Disusun Oleh:
Marisa (I4061192080)
Pembimbing:
dr. Ivan Lumban Toruan, Sp. PD- KHOM
Pendahuluan LEUKIMIA
Immature Mature
Insiden
Leukimia Dunia : 5 Per 100.000 Penduduk
Leukimia akut kronis Global: 26 % Tahun 2005 -2015
2
PENGKAJIAN KASUS
3
PENGKAJIAN KASUS
4
PENGKAJIAN KASUS
Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS. Sambas dengan keluhan badan lemah disertai BAB hitam.
Keluhan lemah dirasakan diseluruh badan pasien. Lemah yang dirasakan oleh pasien membuat pasien
terganggu untuk melakukan pekerjaannya sepanjang hari. Perasaan lemah ini tidak menghilang setelah
makan maupun dengan beristirahat. Pasien masih mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tetapi
untuk jangka waktu yang lebih singkat. Keluhan lemah dikatakan sudah sering dirasakan pasien sejak 8
bulan yang lalu dan dirasakan hilang timbul. Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan
selama 4 bulan terakhir sebelum di bawa ke rumah sakit. Keluhan mual muntah, batuk, gusi berdarah
dan mimisan disangkal oleh pasien. Pasien dirawat selama kurang lebih 5 hari. Pasien kemudian
mendapatkan terapi suportif yaitu transfusi darah sebanyak 1000 cc (4 kolf) dan diberikan tablet
penambah darah serta vitamin. Pasien mengatakan 2 minggu sebelum masuk Rumah sakit dan akhirnya
dirujuk, pasien mengeluh badan lemah dan pusing semakin berat, pasien mengaku tidak mampu untuk
bangun. Pasien september akhir pasien dirujuk karena di RS. Sambas tidak ada fasilitas lengkap untuk
mengetahui penyakitnya.
5
PENGKAJIAN KASUS
▰ :
Riwayat penyakit sekarang Con,t
Pasien dirujuk ke RSUD Dr. Soedarso dengan kadar HB sangat rendah yairu 4,3 g/dl.
Pasien masuk melalui UGD, dengan keluhan badan lemah, kepala terasa ngambang, dan
pusing. Pasien kemudian dikonsulkan ke Sp.PD, dengan hasil konsulan pasien diarahkan
untuk periksa darah lengkap, rontgen thorak, dan pemeriksaan darah tepi. Pasien kemudian
mendapatkan terapi, O2 3 liter, IVFD NaCl 0,9% 20 tpm, Inj. Ranitidin 2x1, Hydroxyurea
2-0-2, Allupirinol 1x300mg, As. Folat 3x1, VIT B12 3X1, Transfusi PRC 1000 cc. Setelah
pasien di observasi di IGD, dan tranfusi darah sebanyak 1 kolf di UGD, pasien kemudian
dipindahkan ke ruang rawat pada tanggal 29 september dengan kecurigaan adanya suatu
keganasan pada sel darah.
6
PENGKAJIAN KASUS
Tanda Vital
▰ Keadaan umum : Tampak sakit
berat ▰ Tekanan darah : 82/44
▰ Kesadaran : Compos mentis mmHg
▰ Nadi : 131 x/menit
▰ Napas : 22 x/menit
▰ Suhu : 36,70C
▰ Saturasi oksigen : 99%
8
Pemeriksaan Fisik
9
Pemeriksaan Fisik
Cor Pulmo
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak ▰ Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis,
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba retraksi (-)
Perkusi ▰ Palpasi : Vocal fremitus normal (+/+),
Batas kanan jantung : parasternal line pergerakan simetris
dekstra ▰ Perkusi : Sonor (+/+)
Batas kiri jantung : midclavicular line ▰ Auskultasi : Vesikuler (+ /+), Rhonki (-/-),
V sinistra Wheezing ( -/-)
Batas bawah jantung : setinggi ICS
IV
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular,
murmur (-) 10
Pemeriksaan Fisik
11
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin
Kimia Darah
Tanggal 28/09/2021
12
Pemeriksaan Penunjang
Hepatomegali
Kesan : splenomegali ringan
Cholesterolis dd/ small cholelitiasis
Curiga limpadenopati parailiaca kanan dan kiri. 13
Pemeriksaan Penunjang
15
Tatalaksana
17
18
19
20
TINJAUAN PUSTAKA
Hematopoesis
21
Leukimia
22
Leukimia Akut
23
Leukimia Kronis
25
Chronic Myeloid Leukimia
26
Chronic Myeloid Leukimia
28
PEMBAHASAN
29
PEMBAHASAN
30
PEMBAHASAN
31
PEMBAHASAN
Bisitopenia adalah penurunan dua dari tiga komponen sel darah (angka eritrosit,
angka leukosit dan trombosit). Dua dari tiga komponen tersebut dapat
mengalami penurunan jumlah jika terjadi suatu kelainan hematologi maupun
kelainan organ yang berhubungan dengan sel darah. Penurunan dapat terjadi
pada jumlah eritrosit dan jumlah trombosit dengan jumlah leukosit yang normal
atau meningkat, penurunan jumlah eritrosit dan leukosit dengan angka trombosit
normal. Bisitopenia dapat menggambarkan suatu proses yang dilalui sebelum
terjadinya pansitopenia. Gejala bisitopenia dapat beragam misalnya berupa
gejala anemia seperti lemas, pucat, berdebardebar atau gejala trombositopenia
dan leukopenia seperti perdarahan sulit berhenti, mudah memar dan mudah
terkena infeksi
32
PEMBAHASAN
▰ Hal ini sejalan dengan terori bahwa, untuk membedakan ALL dengan AML
merupakan langkah yang harus dilakukan pada setiap leukemia akut,
karena akan sangat menentukan jenis terapi dan prognosis penderita.
gambaran morfologi sel blas pada apus darah tepi atau sumsum tulang
kadang-kadang tidak dapat membedakan ALL maupun AML sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan sitokimia.
33
PEMBAHASAN
34
PENUTUP
Pada pasien ini didiagnosis dengan suspek Acute Myeloid Leukima (AML) merupakan
keganasan berasal dari sel-sel mieloid imatur yang jika tidak diterapi, dapat berakibat fatal
dalam beberapa bulan. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada dewasa dan rata-rata
didiagnosis pada usia sekitar 67 tahun. AML tidak memberikan tanda dan gejala klinis yang
spesifik. Terapi terdiri dari terapi induksi, dimana terapi “3 + 7” masih menjadi standar; dan
terapi konsolidasi dengan kemoterapi atau transplantasi sel punca hematopoietik. Walaupun
telah terdapat perkembangan mengenai pemahaman dan molekuler AML, pasien dapat
mengalami kekambuhan. Belum semua terapi yang dikembangkan memberikan hasil
memuaskan, dan terapi-terapi lain masih terus dikembangkan.
35
THANKS!
Any questions?
@MARISA
36