Anda di halaman 1dari 13

ORNITHORHYNCHUS

ANATINUS
KLASIFIKASI
Kingdom     :  Animalia

Filum          :  Chordata

Kelas          :  Mammalia

Ordo            :  Monotremata

Famili          :  Ornithorhynchidae

Genus         :  Ornithorhynchus

Spesies        :  Ornithorynchus anatinus


Makanan
• Karnivora (hewan pemakan daging)
• Makanan khususnya adalah : ikan-ikan kecil, katak, telur ikan, dan sebagainya
• Biasanya platypus berburu pada malam hari

Ciri-Ciri
• Berat badan : 3lbs atau 1,4kg
• Tinggi kepala dan tubuh : 15 inch atau 38cm
• Panjang ekor : 5 inch atau 13cm
• Memiliki paruh seperti bebek
• Memiliki kaki bersirip seperti bebek
• Memiliki bulu pendek dan berwarna coklat
• Bertelur dan mengerami telurnya
• Menyusui anaknya
• Pintar dalam berenang
Platypus merupakan mammalia kecil yang berwarna cenderung gelap (coklat dan hitam),
memiliki paruh/moncong di bagian anterior seperti bebek tetapi lebih lentur dan kenyal,
paruh tersebut memiliki ratusan sel penangkap listrik yang digunakan untuk mendeteksi
arus listrik yang ditimbulkan oleh hewan disekitarnya, dengan kata lain paruh tersebut
berguna untuk mempermudah menemukan mangsanya. Selain itu Platypus memiliki 2
pasang alat ekstrimitas berselaput yang membantunya saat berenang di air.
Platypus berenang dengan cara mengayuh kaki berselaput bagian depan (anterior) dan kaki
belakang (posterior) beserta ekornya berfungsi sebagai kemudi. Saat berenang lipatan kulit
Platypus akan menutup mata dan telinga untuk mencegah air masuk. Mamalia primitif ini
berhabitat di Australia Timur, di mana mereka menggali tanah di bantaran sungai.
Tubuhnya datar, ramping memanjang hingga 50 cm, dengan ekor menyerupai raket ping-
pong dan empat kaki berselaput.
• Platypus adalah hewan yang aktif di malam hari, merupakan perenang yang handal dan banyak
menghabiskan waktunya di air untuk mencari cacing, ikan kecil, serangga air dan larva serangga sebagai
mangsanya. Platipus memiliki organ pencernaan yang unik jika diperhatikan ternyata ia tidak memiliki
gigi. Lalu bagaimana platipus dapat mencerna makanan? Ternyata ini yang membuat platipus memiliki
sebutan hewan yang unik dan diduga sebagai hewan palsu. Walaupun tidak memiliki gigi platipus dapat
mencerna makanannya dengan baik menggunakan batu kerikil yang diambilnya saat menyelam lalu
kemudian muncul dipermukaan untuk mulai mengunyah hasil tangkapannya dengan menggiling
makanannya dan kerikil secara bersamaan. Mereka dapat mengumpulkan makanan dan kerikil secara
bersamaan dengan menggunakan kantong di pipinya sebelum dikunyah di daratan. 
• Selain tidak memiliki gigi, hewan yang unik ini juga tidak mempunyai lambung untuk mencerna
makanannya. Ketika makanannya masuk ke sistem pencernaan kerongkongan makanan tersebut
langsung diteruskan ke usu platipus. Hal ini disebabkan karena makanan platipus yang umumnya
memiliki zat-zat yang kaya akan kalsium bikarbonat yang berguna untuk menetralkan asam. 
Ornithorhynchus anatinus ini satu dari dua mamalia yang bertelur. Mamalia lainnya yang bertelur
disebut echidna atau trenggiling berduri. Tak seperti mamalia lainnya, platypus jantan bisa
menyalurkan racun ke ujung-ujung jarinya.
Sekitar dua-pertiga ukuran genom platypus berukuran sama dengan genom manusia. Hal ini
mengindikasikan bahwa 80% genom platypus sama dengan genom mamalia lainnya.
Sama seperti manusia, platypus juga membawa kromosom X dan Y, namun kedua kromosom ini
tidak mengacu pada jenis kelamin. Platypus memiliki 52 kromosom, termasuk 10 kromosom jenis
kelamin.
Baik platypus jantan maupun betina dilahirkan dengan taji di pergelangan kaki, namun hanya laki-laki memiliki taji yang
menghasilkan koktail racun, sebagian besar terdiri dari protein mirip-defensin (DLPs) dan tiga diantaranya hanya mereka
yang memiliki. Protein defensin diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh platypus. Meski cukup kuat untuk membunuh
binatang kecil seperti anjing, racun tidak mematikan bagi manusia, tetapi begitu menyiksa sehingga korbannya mungkin
akan mengalami lumpuh. Oedema cepat berkembang di sekitar luka dan secara bertahap menyebar ke seluruh anggota badan
yang terkena.

Informasi yang diperoleh dari sejarah kasus dan bukti bersifat anekdot, menunjukkan rasa sakit berkembang
menjadi hiperalgesia berkepanjangan (kepekaan yang meningkat terhadap nyeri) yang berlangsung selama beberapa hari
atau bahkan berbulan-bulan. Venom diproduksi dalam kelenjar crural platypus jantan, yang adalah kelenjar alveolar
berbentuk ginjal dihubungkan oleh pembuluh berdinding tipis ke taji kalkaneus pada setiap kaki belakang. Platypus betina,
yang sama dengan echidnas, memiliki taji yang tidak berkembang (lepas sebelum akhir tahun pertama mereka) Venom
tampaknya memiliki fungsi yang berbeda dari yang dihasilkan oleh spesies nonmammalian: dampaknya tidak mengancam
hidup manusia, namun tetap cukup kuat untuk secara serius merusak korban. Karena hanya jantan yang menghasilkan racun
dan produksinya meningkat selama musim kawin.
SEJARAH PLATYPUS
Platypus atau yang sering dikenal Platypus berparuh bebek ditemukan pertama kalinya oleh ilmuwan
asal Eropa pada tahun 1797, di Sungai Hawkesburry, New South Wales, Australia. Pada awal
ditemukannya Platypus membuat para ilmuwan kebingungan karena memiliki ciri-ciri morfologi
yang tampak aneh dan asing, ciri tersebut yaitu memiliki paruh dan kaki berselaput sekilas seperti
bebek, berambut dan memiliki 2 pasang alat ekstrimitas. Hingga akhirnya pada tahun 1884, para
ilmuwan menggolongkan Platypus ke dalam kelas Mammalia karena hewan tersebut menyusui
anaknya, bersamaan dengan itu nama ilmiah Platypus dirumuskan yaitu Platipus anatinusyang
dipublikasikan pertama kali oleh ilmuwan berkebangsaan inggris bernama Dr. George Shaw. Seiring
berjalannya waktu, nama ilmiah Platipus yang berarti "kaki yang lebar" , diganti dengan nama ilmiah
lain yaitu Ornithorhynchus anatinusyang memiliki arti "berparuh bagai burung". Perubahan tersebut
dilakukan karena nama ilmiah Platipus ternyata sudah digunakan oleh hewan bangsa kumbang,
sekaligus mengacu dari ciri yang paling menonjol pada platypus yaitu berparuh.
REPRODUKSI PLATYPUS
Platypus memiliki struktur tubuh seperti bebek sehingga sering disebut sebagai hewan peralihan dari
burung (aves) ke mammalia. Selain itu, organ reproduksi pada Platypus betina memiliki kemiripan seperti
organ reproduksi pada aves, yaitu terdapat dua ovarium, kanan dan kiri, dimana ovarium kiri lah yang
bekerja secara optimal sedangkan ovarium kanan tidak berkembang (Rudimenter). Dalam sekali bertelur,
Platypus betina bisa menghasilkan 1-3 telur yang memiliki keunikan berbentuk seperti telur reptil. Telur-
telur tersebut akan menetas setelah diinkubasi selama 10 hari. Setelah menetas, pada umumnya indukan
mammalia akan menyusui anaknya dengan menggunakan puting susu (Mammae). Tetapi Platypus betina
memiliki karakteristik lain yang unik yaitu menyusui anaknya tidak menggunakan puting susu, melainkan
dengan rambut-rambut yang terdapat di bagian perutnya, rambut-rambut tersebut perlahan akan
mengeluarkan suatu cairan yang merupakan nutrisi untuk anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Hal ini disebabkan karena Platypus tidak memiliki puting susu (Mammae). Setelah berumur
4 bulan, Platypus muda akan meninggalkan sarangnya dan hidup secara mandiri.
PERIODE INKUBASI-NYA TERBAGI MENJADI TIGA BAGIAN.

• Tahap pertama: embrio tidak memiliki satupun organ fungsional dan bergantung pada kantung
merah telur untuk bernapas.
• Tahap kedua: jari-jari kaki mulai muncul.
• Tahap ketiga: gigi muncul.
Telur menetas seusai periode inkubasi yang berlangsung sekitar 10 hari. Setelah telur menetas,
keluarlah bayi platipus tidak berambut yang langsung melekat pada induknya. Sang induk
kemudian akan menyusui anaknya yang buta dan peka. Bayi platipus akan meninggalkan
sarangnya setelah berusia 17 minggu (kurang lebih 4 bulan lewat).
• Masa kawin Platypus terjadi di rentang bulan Agustus s.d. Oktober, dimana pada masa kawin
tersebut sang pejantan akan bertarung dengan pejantan lain untuk mendapatkan perhatian dari sang
betina, Platypus jantan memiliki taji yang terletak pada ekstremitas posterior, taji tersebut
mengandung bisa beracun yang mereka gunakan untuk menyakiti satu sama lain agar dapat
membuktikan siapa yang lebih berkuasa dan dapat mengawini sang betina. Selain itu petarungan
antar pejantan dilakukan untuk memperebutkan suatu wilayah.Setelah salah satu pejantan
memenangkan pertarungan dengan pejantan lain, maka berhak untuk mengawini sang betina,
perkawinan antara pejantan dan betina tidak pernah dilakukan di darat melainkan selalu di air.
ANCAMAN POPULASI PLATIPUS

• Beberapa fakta unik tentang platipus sudah dipaparkan, ternyata ada satu fakta lagi yang belum diungkap yaitu fakta bahwa platipus merupakan
satwa yang terancam punah. Banyak faktor yang membuat satwa unik ini terancam punah. Menurut peneliti University of New South
Wales (UNSW), platipus mengalami penurunan jumlah karena habitat mereka mengalami kerusakan dan alih fungsi lahan. Mereka menyebutkan
bahwa satwa ini kehilangan 22 persen habitat mereka di Australia dalam kurun waktu 30 tahun. Penurunan terbesar habitat platipus menurut
peneliti University of New South Wales (UNSW) terjadi di negara bagian New South Wales yang diperkirakan 32 persen habitat platipus hilang. 
• Pembangunan sebuah bendungan, pembukaan lahan bahkan faktor alam seperti pemangsa juga menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup
platipus. Beberapa organisasi besar tentang konservasi alam liar salah satunya World Wide Fund for Nature (WWF), mendeklarasikan platipus
sebagai spesies yang keberadaannya terancam punah. Perubahan iklim juga menjadi ancaman bagi platipus karena akan berpotensi pada sungai-
sungai yang menjadi habitat platipus mengalami kekeringan. Curah hujan yang sedikit serta tingginya suhu dan juga pembangunan bendungan
akan mengancam populasi satwa ini karena kekeringan serta menghilangnya sungai karena pembangunan bendungan. Platipus akan kesulitan
jika harus hidup di darat karena ia membangun sarangnya di pinggir sungai dan menghabiskan sebagian hidupnya di dalam air untuk mencari
makanan. 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai