beristirahat bahkan hingga menganggu
tidur
• Nyeri juga dapat memburuk saat penurunan tekanan barometric akibat
cuaca yang buruk

(Lewis et al., 2014; Porth & Matfin, 2009).


DEFORMITAS SENDI

Penyebab: pembentukan osteofit dan hilangnya ruang sendi yang biasanya berwarna merah,
bengkak, dan lunak
Distal interphalangeal (DIP):
• Heberden’s nodes

Proximal interphalangeal (PIP):


• Bouchard’s nodes

Lutut:
• Dapat menyebabkan keganasan sendi sehingga penderita mengalami
bowlegged (genu varum) dan gangguan gaya berjalan.
Panggul: Heberden’s nodes
• Keadaan lebih lanjut akan menyebabkan kaki penderita pendek sebelah
akibat hilangnya ruang sendi. (Lewis et al., 2014; Timby & Smith, 2010)
KAKU SENDI RENTANG GERAK TERBATAS

• Kaku sendi dapat disebabkan • Akibat nyeri dan perubahan


karena efusi sendi ringan akibat struktur sendI
kelebihan pergerakan dan krepitasi
atau karena cuaca yang buruk.
• Kaku sendi terjadi saat beristirahat
• Kaku sendi bisa terjadi pada pagi
hari, namun akan hilang kurang dari
30 menit dan hilang dengan
pergerakan.
(Lewis et al., 2014; Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010)
(Porth & Matfin, 2009).
PENATALAKSANAAN
(TINDAKAN NON OPERASI)
FARMAKOLOGI

• Acetaminophen biasa (Tylenol, Atasol)


• Obat topical: patch lidocaine 5% (Lidoderm), salisilat topikal seperti
OTC Aspercreme patch, gel, atau krim, dan krim topikal Buspirone HCl
(Buspar)
• NSAID non-selektif
• selektif COX-2 oral
• NSAID topical
• Celecoxib (Celebrex) dan COX-2 inhibitor (utama)
• Suntikan kortison: steroid (3 bulan sekali)
• Suntikan asam hialuronat (HA)
NON FARMAKOLOGI

• Istirahat yang diimbangi dengan olahraga


• Memposisikan sendi pada posisi fungsionalnya
• Kompres panas atau dingin
• Pengendalian berat badan
PENATALAKSANAAN
(TINDAKAN OPERASI)
• Total Knee Arthroplasty (TKA) atau Total Knee
Replacement (TKR) :
- Penggantian kompartemen medial
- Penggantian lutut parsial dengan bantuan
• Operasi invasif minimal (MIS): penggantian lutut
sebagian atau total.
• Kontraindikasi: Osteoporosis berkelanjutan, obesitas, dan
operasi lutut sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
TEMUAN PEMERIKSAAN FISIK

• Ketegangan lokal dan pembengkakan jaringan tulang atau


jaringan lunak.

• Krepitus tulang (sensasi tulang bergesekan dengan tulang,


yang ditimbulkan gerakan sendi) merupakan karakteristik
osteoartritis.
TEMUAN PEMERIKSAAN FISIK

• Pada perabaan dapat dirasakan peningkatan suhu pada


sendi.

• Otot-otot sekitar sendi yang aatrofi dapat terjadi karena


tidak digunakan atau karena hambatan reflek dari
kontraksi otot.
TEMUAN PEMERIKSAAN FISIK

• Pada tingkat lanjut osteoartritis, dapat terjadi deformitas


berat ( misal pada osteoartritis lutut, kaki menjadi
berbentuk O atau X), hipertrofi (pembesaran) tulang,
subluksasi, dan kehilangan pergerakan sendi (Range of
Motion,ROM).
TEMUAN PEMERIKSAAN FISIK

• Pada saat melakukan gerakan aktif atau digerakkan secara


pasif. Adapun predileksi osteoartritis adalah pada sendi-
sendi tertentu seperti carpometacarpal I,
matatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang,
lutut (tersering) dan paha.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TEMUAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

Pemeriksaan Radiografi pada Sendi:

• Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih


berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut).

• Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).

• Kista pada tulang


TEMUAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

• Osteofit pada pinggir sendi

• Perubahan struktur anatomi sendi Berdasarkan temuan-


temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan suatu
derajat.
TEMUAN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

• Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah)


dalam batas-batas normal.

• Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid dan


komplemen) juga normal.

• Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan


penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang,
peningkatan sel peradangan dan peningkatan protein.
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS PEMICU
PENGKAJIAN

Identitas Pasien Nama Tuan H


Usia 68 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Diagnosa Medis Osteoarthritis
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama Nyeri pada lutut kanan
Riwayat • Pasien dapat berjalan tanpa antalgic gait, namun tampak lambat dan berhati-
Kesehatan hati ketika bangkit dari posisi duduk
Sekarang • Nyeri semakin bertambah saat berdiri atau duduk lama dengan posisi lutut
tertekuk
• Pasien telah mencoba melakukan kompres hangat dan dingin, namun tidak
terlalu membantu meredakan nyeri
• Nyeri yang dirasakan pasien sudah cukup menggangu aktivitas hidup sehari-
harinya
• Pasien mendapatkan terapi acetaminophen 650 mg dua kali sehari dan
ibuprofen 800 mg tiga kali sehari.
Pemeriksaan Fisik
TB 170 cm
BB 85 kg
Inspeksi • Tampak efusi sendi ringan
• Tidak ada luka terbuka atau lecet pada lutut kanan
Palpasi • Terdapat krepitasi ringan pada sendi tibiofemoral dan patellafemoral
• Nyeri tekan ringan dari garis sendi medial dan lateral, baik interior maupun
posterior
ROM Rentang gerak lutut kanan 0 – 135°
Ekstremitas Tidak terdapat defisit neurologis fokal pada ektremitas bawah kanan
Bawah
Pemeriksaan Radiologi
Adanya penyempitan ruang sendi medial dan osteofit pada kompartemen medial lutut kanan.
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI
AKUT
Data Etiologi Diagnosis Keperawatan
Data Subjektif: Laporan rasa Nyeri akut b.d Penyakit Sendi Degeneratif.
 Nyeri semakin bertambah saat berdiri sakit dan Definisi: pengalaman sensori dan emosional tidak
atau duduk lama dengan lutut posisi ketidaknyama menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
tertekuk nan potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan
 Telah mencoba melakukan kompres yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat,
hangat dan dingin, namun tidak terlalu dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan
membantu meredakan nyeri dengan durasi kurang dari 3 bulan (Herdman & Kamitsuru,
 Nyeri sudah cukup menggangu aktivitas 2018).
hidup sehari-harinya Batasan Karakteristik:
Data Objektif:  Laporan tentang perilaku nyeri
 Nyeri tekan ringan dengan palpasi dari  Putus asa
garis sendi medial dan lateral  Laporan perubahan aktivitas
 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa
nyeri (dengan palpasi)
Kriteria Hasil/ NOC Intervensi Rasional
 Klien akan menunjukkan nyeri berkurang Manajemen Nyeri
atau terkontrol 1. Kaji laporan nyeri, catat Menjadi sumber utama penilaian
 Klien akan mengungkapkan lokasi, dan intensitas nyeri dalam menentukan kebutuhan
ketidaknyamanan minimal (kurang dari 2 menggunakan skala 0 manajemen nyeri dan efektivitas
pada skala 0 sampai 10). sampai 10. Perhatikan faktor intervensi.
 Klien menunjukkan peningkatan pencetus nyeri.
kenyamanan, dapat tidur, istirahat, dan 2. Sediakan kasur atau Kasur empuk dan bantal besar akan
melakukan aktivitas tempat tidur yang kokoh mencegah pemeliharaan
 Klien menggunakan rejimen farmakologis dengan bantal kecil. keselarasan tubuh yang tepat dan
yang diresepkan memberikan tekanan pada sendi
 Klien dapat melakukan keterampilan yang terkena.
relaksasi dan aktivitas pengalihan sebagai
pengendalian nyeri

(Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.,


Kriteria Intervensi Rasional
Hasil/NOC
3. Buat klien dalam posisi nyaman saat di Pada penyakit parah, tirah baring total
tempat tidur atau duduk di kursi. diperlukan untuk membatasi nyeri dan cedera
Promosikan tirah baring jika pada sendi. Imobilitas dapat memperburuk
diindikasikan, tetapi lakukan gerakan nyeri dan kekakuan artritis.
sesegera mungkin.

4. Pantau penggunaan bantal dan bidai. Mengistirahatkan sendi yang nyeri dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan
bidai dapat mengurangi nyeri dan kerusakan
sendi, namun tidak disarankan dalam
penggunaan lama karena dapat menyebabkan
hilangnya mobilitas dan fungsi sendi.
(Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.,
Kriteria Intervensi Rasional
Hasil/NOC
5. Mendorong perubahan posisi yang Mencegah kelelahan umum dan kekakuan
sering. Bantu klien bergerak di tempat sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
tidur, menopang sendi, menghindari pergerakan sendi, dan nyeri.
gerakan yang tersentak-sentak.

6. Rekomendasikan klien mandi air Panas meningkatkan relaksasi dan mobilitas


hangat saat bangun tidur dan/atau otot, mengurangi nyeri, dan mengurangi
menjelang tidur. Kompres hangat ke sendi kekakuan di pagi hari.
yang terkena dalam beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres dan bak mandi.

(Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.,


Kriteria Intervensi Rasional
Hasil/NOC
7. Berikan pijatan lembut. Meningkatkan relaksasi dan mengurangi
ketegangan otot.

8. Dorong penggunaan teknik manajemen Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa


stress, seperti imajinasi terbimbing, self- kendali dan meningkatkan kemampuan
hypnosis, dan pernapasan terkontrol. koping.

(Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.,


Kriteria Hasil/ NOC Intervensi Rasional
Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, a. Mengontrol nyeri ringan hingga
misalnya: sedang dan peradangan dengan
a. Analgesik: obat anti inflamasi nonsteroid menghambat sintesis prostaglandin dan
(NSAIDS) memungkinkan peningkatan mobilitas
b. Penghambat COX-2, seperti celecoxib dan fungsi.
(Celebrex). b. Inhibitor COX-2 golongan NSAID
juga efektif dalam mengendalikan
inflamasi.

2. Mempersiapkan intervensi bedah, seperti Prosedur pembedahan korektif dapat


sinovektomi, penggantian sendi total, fusi diindikasikan untuk mengurangi nyeri
sendi, dan perbaikan tendon. dan/ atau meningkatkan fungsi dan
mobilitas sendi.
(Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C.,
ASUHAN KEPERAWATAN
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
Data Etiologi Diagnosis
DS:  Nyeri Hambatan Mobilitas Fisik b.d
 Pasien mengeluhkan nyeri pada lutut kanan.  Osteoarthritis Nyeri dan Ketidaknyamanan
 Pasien menyampaikan nyeri semakin bertambah saat Definisi: Keterbatasan dalam gerakan
berdiri atau duduk lama dengan lutut posisi tertekuk. fisik atau satu atau lebih ekstremitas
 Pasien merasakan nyerinya sudah cukup menggangu secara mandiri dan terarah
aktivitas hidup sehari-harinya Domain 4, Kelas 2, Kode Diagnosis
DO: 00085
 Pasien mampu berjalan namun tampak lambat dan Batasan karakteristik:
berhati-hati saat bangun dari duduk  Kesulitan membolak-balik posisi
 Rentang gerak lutut kanan 0 – 135°.  Ketidaknyamanan
 Gerakan lambat
(NANDA-I, 2018).
 
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Perawatan Tirah Baring
Mempromosikan posisi fungsional
Pertahankan keselarsan tubuh
ekstremitas dan mencegah
• Pergerakan dengan penyangga atau bidai
kontraktur.
1. Meningkatkan gerakan sendi ke
skala 5 (tidak terganggu) Edema dapat mengganggu sirkulasi
2. Bergerak dengan mudah Pergerakan sirkulasi, gerakan, dan ke ekstremitas menyebabkan
ditingkatkan ke skala 5 (tidak sensasi sesering mungkin nekrosis dan perkembangan
terganggu) kontraktur.

• Pergerakan sendi Mencegah pengencangan jaringan


1. Meningkatkan gerakan sendi Lakukan latihan ROM konsisten
parut dan kontraktur, meningkatkan
lutut kanan dimulai dengan pasif atau aktif.
fungsi otot sendi.
Gunakan pereda nyeri sebelum Mengurangi kaku dan tegang otot
(Moorhead, Johnson, Maas, &
aktivitas. dan jaringan, pasien lebih aktif.
Swanson, 2013)
Dorong dukungan keluarga atau
Keluarga dapat aktif dalam
orang terdekat dan menemani saat
merawat klien
latihan ROM

(Doengoes, Moorhouse, Murr, 2010; Bulechek, Butcher,


Dotchterman, Wagner, 2013)
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Kolaborasi
Mencegah tekanan yang berpotensi
Kolaborasi: sediakan kasur terapi,
iskemia jaringan, nekrosis, dan
sesuai indikasi
pembentukan ulkus decubitus.
Konsultasikan denga terapis
Spesialis menyediakan aktivitas
rehabilitasi, fisikal, dan
dan program latihan terpadu dan
okupasional.
alat bantu khusus.

(Doengoes, Moorhouse, Murr, 2010; Bulechek, Butcher,


Dotchterman, Wagner, 2013)
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Terapi Latihan : Mobilitas Sendi
Level aktifitas tergantung kepada
Evaluasi dan monitor derajat
proses inflamasi dan kemampuan
nyeri dan inflamasi sendi
pasien
Pertahankan bed rest dan chair
Istirahat yang teratur penting
rest. Jadwalkan aktivitas yang
untuk mengurangi kelelahan dan
menyediakan istirahat yang
meningkatkan tenaga
sering.
Pertahankan dan tingkatkan
Bantu klien saat melakukan ROM fungsi sendi. Latihan yang
aktif dan pasif, dan latihan resistif inadekuat mengkakukan sendi
dan isometric, jika bisa. dan Latihan yang berlebihan
merusak sendi
Minta klien mempertahankan
Memaksimalkan fungsi sendi dan
postur yang tegak saat duduk,
mempertahankan mobilitas. 
berdiri, dan berjalan

(Doengoes, Moorhouse, Murr, 2010; Bulechek, Butcher,


Dotchterman, Wagner, 2013)
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Kolaborasi
Diskusikan dan sediakan alat-alat
penunjang keamanan seperti
Membantu mencegah cidera dan
bangku dan toilet seat, handrail,
jatuh.
atal bantu mobilitas seperti kruk,
kursi roda, dsb.
Menentukan latihan yang sesuai
Konsultasikan dengan ahli terapis
dan alat bantu yang bisa
fisik dan okupasi.
digunakan.

(Doengoes, Moorhouse, Murr, 2010; Bulechek, Butcher,


Dotchterman, Wagner, 2013)
ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO
JATUH
Data Etiologi Diagnosis
DS: • Penurunan kekuatan Risiko Jatuh
• Mengatakan nyeri semakin bertambah saat ekstremitas bawah Definisi: peningkatan rentan
berdiri atau duduk lama dengan lutut posisi • Faktor kesulitan berjalan jatuh yang dapat menyebabkan
tertekuk • Nyeri bahaya fisik dan gangguan
• Mengungkapkan nyerinya sudah cukup kesehatan (Herdman &
menggangu aktivitas hidup sehari-harinya Kamitsuru, 2017).
DO: Faktor risiko:
• Tampak lambat dan berhati-hati ketika • Fisiologis (penurunan
bangkit dari posisi duduk kekuatan ekstremitas bawah)
• Efusi sendi ringan pada lutut kanan Kondisi terkait:
• Krepitasi ringan pada sendi tibiofemoral • Artritis
dan patellafemoral • Gangguan pada kaki.
• Nyeri tekan ringan dengan palpasi dari garis Populasi berisiko: berusia ≥65
sendi medial dan lateral, baik anterior tahun (Herdman & Kamitsuru,
maupun posterior 2017).
• Ada penyempitan ruang sendi medial dan
osteofit pada kompartemen medial lutut
kanan
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Manajemen Lingkungan Keamanan
Nilai kemampuan fungsional dan Mengidentifikasi kebutuhan dan
penyebab penurunan fungsi tingkat intervensi yang
Keamanan dalam mobilitas tubuh diperlukan
dengan menunjukkan;
Perubahan fisik dan hilangnya
• Keseimbangan
kemandirian sering kali
• Gerakan yang terkoordinasi
Perhatikan respons emosional menimbulkan perasaan cemas,
• Mempertahankan atau
dan perilaku klien mengenai marah, frustrasi, dan depresi
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan tubuh yang berubah yang dapat dimanifestasikan
fungsi bagian tubuh yang
sebagai keengganan untuk
terkena
melakukan aktivitas.
• Menunjukkan pengetahuan
dan perilaku pencegahan jatuh Rencanakan kegiatan dan
Dapat membatasi atau mencegah
• Menciptakan lingkungan yang kunjungan dengan waktu
kelelahan; menghemat energi
aman istirahat yang cukup sesuai
untuk melanjutkan aktivitas
kebutuhan
Sediakan kursi dengan kursi Memfasilitasi bangun dari posisi
yang kokoh dan mudah diangkat, duduk
jika dibutuhkan
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Manajemen Lingkungan Keamanan
Singkirkan penghalang seperti
kabel, karpet, dan furnitur asing Mengurangi risiko jatuh dan
dari jalur jalan klien. Jaga agar cedera
lantai tetap kering
Pertahankan area dengan
penerangan yang baik. Temani Memberikan keamanan dan
dan tetap dekat dengan klien saat kenyamanan psikologis
berada di area asing
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Pencegahan Jatuh
Lakukan penilaian risiko jatuh awal Informasi dapat membantu
dan berkelanjutan, termasuk menentukan potensi klien untuk
riwayat jatuh, penilaian gaya jatuh dan mengidentifikasi faktor
berjalan dan keseimbangan, risiko mana yang dapat diubah
kognisi, penggunaan tambahan seperti obat-obatan, gangguan
mobilitas, dan kondisi lingkungan sensorik yang tidak dikoreksi, dll
Mencegah jatuh dan cedera yang
tidak disengaja, terutama pada
Membantu transfer dan ambulasi
klien dengan gaya berjalan yang
jika diindikasikan; tunjukkan klien
berubah, kelemahan umum,
cara bergerak dengan aman
hipotensi ortostatik, kelelahan, dan
gangguan penglihatan
• Membantu klien berjalan
Pakaikan klien sepatu yang
dengan langkah tegas, menjaga
mendukung dan sandal yang pas
keseimbangan dan mencegah
dan tidak licin
tergelincir
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Pencegahan Jatuh
Dorong penggunaan pegangan
Mempromosikan kemandirian
tangan di lorong, tangga, dan kamar
dalam mobilitas; mengurangi risiko
mandi. Jaga ketinggian tempat tidur
jatuh
pada posisi rendah
Tinjau penggunaan alat bantu
Memfasilitasi aktivitas dan
mobilitas dan perangkat tambahan
mengurangi risiko cedera.
yang aman
Studi menunjukkan bahwa lansia
yang menggunakan restrain,
terutama ketika tunanetra atau
Hindari penggunaan pengekangan
gangguan kognitif, justru lebih
fisik (restrain).
mungkin untuk mengalami jatuh
daripada yang tidak menggunakan
restrain
Ketajaman visual yang optimal
Dorong klien berkacamata untuk
memfasilitasi partisipasi dalam
memakainya. Pastikan kacamata
aktivitas dan mengurangi risiko
tetap bersih.
jatuh dan cedera
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Kolaborasi

Atur pemeriksaan mata secara Mengidentifikasi adanya masalah


teratur. penglihatan

Berguna dalam membuat


Konsultasikan dengan ahli terapi
program latihan dan aktivitas
fisik dan okupasi serta spesialis
individu dan mengidentifikasi
rehabilitasi.
alat bantu tambahan.
DAFTAR PUSTAKA

• Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
interventions classification (NIC), 6th ed. Philadelphia: Elsevier Inc

• Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing care plans: Guidelines
for individualizing client care across the life span. Philadelphia: F. A. Davis Company.

• Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing Care Plans 9th
Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

• Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions and Classification 2018-2020. New York: Thieme Medical Publisher.

• Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2013). Medical-Surgical Nursing: Patient,-


Centered Collaborative Care. In Journal of Chemical Information and Modeling (7th ed.,
Vol. 53). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
DAFTAR PUSTAKA

• Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., Rebar, C. R., & Heimgartner, N. M. (2017). Medical surgical
nursing: Concepts for interprofessional collaborative care. Missouri: Elsevier.

• Ignatavicius, D., Workman, L., Rebar, C. R., & Heimgartner, N. M. (2018). Medical surgical
nursing: Concepts for interprofessional collaborative care 9th edition. St. Louis, Missouri:
Elsevier.

• Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical Surgical Nursing
(9th ed). Canada: Elsevier.

• Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. (2016). Nursing outcomes classification
(NOC), 5th ed. (Intansari Nurjannah & Roxsana Dewi Tumanggor, Penerjemah). Philadelphia:
Elsevier Inc.

• Mora, J. C., Przkora, R., & Cruz-Almeida, Y. (2018). Knee osteoarthritis: pathophysiology and
current treatment modalities. Journal of pain research, 11, 2189–2196.
https://doi.org/10.2147/JPR.S154002
DAFTAR PUSTAKA

• NANDA-I. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and


Classification 2018-2020. New York: Thieme Medical Publisher.

• Porth, C. M., & Matfin, G. (2009). Pathophysiology concepts of altered health


states. Philadelphia: Lippincott Williams & Winkins.

• Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals
of nursing, 8th edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.

• Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health
DAFTAR PUSTAKA

• Timby, B. K., & Smith, N. E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing


(10th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.

• White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical Surgical Nursing: an
integrated approach 3th Edition. USA: Delmar Cengage Learning.

• Wilkinson, J. M. (2017). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I,


Intervensi NIC, Hasil NOC, Ed. 10. (W. Praptiani, Ed., & E. Wahyuningsih,
Trans.) Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai