Anda di halaman 1dari 14

Contoh : Safety Stock with Probabilistic Demand

Memphis Regional Hospital menyediakan


resusitasi “code blue” yang memiliki
distribusi normal permintaan selama
reorder period. Rata-rata (mean)
permintaan selama periode pemesanan
ulang adalah 350 kit, dan standar
deviasinya adalah 10 kit. Administrator
rumah sakit ingin mengikuti kebijakan
yang mewajibkan stockouts hanya boleh
5% dari waktunya. Pertanyaannya, berapa
nilai dari Z? Berapa banyak safety stock
yang seharusnya ada di rumah sakit?
Berapa reorder point-nya?
Jawaban :
a. Dalam menentukan nilai Z-nya, kita perlu menggunakan tabel Z untuk menentukan
luas area di bawah kurva normalnya. Dikarenakan di soal stockout-nya 5%, maka 1 –
0,05 = 0,95. Pada tabel kurva normal, nilai Z-nya adalah 1,645.
b. Jumlah safety stock yang diperlukan dapat dicari dengan rumus berikut.

c. Reorder Point
ROP = Expected demand during lead time + safety stock
= 350 kits + 16,5 kits of safety stock
= 366,5 atau 367 kits
Other Probabilistic Models
Pada slide sebelumnya diasumsikan estimasi permintaan selama lead time dan standar
deviasi telah diketahui, tetpai jika lead time tidak diketahui, terdapat 3 model yang tersedia
untuk diterapkan.
Kita harus bisa menentukan model mana yang digunakan untuk tiga situasi berikut.
1. Demand bersifat variabel (berubah-ubah) dan lead time bersifat fixed (konstan)
2. Lead time bersifat variabel (berubah-ubah) dan demand bersfiat fixed (konstan)
3. Demand dan lead time bersifat variable

 Demand Is Variable and Lead Time Is Constant


Contoh : ROP for Variable Demand and Constant Lead Time
Permintaan rata-rata laptop merk Lenovo di Circuit Town store adalah 15 unit,
dengan standar deviasi-nya adalah 5 unit. Lead time-nya konstan, yakni 2 hari.
Tentukan reorder point jika manager menginginkan service level-nya 90%. Berapa
banyak safety stock-nya?

Jawaban :
Menentukan nilai Z-nya untuk area kurva 90% (0,90), yakni 1,28. Kemudian mencari
Reorder Point dengan cara sebagai berikut.
 Lead Time Is Variable and Demand Is Constant
-> Permintaan (demand) bersifat konstran, dan hanya Lead Time yang bersifat variable.

Rumusnya :
ROP = (Daily demand x Average lead time in days) + Z x Daily Demand + SD LT
Dimana SDLT = Standard Deviasi dari lead times in days

Contoh : ROP for Constant Demand and Variable Lead Time


Berdasarkan soal sebelumnya, asumsi The Circuit Town store menjual 10 kamera
setiap harinya (hampir konstan). Lead time untuk pengiriman kamera normalnya
didistribusikan dengan waktu rata-rata yakni 6 hari dan standar deviasi-nya adalah 1
hari, serta service levelnya 98%. Tentukan Reorder Point (ROP)-nya!.

Jawaban :
Menentukan nilai Z-nya untuk area kurva 98% (0,98), yakni 2,05. Kemudian mencari
Reorder Point dengan cara sebagai berikut.
 Both Demand and Lead Time Are Variable
-> Ketika demand dan lead time bersifat variable, maka formula yang diterapkan untuk
menentukan reorder point-nya akan menjadi lebih kompleks.

Rumus :
Contoh : ROP for Variable Demand and Variable Lead Time
Item yang paling popular di The Circuit Town store adalah six-packs of 9-volt
batteries. Sekitar 150 packs terjual setiap harinya, diikuti dengan distribusi normal
yang standar deviasinya adalah 16 packs. Rata-rata lead time yang dibutuhkan
adalah 5 hari dan standar deviasinya 1 hari. Berapa ROP jika service level-nya 95%?

Jawaban :
Menentukan nilai Z-nya untuk area kurva 95% (0,95), yakni 1,645. Kemudian mencari
Reorder Point dengan cara sebagai berikut.
Single-Period Model
 Model persediaan periode tunggal (single-period inventory model)
menggambarkan situasi di mana satu pesanan ditempatkan untuk suatu
produk.
 Pada akhir periode penjualan, setiap produk yang tersisa memiliki nilai yang
kecil atau mungkin tidak memiliki nilai sama sekali. Biasanya produk seperti ini
adalah produk musiman, seperti produk untuk perayaan hari-hari besar, dan
lain sebagainya.
 Dengan kata lain, meskipun produk ini dipesan setiap periode atau musim
tertentu, mereka tidak dapat disimpan dan digunakan sebagai inventaris di
periode penjualan berikutnya.
 Dikarenakan permintaan produk musiman tidak dapat diketahui jumlah
pastinya, maka dari itu perusahaan akan mempertimbangkan distribusi
kemampuan probabilitias terkait permintaan.
Untuk menentukan kebijakan persediaan yang optimal,
perusahaan membutuhkan standar deviasi dan
mempertimbangkan dua formula marginal cost berikut ini.
Contoh : Single – Period Inventory Decision

Chris Ellis’s newsstand biasanya menjual 120 copies Washington Post tiap
harinya. Chris percaya penjual Post didistribusikan dengan normal, dengan
standar deviasinya 15 papers. Ia membayar 70 sen untuk setiap paper, yang
mana dijual dengna harga $1,25. The Post memberikan ia 30-cent credit
untuk tiap paper yang tidak terjual. Chris ingin menentukan berapa banyak
papers yang ia harus order tiap harinya dan resiko terjadi stockout.

Jawaban :
Cs = cost of shortage = $1,25 - $0,70 = $0,55
Co = cost of overage = $0,70 - $0,30 (salvage value) = $0,40
Fixed-Period (P) Systems
• Fixed-quantity (Q) system -> sistem pemesanan yang memesan barang dalam kuantitas
yang sama setiap saat.
• Perpetual inventory system -> Sistem yang melacak setiap penarikan atau penambahan
inventaris secara terus menerus, sehingga pencatatannya selalu terkini.

 Fixed-period (P) system -> Sebuah sistem di


mana pemesanan persediaan dilakukan pada
interval waktu yang teratur.
 Keuntungan dari fixed-period system adalah
tidak adanya perhitungan gisik inventory
setelah item ditarik.
 Kerugian P system adalah karena tidak
adanya perhitungan persediaan selama masa
pengulasan, sehingga kemungkinan ada
stockout selama ini.
CONTRIBUTION

 Jeanny Angel H. – 202050288 (Hal 495 – 499)


 Eric Stefan – 202050417 (Hal 510 – 515)
 Gracella Irwana – 202050419 (Hal 490 – 494)
 Dhisca Haryanto – 202050422 (Hal 505 – 509)
 Zenwin – 202050427 (Hal 500 – 504)
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai