(LINGKUNGAN)
Disusun Oleh :
Irwan Darwis
MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN
1. Pengertian neraca air
3.2.b. Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman
akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu
permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849
cm tinggi kolom air.
3.2.c. Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih
antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
3.3. Model Neraca Air Tanaman. Model ini
merupakan penggabungan data klimatologis,
data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini
dibuat untuk tujuan khusus pada jenis
tanaman tertentu. Data tanaman yang
digunakan adalah data koefisien tanaman
pada komponen keluaran dari neraca air.
Tujuan
Perkolasi
(P)
Persamaan neraca air di lahan pertanian:
∆𝜃 ∆ℎ
∆𝑡
𝑍= ∆𝑡
= ሺ𝑟 − 𝑟𝑜 − 𝑝 − 𝑒𝑡𝑐 ሻ+ ሺ𝑞𝑖 − 𝑞𝑜 ሻ............................................................. (1)
Dimana:
θ : Kadar air tanah volumetrik (fraksi, volume air dibagi volume tanah);
Z : Kedalaman perakaran (mm);
h : Tinggi air ekuivalen (mm);
∆t : Interval waktu (1 hari)
r : Laju hujan harian (mm h-1);
ro : Laju limpasan permukaan harian (mm h-1);
p : Laju perkolasi harian (mm h-1);
etc : Laju evapotranspirasi tanaman harian (mm h-1);
qi : Laju irigasi (mm h-1);
qo : Laju drainase (mm h-1).
Perubahan kadar air tanah:
Dimana:
Dimana:
𝑟−𝑖 𝑟>𝑖
𝑟𝑜 = ቄ ....................................................................................................................... (4)
0 𝑟≤𝑖
Dimana:
Infiltrasi:
𝐾𝑠 𝜃 = 𝜃𝑠
𝑖 = ൝1 −0.5
𝑆𝑡 + 𝐾𝑠 𝜃 < 𝜃𝑠
2
Dimana:
𝐾𝑠 𝜃 = 𝜃𝑠
𝑝=൜ ........................................................................................................ (5)
0 𝜃 < 𝜃𝑠
Dimana:
Evapotranspirasi:
Dimana:
Kc : Koefisien tanaman;
eto : Laju evapotranspirasi acuan (mm h-1).
Koefisien tanaman:
Koefisien tanaman bervariasi tergantung jenis dan umur tanaman serta teknis budidaya.
Gambarannya adalah sebagai berikut:
Banyak model yang dapat digunakan untuk menghitung evapotranspirasi acuan harian. Di
antaranya adalah model Hargreave yang cukup akurat walaupun hanya dengan masukan suhu
(maksimum, minimun dan rata-rata) harian dan radiasi ekstraterestial harian.
Dimana:
Dimana:
Dalam penentuan musim, dengan memperhatikan hanya laju hujan dan laju evapotranspirasi
acuan saja, Pers. 1 dapat ditulis sebagai berikut:
𝑑 ሺσ 𝑡 𝑅 ሻ
𝑟ሺ𝑡ሻ = ............................................................................................................. (14)
𝑑𝑡
𝑑 ሺσ 𝑡 𝐸𝑇𝑜 ሻ
𝑒𝑡𝑜 ሺ𝑡ሻ = 𝑑𝑡
...................................................................................................... (15)
Dimana:
Dimana:
a. Awal musim hujan (akhir musim kemarau) terjadi bila n=0 dan n cenderung
positif.
b. Musim hujan berlangsung bila pada periode tertentu n bernilai positif (n+);
c. Puncak musim hujan terjadi pada saat n+ terbesar;
d. Awal musim kemarau (akhir musim hujan) terjadi bila n=0 dan n cenderung
negatif.
e. Musim kemarau berlangsung bila pada periode tertentu n bernilai negatif (n-);
f. Puncak musim kemarau terjadi pada saat n- terbesar.
STUDI KASUS
• AWS Jatiwangi
• WMO Code 96791.
• Komponen Iklim
• Suhu (T).
• Minimum (Tmn)
• Maksimum (Tmx)
• Rata-rata (Tav)
• Kelembaban Relatif (RH).
• Hujan (R).
• Lama Penyinaran (SSD)
• Evapotranspirasi (ET) dihitung FAO Penman
Monteith or Hargreaves.
• Radiasi Netto (Rn) dihitung berdasarakan,
Posisi Lintang, Elevation and Julian day,
Tmn, Tmx, Tav, RH & SSD.
HUJAN & EVAPOTRANSPIRASI TAHUNAN
(1978–2016)
HUJAN HARIAN
EVAPOTRANSPIRASI HARIAN
LAJU HUJAN & EVAPOTRANSPIRASI
SELISIH LAJU HUJAN & EVAPOTRANSPIRASI
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
PERGESERAN MUSIM
Pada periode 2015/2016, musim hujan mulai pada hari ke-329 di tahun 2015 dan berakhir pada
ke-162 di tahun 2016, atau selama 197 hari dan mencapai puncaknya sebesar 10.3 mm/hari
pada hari ke-19 dengan surplus air sebesar 1235 mm. Musim kemarau berlangsung singkat
hanya 61 hari di tahun 2016 dengan puncaknya sebesar -0.7 mm/hari pada ke-194.
Musim Hujan:
Musim Kemarau:
Kondisi optimis:
1) Musim hujan mulai hari ke-322 (Pertengahan November) dengan surplus air 1299 mm
2) Musim kemarau mulai hari ke-161 (Pertengahan Mei) dengan defisit air 805 mm
A. Bila dalam satu musim tanam padi selama 110 hari, dengan rata-rata Kc=1.05 (Error!
Reference source not found.) dan rata-rata ETo=4.8 mm (Error! Reference source
not found.), dibutuhkan air sebesar 554 mm.
B. Potensi meningkatkan Indeks Pertanaman sebesar 494/554=0.89.
C. Bila surplus air sebesar 554 mm akan ditampung dalam bentuk embung berkapasitas
1000 m3 dengan rata-rata kedalaman 3 m, diperlukan lahan minimal seluas 600 m2 dan
daerah tangkapan air hujan minimal seluas 1800 m2.
D. Jumlah air ini (1000 m3) mampu mengairi lahan salah satunya untuk budidaya:
a. Padi seluas 1800 m2 atau lebih tergantung teknik irigasi yang diterapkan;
b. Jagung seluas lebih dari 1900 m2;
c. Kedelai seluas lebih dari 2900 m 2;
d. Sayuran seluas lebh dari 3200 m2.
TERIMA KASIH
MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN