Pertanian
monitor.co.id/2021/01/25/pemupukan-berimbang-tingkatkan-produktivitas-pertanian
25 Januari 2021
“Kita semua paham bahwa lahan kita bukan lahan prima semua. Kita sudah mengalami
degradasi lahan alami dan degradasi yang dipercepat karena pengelolaan lahan yang tidak
baik sehingga mengalami penurunan produktivitas,” kata Husnain dalam acara Mentan Sapa
Petani dan Penyuluh Pertanian pada Jumat (22/1/2021).
Husnain menerangkan bahwa tingkat kesuburan tanah ditentukan oleh jenis tanah dan
bahan induknya, iklim, dan sistem pengelolaan lahan. Untuk itu pihaknya telah membuat
Peta Status Hara P dan K Tanah. Sebanyak 23 provinsi di luar Pulau Jawa dan Jawa telah
diupdate peta status hara-nya.
“Hasilnya, luasan lahan sawah dengan status hara P tinggi meningkat. Luasan lahan sawah
dengan status K tinggi meningkat. Artinya kita sudah memberikan pupuk P dan K selama
puluhan tahun itu menyebabkan akumalasi di tanah,” tuturnya. Karena itu, rekomendasi
pemupukan P dan K untuk padi, jagung dan kedelai perlu disusun berdasarkan status hara
tanah.
“Pemupukan berimbang adalah memberikan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis
hara sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil
yang optimal. Untuk memberikan pupuk ini, kita juga perlu mengkombinasikan pupuk
anorganik dengan bahan/pupuk organik untuk mendapatkan produksi optimal,” terang
Husnain.
Hal yang perlu diperhatikan adalah empat tepat pemupukan yaitu tepat dosis, tepat waktu,
tepat cara, dan tepat jenis/bentuk. Tepat dosis harus sesuai dengan status hara tanah,
kebutuhan tanaman yang ditetapkan dengan uji tanah, dan target hasil. Tepat waktu yaitu
pemberian pupuk saat tanaman membutuhkan. Tepat cara yaitu penempatan pupuk di lokasi
dimana tanaman secara efektif mengakses hara. Tepat jenis/bentuk yaitu formula pupuk
sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Husnain juga menuturkan pengalaman seorang petani jagung yang sukses di Kalimantan
Selatan yang menyebutkan bahwa perbedaan dua atau tiga hari saat memberikan pupuk
untuk tanaman jagungnya akan menghasilkan penurunan antara 1-1,5 ton/ha.
“Jadi sangat penting menghitung atau menentukan kapan harus memberikan pupuk untuk
tanaman. Apabila tanaman sangat membutuhkan makanan tapi tidak diberikan, tanaman
akan mencari cara lain untuk bertahan dan itu bisa merugikan petani,” terang Husnain.
Pada kesempatan yang lain Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan bahwa dalam
menetapkan rekomendasi pemupukan yang mudah, cepat, dan tepat, Balitbangtan memiliki
suatu sistem penentu, cara atau alat bantu (kits). Untuk perangkat lunak (software),
Balitbangtan telah mengembangkan aplikasi decision support system (DSS) seperti
Phosphorus dan Potassium Decision Support System (PKDSS), Sistem Pakar Pemupukan
Padi (Sipapukdi), Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL), dan KATAM (Kalender Tanam)
TERPADU. Selain itu ada perangkat uji (test kit) seperti Perangkat Uji tanah Sawah (PUTS),
Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR), Perangkat Uji
Pupuk Organik (PUPO), Soil Sensor dan lain-lain.
Tags
BBSDLP
kementan
Mentan SYL
Produktivitas Pertanian