Anda di halaman 1dari 37

NERVUS

Ns. Mike Asmaria, S.Kep.M.Kep


Ringkasan Fungsi Saraf Kranial
Saraf Kranial Komponen Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Penciuman
II Optikus Sensorik Penglihatan
III Okulomotoriu Motorik Mengangkat kelopak mata atas
s
Kontraksi Pupil
Sebagian besar gerakan ekstraokuler
IV Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
VI Abdusens Motorik Deviasi mata ke lateral
V Trigeminus Motorik Otot temporalis dan maseter (menutup rahang dan
mengunyah), gerakan rahang ke lateral
Sensorik Kulit wajah, dua pertiga dapan kulit kepala, mukosa
mata, mukosa hidung dan rongga mulut, lidah dan gigi.
Reflek kornea atau refleks mengedip
Saraf kranial V , respons motorik melalui saraf kranial VII
II Optikus Sensorik Penglihatan
VII Fasialis Motorik Otot-otot ekspresi wajah termasuk otot dahi, sekeliling
mata serta mulut
Lakrimasi dan saliva
Sensorik Pengucapan dua pertiga depan lidah (rasa manis, asam,
dan asin)
VIII Cabang Vestibularis Sensorik Keseimbangan
Vestibulokokleari
Cabang koklearis Sensorik Pendengaran
IX Glosofaringeus Motorik Faring menelan, refleks muntah, Parotis : saliva
Sensorik Faring, laring, refleks muntah, visera leher, toraks, dan
abdomen
X Vagus Morik Faring, menelan, refleks muntah, fonasi visera abdomen
Sensorik Faring, laring refleks muntah, visera leher, toraks dan
abdomen
XI Asesorius Motorik Otot sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot
trpezius : pergerakan kepala dan bahu
XII Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah
• Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak
dan langsung kelyar meninggalkan tengkorak
melaui lubang-lubanng pada tulang yang si
sebut foramina (tunggal, foramen).
• Terdapat 12 pasang saraf kranial
• Nervus I, II, VIII merupakan saraf sensorik
murni.
• Saraf kranial V, VII, dan X merupakan saraf
campuran
• Saraf kranial III, VII dan X juga mengandung
beberapa serabut saraf dari cabang
parasimpatis sistem saraf otonom
OTAK
• Jaringan Otak
• Cairan Serebrospinal
• Ventrikel
• Suplai darah
• Serebrum
• Korteks Serebri
Bagian2 penting persyarafan
• LOBUS FRONTAL
• LOBUS PARIETALIS
• LOBUS OKSIPITALIS
• LOBUS TEMPORALIS
• Serebelum
• Formasio Retikularis
• Pons
• Medula Oblongata
• Mesensefalon
• Diensefalon
• Talamus
• Subtalamus
• Epitalamus
• Hipotalamus
• Sistem Limbik
• Saraf Kranial
Saraf Spinal
• Saraf2 spinal ada manusia dewasa berukuran
panjang 45 cmm dan lebar 14 mm. Pada
bagian permukaan dorsal dari saraf spinal
terdapat alur yang dangkal secara longitudinal
pada bagian medial posterior berupa siklus dan
bagian yang dalam dari anterior berupa fisura
• Medula spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan
saraf dan masing2 memiliki sepasang saraf
spinal yang keluar dari kranialis vertebralis
melalui foramina intervertebrales (tulang
vertebra)
sambungan
• Saraf 2 spinal diberi nama sesuai dengan
foramen intervertebralis tempat keluarnya
saraf2 tersebut, kecuali saraf servikal
pertama. Dengan demikian terdapat 8
pasang saraf servikal (hanya 7 vertebra
servikalis), 12 pasang saraf torakal, 5
pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf
sakralis dan 1 [asang saraf koksigeal
Saraf Otonom
• Sistem Saraf Otonom (SSO), Terdiri dari
sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Pengkajian gangguan
persyarafan
• Anamnesis
• 1. identitas klien
• 2. keluhan utama
• 3. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
• Biasanya terjadi disfungsi neurologis
• Kelemahan anggota gerak
• Bicara pelo
• Tidak dapat berkomunikasi
• Konvulsi (kejang)
• Sakit kepala hebat
• Nyeri otot
• Kaku kuduk
• Sakit punggung
• Tingkat kesadaran menurun (GCS < 15)
• Akrak dingin
• Ekspresi rasa takut
Riwayat Penyakit
• RKS
serangkaian wawancara untuk menggali
permasalahan klien dari timbulnya keluhan
utama pada gangguan sistem persyarafan
sampai pada saat pengkajian, ex nyeri
( disertai PQRST). Apabila sdh lama di rawat
d RS atau pindahan dari ruangan
lain :tanyakan apakah keluhan utama masih
sama spt awal masuk RS, Uraikan tindakan
dan pengobatan yg sudah di dapat klien.
sambungan
• Pada gangguan neurologis RKS yang mungkin
di daatkan meliputi adanya Riwayat uatama,
riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh saat
beraktivitas, keluhan pada gastrointestinal
seperti mual, muntah, bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak lain,
gelisah, latergi, lelah, apatis, perinahan pupil,
pemakaian obat2an(sedatif, antipsikotik,
perangsang saraf), dll
• Riwayat Kesehatan Dahulu

Pertanyaan diarahkan pada penyakit2 yang dialami sebelumnya yang ada hubungan dengan
masalah yang dialami klien sekarang.
Beberapa pertanyaan :
 Apakah klien menggunakan obat-obatan seperti analgetik, sedatif, hipnotis, antipsikotik,
antidepresiatau perangsang sistem persyarafan
 Apakah klien penah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang, tremor, pusing, vertigo, kebas,
atau kesemutan pada bagian tubuh, kelemahan, nyeri atau perubahan dalam bicara dimasa lalu
 Bila klien sudah mengalami salah satu gejala diatas, gali lebih detail. Ex : pada kejang tentukan
rangkaian peristiwa (Aura, jatuh ke tanah, menangis, aktivitas motor, fase transisi, hilangnya
kesadaran, inkontinensia, lamanya kejang). Pada kasus vertigo atau pusing, tentukan serangan,
sensasi dan gejala yang berhubungan.
 Diskusikan dengan pasangan klien, anggota keluarga atau teman klien mengenai perubahan
perilaku klien akhir-akhir ini : contoh peningkatan iritabilitas, perubahan suasana hati atau
kehilangan ingatan
 Perawat sebainya bertanya mengenai riwayat perubahan penglihatan, pendengaran, penghidu,
pengecapan, perabaan.
 Riwayat utama trauma kepala, atau batang spinal, meninginitis, kelainan kongenital, penyakit
neurologis atau konseling psikiatri
 Riwayat peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi
 Riwayat tumor, baik yang ganas maupun jinak pada persyarafan perlu di tanyakan karena
kemungkinan ada hubungan dengan keluhan sekarang yang dapat memberikan metastasis ke
sistem persyarafan pusat dengan segala komplikasinya
• Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis akan adanya riwayat keluarga
yang menderita hipertensi, diabetes
melitus yang akan memeberikan
hubungan dengan beberapa masalah
disfungsi neurologis .
• Pengkajian Psikososial
Untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kogitif dan
perilaku klien.
• Kemampuan Koping Normal
Untuk menilai respon emosi klienterhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran kliendalam kehidupan sehari2
(ketakutan, kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal dan padangan terhadap diri
yang salah.
• Pengkajian sosioekonomisspritual
Apakah memberi dampak pada status
ekonomi klien biaya perawatan dan pegobatan
Pemeriksaan Fisik
Secara umum pemeriksaan fisik sisten
persarafan di tujukan pada area:
1. Pengkajian tingkat kesdaran
2. Pengkajian fungsi cerebral
3. Pengkajian saraf krnial
4. Pengkajian sistem motorik
5. Pengkajian respon refleks
6. Pengkajian sistem sensorik
Pengkajian Tingkat Kesadaran
Responsitivitas Tingkat Kesadaran (Carolyn M.Hudak and Barbara M.Gallo)
Tingakat Klinis
Responsitivita
s
Terjaga Normal
Sadar Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat
pertama kali terjaga tetapi berorientasi sempurna ketika
bangun
Latergi Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana ketika
di rangsang
Stupor Sangat sulit untuk di bangunkan tidak konsisten dalam
mengikuti perintah sederhana atau berbicara satu kata atau
frase pendek
Semikomatosa Gerak bertujuan ketika di rangsang tidak mengikuti perintah,
atau berbicara koheren
Koma Dapat berespon dengan postur secara refleks ketika di
stimulasi atau dapat tidak berespons pada stiap stimulus
GCS (Glasgow Coma Scale)
• Tingkat Kesadaran dengan menggunakan
GCS
RESPON
MOTORIK
RESPON VERBAL
TERBAIK
MEMBUKA MATA

TERBAIK
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4

Terlokalisasi 5 Bingung 4 Terhadap 3


Panggilan
Menghindar 4 Kata tidak 3 Terhadap Nyeri 2
dimengerti
Fleksi Abnormal 3 Hanya Suara 2 Tidak Dapat 1

Ekstensi 2 Tidak ada 1

Tidak ada 1
Pengakajian Fungsi Serebral
Fungsi serebral yang tidak normal dapat
menyebabkan gangguan komunikasi,
fungsi intelektual, dan dalam pola tingkah
laku emosional :
1. Status Mental
2. Fungsi Intelektual
3. Daya Pikir
4. Status Emosional
5. Kemampuan Bahasa
Status Mental

Secara ringkas prosedur pengkajian status mental klien


dapat dilakukan sebagai berikut :
• Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, dengan
melihat cara berpakaian klien, kerapian dan kebersihan
diri
• Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik, semuanya ini sering
memberikan informasi penting tentang klien
• Observasi gaya bicara klien dan tingkat kesadaran
• Apakah gaya bicara klien dan tingkat kesadaran
• Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal
• Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan
stupor?
Tata Pemeriksaan Status Mental
PENILAIA RESPONS
N
Perhatian Rentang perhatian ke depan dan ke belakang
Daya Ingat Jangka Pendek : mengingat kembali 3 buah benda setelah 5 menit
Jangka Panjang : mengingat nama depan ibunya, mengingat kembali menu
makanan pagi, kejadian hari sebelumnya dan sebagainya
Perasaan Amati suasana hati yang tercermin pada tubuh, ekspresi tubuh
(Afektif) Deskripsi verbal afektif
Verbal sesuai dengn indikator tubuh tentang suasana hati
Bahasa Isi dan kualitas ucapan spontan
Menyebutkan benda2 yang umum, bagian2 dari suatu benda
Pengulangan kalimat
Keampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-pesan singkat pada surat
kabar, majalah, Kemampuan menulis secara spontan, didikte

Pikiran Informasi dasar (seperti presiden terbaru, tiga presiden terdahulu)


Pengetahuan tentang kejadian-kejadian baru
Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
Menghitung : menambahkan dua angka, mengurangu 100 dg 7
Persepsi Menyalin gambar : persegi, tanda silang, kubus 3 dimensi
Menggambar bentuk jam, membuat peta ruangan
Menunjuk kesisi kanan dan kiri tubuh
Memperagakan mengenakan jaket, meniup pluit, menggunakan sikat gigi
Fungsi Intelektual
• Penilaian fungsi intelektual akan mengungkapkan
banyak informasi tentang adanya kerusakan otak.
Kerusakan otak tidak mampu mengenal persamaan
dan perbedaan yang kecil (rumit/kompleks)

• Pengkajian intelektual yang dilakukan :


a. Mengingat /memori
b. Pengetahuan umum
c. Menghitung / kalkulasi
d. Mengenal Persamaan dan Perbedaan
e. Mempertimbangkan
Daya Pikir
Pengkajian kemampuan berpikir klien dapat
dilakukan selama wawancara

• Apakah pikiran klien bersifat spontan,


alamiah, jernih, relevan dan masuk akal?
• Apakah klien mempunyai kesulitan berfikir,
khayalan, dan keasykan sendiri?
• Apa yang menjadi pikiran klien?
Status Emosional
• Respon klien terhadap tingkah laku orang2 di
sekelilingnya /terhadap keadan dan perasaan
fisik sdr.

• Kecemasa dan ketegangan dapat terlihat dari


sikap dan tingkah laku klien : mata yang tidak
tenang, warna wajah yang kemerahan, wajah
yang berkeringat banyak, sudut mulut
bergerak2, mata sering terpejam, tangan dan
jari berkeringat, serta gemetar
Ringkasan pengkajian status emosional
klien
• Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka,
pemarah, cemas, aptis, atau euforia?

• Apakah alam perasaan klien berubah2 secara


normal /iramanya tidak dapat di duga dari
gembira menjadi sedih selama wawancara?

• Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan


tampilan komunikasi nonverbal?
Kemampuan Bahasa
• Disfagia/afasia
Defisiensi fungsi bahasa akibat lesi / kelaianan korteks
serebri.

• Disatria
Kesulitan artikulasi , karena penyakit serebelum
kehilangan koordinasi sehingga pelo dan eksplosif /
bicara dg kalimat terpenggal2 (scanning speech)

• Disfonia
Kualitas suara berubah (parau) dengan volume yang
kecil akibat penyakit pada pita suara. Klumpuham nervus
laringeus rekuren.
Pengkajian klien Disfasia/Apasia
BICARA LANCAR (DISFASIA BICARA TIDAK LANCAR
RESEPTIF, KONDUKTIF, NOMINAL) (AFASIA EKSPRESIF)
Menyebut nama-nama benda .Klien dg Menyebutkan nama2 benda . Sulit
afasia nominal, konduktif, atau reseptif dilakukan tetapi lebih baik daripada bicara
sulit menyebutkan nama2 benda spontan

Repetisi : Klien dengan adasia konduktif Repetisi : Mungkin dapat dilakukan


dan reseptif tidak dapat mengulangi dengan usaha yang keras. Repetisi frasa
pesan bahasa kurang baik
Komprehensi : Hanya klien dengan Komprehensi : Normal (perintah tertulis
afasia reseptil yang tidak dapat dan verbal dapat diikuti)
mengikuti perintah (verbal tertulis)
Membaca : Klien dengan lesi posterior Tulisan : Disgrafia dapat di temukan
dari area Wernicke menderita disleksia

Menulis : Klien afasia konduktif sulit Hemiparesis .lengan lebih sering terkena
menulis, sedangkan klieb dengan afasia dari pada tungkai
reseptif isi tulisanya abnormal.Klien
dengan lesi lobus frontal dominan dapat
jg menderita disfagia
PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL
LOBUS FUNGSI GANGGUAN
Frontal • Penilaian • Gangguan Penilaian
• Kepribadian bawaan • Gangguan penampilan dan kebersihan
•Keahlian mental kompleks diri
(Abstrak, membuat konsep, • Gangguan fungsi motorik
memperkirakan masa depan)
Temporal • Memori Pendengaran • Gangguan memori kejadian yang baru
•Memori kejadian yang baru terjadi terjadi
• Daerah Auditorius Primer yang • Kejang Psikomotor
memperngaruhi kesadaran • Tuli
• Konfabulasi
Parietal Bicara Afasia, Agrafia, Akalkulia, Agnosia
Dominan • Berhitung (matematika) •Gangguan sensorik (bilateral)
• Topografi kedua sisi
Nondominan • Kesadaran sensorik • Disorientasi
• Sintesis ingatan yang komplek •Apraksia
•Distorsi konsep ruang
•Hilang kesadaran pada sisi tubuh yang
berlawanan
Oksipital • Memori Penglihatan •Kemampuan Penglihatan berkurang
dan buta
Saraf Kranial I
Saraf Olfaktorius (saraf kranial I)

• Menghantarkan rangsang bau menuju otak


• Saaraf sensorik memiliki serabut yang
berasal dari membran mukosa hidung &
menembus area kribriformis dari tulang
etmoid u bersinaps di bulbus olfaktorius.
Saraf Kranial II (Saraf Optikus)

• Saraf sensorik murni yang dimulai di retina.


• Serabut2 saraf ini melewati foramen optikum dekat arteri
oftalmika dan bergabung dg nervus dari sisi lainnya pada
dasar otak untuk membentuk kiasma optikum

• Tes Ketajaman Penglihatan : Tes Snellen (jarak 6 m dari


klien)

• Tes Konfrontasi : Jari sebagai objek (jarak 30-40 cm)


• Pemeriksaan Fundus : Oftalmoskop
Saraf Kranial III, IV dan VI (Saraf Okulomotorius, troklearis & Abdusens)

• Saraf sensorik murni yang dimulai di retina.


• Saraf ini bekerja sama dalam mengatur otot-otot
ekstraokuler (EOM). Saraf okulomotorius juga
berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan
mempersyarafi otot konstriktor yang mengubah ukuran
pupil.
• Pemeriksaan Fungsi dan Reaksi Pupil. Pupil adalah
lubang yang terdapat di pusat iris mata. Pupil yang
sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut
midriasis.
• Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
Saraf Kranial III, IV dan VI

Gambaran Klinis dan Penyebab Kelaianan Saraf III, IV dan VI

SARAF GAMBARAN KLINIS PENYEBAB


III • Ptosis total (ptosis parsial dapat •Penyebab sentral meliputi tumor, lesi
terjadi pada lesi yang inkomplit) vaskular, dan demielinasi
•Strabismus divergen (mata ke arah •Penyebab perifer meliputi : lesi
bawah dan luar) komparesif, seperti tumor, aneurisma,
•Pupil yang melebar tidak bereaksi meningitis basalis, karsinoma
terhadap cahaya langsung (reaksi nasofaring, lesi orbital sindroma fisura
konsensual pada mata normal lainya orbitalis superior
masih utuh ) dan tidak bereaksi •Infark, seperti pada arteritis dan
terhadap akomodasi diabetes

IV • Lesi yang menyebabkan paralisis Kelumpuhan saraf IV yang tersendiri


muskulus oblikus superior dengan jarang ditemukan. Kelaianan ini
kelemahan gerakan ke bawah (dan kadang-kadang dapat terjadi terjadi
keluar) pada lesi pendukulus serebri.
Biasanya berkaitan dengan
kelumpuhan Saraf III
VI • Terdapat kegagalan gerakan ke Lesi bilateral dapat disebabkan
lateral , strabismus konvergen, oleh :
dan diplopia. Tanda-tanda ini • Trauma
maksimal bila memandang ke •Ensepalopati Wernicke (Sindrom
sisi yang terkena dan bayangan Oftalmoplegia, konfusi dan
yang timbul letaknya horizontal antaksia yang sering kali
dan sejajar satu sama lain berkaitan dengan psikosis.
• Bayangan yang paling luar dari Korsakolf dan yang disebabkan
mata yang terkena menghilang oleh defisiensi tiamin)
jika mata tersebut di tutup •Mononeuritis multipleks
(bayangan ini biasanya juga •Tekanan intrakranial yang
lebih kabur) meningkat
•Lesi nervus VI Unilateral dapat
berasal dari sentral (tumor atau
lesi vaskuler ) atau perifer
(trauma, mononeuritis multipleks)
Saraf Kranial V (Saraf Trigeminus)

• Terdiri atas serabut sensorik dan serabut


motorik. Nukleus motorik dan sensorik untuk
sensasi raba terletak di Pons, proprioseptif
terletak di mesensefalon. Sedangkan
nukleus yang berhubungan dengan sensasi
nyeri dan temperatur terletak sepanjang
batang otak sampai medula spinalis servikal
atas.
Saraf Kranial VII (Fasialis)

• Mempunyai fungsi sensorik maupun


motorik. Saraf ini membawa serabut
sensorik yang menghantar persepsi
pengecapan bagian anterior lidah, dan
serabut motorik yang mempersarafi
semua otot ekspresi wajah, termasuk
tersenyum, mengerutkan dahi,
menyeringai, dan sebagainya.
Penyebab Kelumpuhan Saraf Fasialis
LESI KLINIS
Lesi Saraf Tumor dan lesi vaskular merupakan penyebab tersering. Lesi
Motorik atas pada lobus frontal dapat menyebabkan kelemahan gerakan
(supranuklear) emosional wajah saja, gerkan-gerakan volunter masih utuh

Lesi saraf Penyebab2 pada pons (sering kali disertai dengan lesi saraf V
motorik bawah dan VI) meliputi tumor, lesi vaskular, dan siringobulbia. Lesi
fase posterior meliputi neuroma akustik, meningitis kronik.
Pada tingkat setinggi pars petrosa os temporalis danpat terjadi
Bell’s palsy merupakan

Anda mungkin juga menyukai