Anda di halaman 1dari 24

SUBSISTEM AGRIBISNIS PANGAN

Erickson et.al. (2002) mengungkapkan bahwa


agribisnis pangan memiliki beberapa keunikan
yang membedakannya dari sistem-sistem
agribisnis lainnya.
Terdapat delapan hal yang menjadi ciri utama
keunikan agribisnis pangan.
3. Produksi Bersifat Musiman
4. Produksi Pangan
1. Pangan sebagai Produk
Dipengaruhi oleh
2. Kondisi Produksi Pangan
Ketidakpastian Kondisi
secara Biologis
Cuaca dan Iklim

Ciri utama
5. Tipe Perusahaan Keunikan
6. Kondisi Pasar yang Agribisnis Pangan
Bervariasi
ANALISIS MIKRO SUBSISTEM AGRIBISNIS PANGAN

Keterkaitan antara subsistem agribisnis


pangan dipengaruhi oleh faktor-faktor
internal dan eksternal.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
aktivitas perusahaan agribisnis pangan seperti
pada gambar i di bawah ini.
Lingkungan Jauh
Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, Teknologi dan Kondisi Alam

Manajemen
Internal
Prasyrat
Pemasok Pengolahan Pemasaran Konsumen
Kebutuhan

Litbang

Distributor
Administrasi & Keuangan
Karakteristik Personalia
Bahan Baku

Tenaga Kerja Sumber Daya Modal

Lingkungan Tugas External

Gambar 1. Model Analisis Mikro Sistem Agribisnis Pangan


Perusaha
Pemasok
an

Distributo
r

Konsume
Ritel n
Gambar 2. Konsep Rantai Pasokan (supply chain)
Manajemen rantai pasokan (supply chain management) menerjemahkan
tuntutan konsumen ke dalam sistem pengadaan, penyimpanan, dan distribusi
dengan cara yang paling murah. Pada sistem agribisnis pangan , tuntutan
konsumen pada produk akhir diterjemahkan pada setiap subsistem agribisnis.
Pemenuhan konsumsi produk pangan melalui
pemanfaatan sumber daya lokal dipacu untuk
menciptakan dan meningkatkan nilai tambah produk
pangan, terutama dilakukan pada usaha kecil dan
menengah, yang beroperasi di wilayah pedesaan.

Peningkatan derajat produksi di tingkat on-farm,


diharapkan petani mendapatkan harga jual yang lebih
baik daripada hanya menghasilkan produk secara
konvensional.

Pengembangan agribisnis pangan di pedesaan


sangat penting untuk diperhatikan dan
dikembangkan, terutama melalui proses peningkatan
nilai tambah.
Ekonomi Pangan
A. EKONOMI PANGAN
Ekonomi pangan merupakan aplikasi ekonomi dan manajemen
dalam bidang industri, perdagangan dan pelayanan pangan.
Di dalam kerangka ekonomi pangan, rantai pangan
digambarkan mulai dari penyediaan bibit bahan pangan
(tanaman maupun hewan), kemudian dibudidayakan, diolah
menjadi produk-produk yang bernilai tambah (Agroindustri),
hingga dikonsumsi oleh konsumen. Mekanisme tersebut
menggambarkan rumusan masalah agribisnis pangan , yakni :
(1) Produk apa yang akan dihasilkan dan berapa banyak
kuantitas produk yang ingin dihasilkan;
(2) Bagaimana cara menghasilkan produk atau jasa yang
beragam;
(3) Untuk siapa produk atau jasa tersebut dihasilkan.
Untuk memahami cara kerja sistem ekonomi pangan ,
terdapat beberapa faktor yang harus diidentifikasi,
termasuk pula interaksi yang terjadi di antara masing-
masing faktor tersebut. Bagian-bagian yang
membentuk ekonomi pangan dikelompokkan menjadi
dua kategori, yakni :
(1) Pembuat keputusan (pihakpihak/ sekelompok
orang/organisasi yang bertanggung jawab dalam
menentukan pilihan), dan
(2) Mekanisme koordinasi (pengaturan yang dilakukan
agar pilihan keputusan yang diambil oleh suatu pihak
atau organisasi sesuai dengan pilihan dari pihak-
pihak lainnya) (Parkin, 1990).
1. Pihak-pihak Pengambil/Penentu Keputusan
Dalam hal ini, yang termasuk pihak-pihak pengambil keputusan
adalah (a) rumah tangga, (b) perusahaan dan (c) pemerintah.
a)Rumah tangga, merupakan sekelompok orang yang tinggal
bersama sebagai sebuah unit pembuat keputusan.
b)Perusahaan, merupakan organisasi penghasil produk dan jasa.
Perusahaan ditinjau dari ilmu ekonomi di antaranya petani, bank,
pengolah bahan baku menjadi barang jadi, perusahaan asuransi,
dll.
c) Pemerintah, merupakan organisasi yang memiliki dua fungsi,
yakni sebagai penjamin pendistribusian produk dan jasa pada
konsumen serta pendistribusian kembali pendapatan dan
kesejahteraan. Beberapa contoh produk yang dihasilkan oleh
pemerintah adalah kekuatan hukum, fasilitas kesehatan publik,
transportasi dan pendidikan, dll. (Gambar 3).
Sumber: Parkin (1990).
Gambar 3. Ruang Lingkup Ekonomi Pangan
C. Analisis Ekonomi Pangan
Analisis ekonomi pangan digunakan untuk berbagai
tujuan, seperti :
 Evaluasi kebutuhan pangan,
 Rasionalisasi penggunaan bantuan pangan,
 Penentu tanda bahaya awal krisis pangan,
 Pemahaman alasan migrasi penduduk dari pedesaan
ke perkotaan,
 Pengembangan kebijakan pangan, dan sebagainya.

Analisis ekonomi pangan menurut Boudreau (1998)


dapat dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap
pengembangan pemenuhan pangan, tahap spesifikasi
masalah dan tahap analisis skenario (Gambar 4).
Tahap I
 Bagaimana cara konsumen memenuhi kebutuhan pangan dan pendapatannya secara
normal , serta kontribusi pendapatan terhadap pangannya; Hubungan antara pasar dan
jaringan sosial masyrakat; Aset (persiapan, pangan, modal kerja, simpanan, dll). Pola
pengeluaran normal dari konsumen atau rumah tangga.

Tahap II
Sejumlah informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam
perekonomian dan berdampak terhadap produksi dan
perubahan pada rumah tangga di pedesaan

Tahap III
 Perhitungan defisit
Dampak dari masalah keterbatasan akses konsumen terhadap pangan
(dampak kekeringan/gagal panen terhadap kecukupan pangan)

Hasil
 Estimasi Kekurangan Pangan dan kemampuan untuk menghadapi dampak
kekurangan pangan pada level rumah tangga yang berbeda

Gambar 4. Proses Analisis Ekonomi Pangan


D. Model Ekonomi Pangan
Asumsi dan Implikasi
Untuk memahami ekonomi pangan, diperlukan suatu
model ekonomi ekonomi pangan.
 Model tersebut menggambarkan kondisi ekonomi
yang sebenarnya dalam skala yang lebih kecil.
 Model tersebut juga menunjukkan detail yang lebih
sederhana dibandingkan dengan kondisi yang
sesungguhnya.
 Dalam ekonomi pangan, model tersebut tersusun
atas dua komponen, yakni asumsi dan implikasi
 Hubungan antara asumsi model dan implikasinya
dinyatakan sebagai proses deduksi logis.
Asumsi dan Implikasi
a) Asumsi membentuk dasar dari model yang
dibangun dan dikembangkan. Asumsi
menunjukkan proposisi mengenai hal-hal apa
saja yang penting dan hal-hal lainnya yang
dapat diabaikan atau hal-hal apa saja yang
tidak mengalami perubahan (kondisi konstan)
maupun hal-hal yang dapat digunakan untuk
melakukan pendugaan atau prediksi.
b) Implikasi adalah keluaran yang diharapkan dari
suatu model.
Penetapan asumsi

Deduksi Implikasi Modifikasi asumsi

Penentuan Prediksi

Pengujian Prediksi Prediksi tidak sesuia dengan fakta

Prediksi Sesuai Fakta


(Kondisi Riil) Teori di abaikan dan
Untuk menguji tingkat kebenaran dari suatu harus mencari teori
model ekonomi pangan maka yang dapat baru yang sesuai
dilakukan adalah membandingkannya dengan
kondisi sebenarnya/riil yang terjadi.

Gambar 5 Proses Pengembangan Model Ekonomi Pangan


E. Siklus Subsistem Agribisnis Pangan
Menurut Wicaksana (2010) sebagaimana sistem lainnya, sistem
agribisnis pangan juga memiliki siklus hidup.
Hasil analisis Asumsi dan Implikasi ekonomi pangan
menhasilkan suatu tindakan agribisnis pangan dengan tahapan
sebagai berikut :
tahap kelahiran agribisnis pangan dimana sistem magribisnis
pangan memiliki ketergantungan pada lingkungan.
Tahap pertumbuhan dimana sistem memiliki ketergantungan
sekaligus bertransisi ke kemandirian.
Tahap kemandirian dimana sistem telah mandiri dan bersiap
untuk regenerasi.
Tahap penurunan sistem memiliki saling ketergantungan
dengan lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.
Produktif
Kemandirian
Pertumbuhan Penurunan

Agribisnis
Asumsi dan Pangan
Implikasi

Pendampingan
dan kebijakan Regenerasi
Pengembangan atau
Ketergantungan
dan Proteksi Vertikal dan Reproduksi
Horisontal

Waktu

Gambar 6. Siklus Hidup Agribisnis Pangan


ANALISIS LINGKUNGAN SUBSISTEM AGRIBISNIS
PANGAN
Adanya batasan sistem membuat pemisahan antara
sistem dengan lingkungan. Segala sesuatu yang ada
diluar batas sistem tersebut dan mempengaruhi
operasi sistem itulah yang disebut lingkungan.
Tujuan analisis lingkungan sistem agribisnis pangan
adalah untuk identifikasi pengaruh lingkungan yang
menguntungkan dan yang merugikan, kemudian
mengelola faktor yang menguntungkan atau
mendukung sistem dan mengendalikan faktor yang
merugikan agar tidak mengganggu kelangsungan
hidup sistem.
Lingkungan Jauh
Politik
Ekonomi
Sosial
Budaya
Ekonomi Sosial
Teknologi
Pertahanan
Keamanan

Faktor Lingkungan Faktor Lingkungan


Oerasional Agiribisnis industri
Pesaing Hambatan Masuk
Pangan
Kreditur Daya Tawar Pemasok
Tenaga Kerja Data Tawar Pembeli
Pemasok Barang Subsidi
Pelanggan Tingkat Kompetisi

Gambar 7. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Agribisnis Pangan


Sumber Daya Manusia Subsistem Agribisnis Pangan

SDM merupakan modal dasar sebagai penggerak


agribisnis pangan baik aktif maupun pasif.
SDM merupakan salah satu kunci utama keberhasilan
pengembangan agribisnis.

Alasan mengapa SDM memegang peran vital dalam


agribisnis pangan.
1. SDM mempengaruhi efisien dan efektifitas agribisnis
2. Agribisnis pangan lahir, tumbuh berkembang untuk
memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Faktor Eksternal
Jumlah angkatan Kerja; Peraturan Pemerinta; Tingkat konsumsi;
Perilaku Konsumen; Teknologi; Kestabilan politik dan Kondisi
Ekonomi Nasional

Proses
Perencanaan Penempatan
Model Promosi Output
Perencanaan Input Demosi  Evaluasi dan
SDM (AP) Rekruitmen Pelatihan penilaian Model
Desain dan Seleksi Pengembangan  Produktivitas
Penempatan Kompensasi  Inovasi Program
Analisa
Fasilitas dan Strategi
Jabtan (AP)
Struktur Seikat Pekerja
Organisasi

Faktor Internal
oVisi dan misi serta Kebijakan Agribisnis Pangan
o Budaya dan sistem nilai Agribisnis Pangan (AP)
oKualitas dan Teknologi Subsistem Agribisnis Pangan

Gambar 8. Model MSDM Subsistem Agribisnis Pangan


MSDM konvensional adalah melakukan spesifikasi
jabatan didasarkan pada dimensi individu berupa
(1) Pendidikan formal;
(2) Pengalaman pelatihan dan ;
(3) Masa kerja untuk mengukur posisi jabatan

Dalam manajemen SDM berbasis dimensi


 Spesifikasi jabatan tidak hanya terdiri dari ketiga
hal diatas,
 Adanya dimensi yang dibutuhkan jabatan dan
 Adanya dimensi yang dimiliki oleh setiap individu
yang sesuai dengan jabatan.
MSDM berbasis dimensi merupakan
pengelolaan SDM dengan menempatkan
individu pada jabatan/posisi tertentu
berdasarkan analisis kebutuhan dimensi
jabatan.
Hasil analisis dan pengukuran aspek-aspek
yang mempengaruhi keberhasilan tugas
pekerjaan dalam jabatan tersebut menjadi
dasar penempatan individu.
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai