Anda di halaman 1dari 38

NERACA AIR UMUM

(LINGKUNGAN)
Disusun Oleh :

Irwan Darwis
MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN
1. Pengertian neraca air

Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran


air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk
mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun
kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat
mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula
untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.
2. Manfaat Secara Umum Yang Dapat Diperoleh Dari
Analisis Neraca Air

• 2.1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana


dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil
analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air.
• 2.2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik
pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air
didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
• 2.3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai
keperluan pertanian seperti tanaman pangan – hortikultura,
perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
3. Model Neraca Air Cukup Banyak, Namun Yang
Biasa Dikenal Terdiri Dari Tiga Model, Antara Lain

• 3.1. Model Neraca Air Umum. Model ini menggunakan data-data


klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya
bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air
untuk penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun
penguapan dari sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan
keduanta dikenal sebagai evapotranspirasi).
• 3.2. Model Neraca Air Lahan. Model ini merupakan
penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah
terutama data kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air
tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia (WHC =
Water Holding Capacity).
3.2.a. Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap
akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu
saat akar tanaman tidak lagi mampu menyerap airsehingga tanaman menjadi
layu. Kandungan air pada kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33
kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air.

3.2.b. Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman
akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu
permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849
cm tinggi kolom air.

3.2.c. Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih
antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
3.3. Model Neraca Air Tanaman. Model ini
merupakan penggabungan data klimatologis,
data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini
dibuat untuk tujuan khusus pada jenis
tanaman tertentu. Data tanaman yang
digunakan adalah data koefisien tanaman
pada komponen keluaran dari neraca air.
Tujuan

1. Menjelaskan proses perhitungan neraca air di lahan pertanian


2. Mengidentifikasi pergantian dan periode musim berdasarkan
iklim lokal.
3. Menentukan kondisi air hujan tersedia di setiap musim
4. Mengethaui potensi air tersedia untuk meningkatkan indeks
pertanaman.
Skema neraca air

Hujan (R) Evapotranspirasi


tanaman (ETc)

Irigasi (Qi) Infiltrasi (I) L. Permukaan (RO)

KA Tanah (θ) Drainase (Qo)


MA Tanah (h)
Zona Perakaran

Perkolasi
(P)
Persamaan neraca air di lahan pertanian:

∆𝜃 ∆ℎ
∆𝑡
𝑍= ∆𝑡
= ሺ𝑟 − 𝑟𝑜 − 𝑝 − 𝑒𝑡𝑐 ሻ+ ሺ𝑞𝑖 − 𝑞𝑜 ሻ............................................................. (1)

Dimana:

θ : Kadar air tanah volumetrik (fraksi, volume air dibagi volume tanah);
Z : Kedalaman perakaran (mm);
h : Tinggi air ekuivalen (mm);
∆t : Interval waktu (1 hari)
r : Laju hujan harian (mm h-1);
ro : Laju limpasan permukaan harian (mm h-1);
p : Laju perkolasi harian (mm h-1);
etc : Laju evapotranspirasi tanaman harian (mm h-1);
qi : Laju irigasi (mm h-1);
qo : Laju drainase (mm h-1).
Perubahan kadar air tanah:

∆𝜃 = 𝜃 𝑡 − 𝜃 𝑡−1 .......................................................................................................... (2)

Dimana:

θt : Kadar air tanah volumetrik pada hari ini;


θt-1 : Kadar air tanah volumetrik pada hari sebelumnya.

Perubahan tinggi air ekuivalen:

∆ℎ = ℎ𝑡 − ℎ𝑡−1 .............................................................................................................................. (3)

Dimana:

ht : Tinggi air ekuivalen pada hari ini (mm);


ht-1 : Tinggi air ekuivalen pada hari sebelumnya (mm).
Limpasan permukaan:

𝑟−𝑖 𝑟>𝑖
𝑟𝑜 = ቄ ....................................................................................................................... (4)
0 𝑟≤𝑖

Dimana:

i : Laju infiltrasi (mm h-1).

Infiltrasi:

𝐾𝑠 𝜃 = 𝜃𝑠
𝑖 = ൝1 −0.5
𝑆𝑡 + 𝐾𝑠 𝜃 < 𝜃𝑠
2

Dimana:

S : Sorptivitas (mm h-1);


Ks : Konduktivitas hidrolika tanah jenuh (mm h-1);
S dan Ks bervariasi tergantung jenis dan sifat fisik tanah serta kadar air tanah.
Perkolasi:

𝐾𝑠 𝜃 = 𝜃𝑠
𝑝=൜ ........................................................................................................ (5)
0 𝜃 < 𝜃𝑠

Dimana:

Ks : Konduktivitas hidrolika tanah jenuh (mm h-1);


θs : kadar air volumetrik tanah jenuh (mm h-1).

Evapotranspirasi:

𝑒𝑡𝑐 = 𝐾𝑐 𝑒𝑡𝑜 ................................................................................................................. (6)

Dimana:

Kc : Koefisien tanaman;
eto : Laju evapotranspirasi acuan (mm h-1).
Koefisien tanaman:

Koefisien tanaman bervariasi tergantung jenis dan umur tanaman serta teknis budidaya.
Gambarannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Koefisien tanaman

Tanaman Kc ini Kc mid Kc end Rataan Hari


A. Padi 1.05 1.20 0.90 1.05 110
B. Jagung 1.12 0.60 0.86 125
C. Kedelai 1.15 0.50 0.83 85
D. Sayuran 0.40 1.15 1.00 0.85 75
Evapotranspirasi acuan:

Banyak model yang dapat digunakan untuk menghitung evapotranspirasi acuan harian. Di
antaranya adalah model Hargreave yang cukup akurat walaupun hanya dengan masukan suhu
(maksimum, minimun dan rata-rata) harian dan radiasi ekstraterestial harian.

𝐸𝑇𝑜 = 0.000939 𝑅𝑎ඥሺ𝑇𝑚𝑎𝑥 − 𝑇𝑚𝑖𝑛 ሻሺ𝑇𝑎𝑣𝑒 + 17.8ሻ.................................................. (7)

Dimana:

Ra : Radiasi ekstraterestial (Watt m-2);


Tmax : Suhu udara harian maksimum (oC);
Tmin : Suhu udara harian minimum (oC);

Tave : Suhu udara harian rata-rata (oC).


Radiasi ekstraterestial:

𝑅𝑎 = 37. 6 𝑑𝑟 ሾ𝜔𝑠 sinሺ𝜑ሻsinሺ𝛿 ሻ+ cos⁡ሺ𝜑ሻcosሺ𝛿 ሻsinሺ𝜔𝑠 ሻሿ..................................... (8)

𝑑𝑟 = 1 + 0.033 cosሺ0.0172 𝐽ሻ................................................................................... (9)

𝜔𝑠 = arccosሾ− tanሺ𝜑ሻtanሺ𝛿 ሻሿ................................................................................ (10)


𝜋𝐿
𝜑 = 180 ...................................................................................................................... (11)

𝛿 = 0.409 sinሺ0.0172 𝐽 − 1.39ሻ.............................................................................. (12)

Dimana:

L : Posisi Lintang, dimana Lintang Utara diberi tanda minus (-);

J : Kalender Julian, dimana J bernilai 1 pada 1 Januari.


Penentuan musim:

Dalam penentuan musim, dengan memperhatikan hanya laju hujan dan laju evapotranspirasi
acuan saja, Pers. 1 dapat ditulis sebagai berikut:

𝑛ሺ𝑡ሻ = 𝑟ሺ𝑡ሻ− 𝑒𝑡𝑜 ሺ𝑡ሻ................................................................................................ (13)

𝑑 ሺσ 𝑡 𝑅 ሻ
𝑟ሺ𝑡ሻ = ............................................................................................................. (14)
𝑑𝑡

𝑑 ሺσ 𝑡 𝐸𝑇𝑜 ሻ
𝑒𝑡𝑜 ሺ𝑡ሻ = 𝑑𝑡
...................................................................................................... (15)

Dimana:

R : Hujan harian (mm)


ETo : Evapotranspirasi acuan harian (mm).
Akumulasi hujan (∑R) dan evapotranspirasi acuan (∑ETo), dalam banyak kasus, dapat
direpresentasikan dengan akurat menggunakan persamaan polynomial orde-6 sebagai berikut:

𝑌 ሺ𝑡ሻ = 𝑎6 𝑡 6 + 𝑎5 𝑡 5 + 𝑎4 𝑡 4 + 𝑎3 𝑡 3 + 𝑎2 𝑡 2 + 𝑎1 𝑡 + 𝑏 ........................................... (16)

Derivasinya adalah sebagai berikut:

𝑦ሺ𝑡ሻ = 6𝑎6 𝑡 5 + 5𝑎5 𝑡 4 + 4𝑎4 𝑡 3 + 3𝑎3 𝑡 2 + 2𝑎2 𝑡 + 𝑎1 ........................................... (17)

Dimana:

ai dan b adalah koefisien regresi.


Dengan memperhatikan nilai n dapat identifikasi hal-hal sebagai berikut:

a. Awal musim hujan (akhir musim kemarau) terjadi bila n=0 dan n cenderung
positif.
b. Musim hujan berlangsung bila pada periode tertentu n bernilai positif (n+);
c. Puncak musim hujan terjadi pada saat n+ terbesar;
d. Awal musim kemarau (akhir musim hujan) terjadi bila n=0 dan n cenderung
negatif.
e. Musim kemarau berlangsung bila pada periode tertentu n bernilai negatif (n-);
f. Puncak musim kemarau terjadi pada saat n- terbesar.
STUDI KASUS

• Jatiwangi, Jawa Barat,


Indonesia.
• GPS E108.27o, S6.75o.
• Elevasi 52 m.
• Dataran rendah
• Pesawahan.
• Intensitas <2.
• Banjir dan kekeringan
SUMBER DATA

• AWS Jatiwangi
• WMO Code 96791.
• Komponen Iklim
• Suhu (T).
• Minimum (Tmn)
• Maksimum (Tmx)
• Rata-rata (Tav)
• Kelembaban Relatif (RH).
• Hujan (R).
• Lama Penyinaran (SSD)
• Evapotranspirasi (ET) dihitung FAO Penman
Monteith or Hargreaves.
• Radiasi Netto (Rn) dihitung berdasarakan,
Posisi Lintang, Elevation and Julian day,
Tmn, Tmx, Tav, RH & SSD.
HUJAN & EVAPOTRANSPIRASI TAHUNAN
(1978–2016)
HUJAN HARIAN
EVAPOTRANSPIRASI HARIAN
LAJU HUJAN & EVAPOTRANSPIRASI
SELISIH LAJU HUJAN & EVAPOTRANSPIRASI
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
Pada periode 2015/2016, musim hujan mulai pada hari ke-329 di tahun 2015 dan berakhir pada
ke-162 di tahun 2016, atau selama 197 hari dan mencapai puncaknya sebesar 10.3 mm/hari
pada hari ke-19 dengan surplus air sebesar 1235 mm. Musim kemarau berlangsung singkat
hanya 61 hari di tahun 2016 dengan puncaknya sebesar -0.7 mm/hari pada ke-194.

Tabel 1. Hasil analisis musim periode 1978/1978–2015/2016 (37 tahun)


Musim Hujan Musim Kemarau Total
Awal Akhir Lama Puncak Net Air Awal Akhir Lama Puncak Net Air Net Air
(hari-ke) (hari-ke) (hari) (hari-ke) (mm) (hari-ke) (hari-ke) (hari) (hari-ke) (mm) (mm)
Rataan 295 139 203 33 1557 141 293 156 229 -581 970
SD 27 19 37 23 258 20 26 40 24 224 424
CL=95% 339 171 264 71 1982 174 335 222 268 -212 1668
R2 0.97 0.99 0.97 0.99 1.00 0.99 0.99 0.98 0.99 1.00 0.98
RMSE 0.05 0.03 0.04 0.02 0.03 0.03 0.03 0.05 0.04 0.02 0.05
Error! Reference source not found. menyajikan hasil analisis musim selama 37 tahun
(Lampiran 2) dimana berdasarkan rataannya, dapat disumpulkan bahwa:

Musim Hujan:

A. Mulai hari ke-295±27 hari;


B. Lamanya 203±37 hari;
C. Puncaknya pada hari ke-33±23 hari;
D. Surplus air hujan 1557±258 mm;

Musim Kemarau:

1. Mulai hari ke-141±20 hari;


2. Lamanya 156±40 hari;
3. Puncaknya pada hari ke-229±24 hari;
4. Defisit air hujan 581±224 mm;

Kondisi optimis:

1) Musim hujan mulai hari ke-322 (Pertengahan November) dengan surplus air 1299 mm
2) Musim kemarau mulai hari ke-161 (Pertengahan Mei) dengan defisit air 805 mm

Surplus air selama dua musim tersebut sebesar 494 mm.


Potensi peningkatan IP:

A. Bila dalam satu musim tanam padi selama 110 hari, dengan rata-rata Kc=1.05 (Error!
Reference source not found.) dan rata-rata ETo=4.8 mm (Error! Reference source
not found.), dibutuhkan air sebesar 554 mm.
B. Potensi meningkatkan Indeks Pertanaman sebesar 494/554=0.89.
C. Bila surplus air sebesar 554 mm akan ditampung dalam bentuk embung berkapasitas
1000 m3 dengan rata-rata kedalaman 3 m, diperlukan lahan minimal seluas 600 m2 dan
daerah tangkapan air hujan minimal seluas 1800 m2.
D. Jumlah air ini (1000 m3) mampu mengairi lahan salah satunya untuk budidaya:
a. Padi seluas 1800 m2 atau lebih tergantung teknik irigasi yang diterapkan;
b. Jagung seluas lebih dari 1900 m2;
c. Kedelai seluas lebih dari 2900 m 2;
d. Sayuran seluas lebh dari 3200 m2.
TERIMA KASIH
MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN

Anda mungkin juga menyukai