c. Reorder Point
ROP = Expected demand during lead time + safety stock
= 350 kits + 16,5 kits of safety stock
= 366,5 atau 367 kits
Other Probabilistic Models
Pada slide sebelumnya diasumsikan estimasi permintaan selama lead time dan standar
deviasi telah diketahui, tetpai jika lead time tidak diketahui, terdapat 3 model yang tersedia
untuk diterapkan.
Kita harus bisa menentukan model mana yang digunakan untuk tiga situasi berikut.
1. Demand bersifat variabel (berubah-ubah) dan lead time bersifat fixed (konstan)
2. Lead time bersifat variabel (berubah-ubah) dan demand bersfiat fixed (konstan)
3. Demand dan lead time bersifat variable
Jawaban :
Menentukan nilai Z-nya untuk area kurva 90% (0,90), yakni 1,28. Kemudian mencari
Reorder Point dengan cara sebagai berikut.
Lead Time Is Variable and Demand Is Constant
-> Permintaan (demand) bersifat konstran, dan hanya Lead Time yang bersifat variable.
Rumusnya :
ROP = (Daily demand x Average lead time in days) + Z x Daily Demand + SD LT
Dimana SDLT = Standard Deviasi dari lead times in days
Jawaban :
Menentukan nilai Z-nya untuk area kurva 98% (0,98), yakni 2,05. Kemudian mencari
Reorder Point dengan cara sebagai berikut.
Both Demand and Lead Time Are Variable
-> Ketika demand dan lead time bersifat variable, maka formula yang diterapkan untuk
menentukan reorder point-nya akan menjadi lebih kompleks.
Rumus :
Contoh : ROP for Variable Demand and Variable Lead Time
Item yang paling popular di The Circuit Town store adalah six-packs of 9-volt
batteries. Sekitar 150 packs terjual setiap harinya, diikuti dengan distribusi normal
yang standar deviasinya adalah 16 packs. Rata-rata lead time yang dibutuhkan
adalah 5 hari dan standar deviasinya 1 hari. Berapa ROP jika service level-nya 95%?
Jawaban :
Menentukan nilai Z-nya untuk area kurva 95% (0,95), yakni 1,645. Kemudian mencari
Reorder Point dengan cara sebagai berikut.
Single-Period Model
Model persediaan periode tunggal (single-period inventory model)
menggambarkan situasi di mana satu pesanan ditempatkan untuk suatu
produk.
Pada akhir periode penjualan, setiap produk yang tersisa memiliki nilai yang
kecil atau mungkin tidak memiliki nilai sama sekali. Biasanya produk seperti ini
adalah produk musiman, seperti produk untuk perayaan hari-hari besar, dan
lain sebagainya.
Dengan kata lain, meskipun produk ini dipesan setiap periode atau musim
tertentu, mereka tidak dapat disimpan dan digunakan sebagai inventaris di
periode penjualan berikutnya.
Dikarenakan permintaan produk musiman tidak dapat diketahui jumlah
pastinya, maka dari itu perusahaan akan mempertimbangkan distribusi
kemampuan probabilitias terkait permintaan.
Untuk menentukan kebijakan persediaan yang optimal,
perusahaan membutuhkan standar deviasi dan
mempertimbangkan dua formula marginal cost berikut ini.
Contoh : Single – Period Inventory Decision
Chris Ellis’s newsstand biasanya menjual 120 copies Washington Post tiap
harinya. Chris percaya penjual Post didistribusikan dengan normal, dengan
standar deviasinya 15 papers. Ia membayar 70 sen untuk setiap paper, yang
mana dijual dengna harga $1,25. The Post memberikan ia 30-cent credit
untuk tiap paper yang tidak terjual. Chris ingin menentukan berapa banyak
papers yang ia harus order tiap harinya dan resiko terjadi stockout.
Jawaban :
Cs = cost of shortage = $1,25 - $0,70 = $0,55
Co = cost of overage = $0,70 - $0,30 (salvage value) = $0,40
Fixed-Period (P) Systems
• Fixed-quantity (Q) system -> sistem pemesanan yang memesan barang dalam kuantitas
yang sama setiap saat.
• Perpetual inventory system -> Sistem yang melacak setiap penarikan atau penambahan
inventaris secara terus menerus, sehingga pencatatannya selalu terkini.