Anda di halaman 1dari 35

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN

SERTA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN BAHAN


ADIKTIF LAINNYA (P4GN) DI TEMPAT KERJA
POEGOEH PRIJAMBADA, SH, MH
KEPALA BIDANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DASAR HUKUM SERTA
PERAN DAN FUNGSI PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan
Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan tahun
1984 NR. 23 dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
5. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan
6. Permenakertrans Nomor Per.11/Men/VI/2005 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Bahan adiktif
Lainnya di Tempat Kerja
7. Permenaker Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan
8. Permenaker Nomor 01 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Permenaker Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan
9. Kepmenakertrans No. Kep. 68/Men/2004 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
Undang-Undang (UU) Nomor
3 Tahun 1951

 Pengawasan Ketenagakerjaan:
Fungsi publik (negara/pemerintah) untuk memastikan penerapan perundang-undangan
ketenagakerjaan di perusahaan/tempat kerja.
 Peran Utama Pengawasan Ketenagakerjaan:
Meyakinkan pengusaha untuk mematuhi undang-undang di tempat kerja, melalui
langkah-langkah pembinaan, pencegahan, penasehatan teknis, dan jika diperlukan
penegakan hukum.
 Maksud dan Tujuan Utama Pengawasan Ketenagakerjaan:
4
Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan di bidang ketenagakerjaan.
PRINSIP UMUM PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
(PERATURAN PRESIDEN NOMOR 21 TAHUN 2010)

BERKOMPETEN & INDEPENDEN MEMILIKI KEPUTUSAN PENUNJUKAN


Pengawasan Ketenagakerjaan dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan ditetapkan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan yang mempunyai Menteri Ketenagakerjaan
kompetensi & independen

DILAKSANAKAN OLEH INSTANSI KETENAGAKERJAAN SISTEMATIS DAN TERSTRUKTUR


Dilaksanakan oleh Unit Kerja tersendiri pada Pengawasan ketenagakerjaan harus berada di
instansi yang menyelenggarakan urusan bawah supervisi dan kontrol pemerintah pusat
pemerintahan bidang tenaga kerja pada
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
FILOSOFI
Pengawasan
Ketenagakerjaan

01 Memastikan diterapkannya norma


ketenagakerjaan

02
Memastikan bahwa Hak Pekerja
sudah dipenuhi

Mendorong terciptanya

03 hubungan industrial yang


kondusif danalam upaya
meningkatnya
produktivitas kerja
PERAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN

PENASEHAT (ADVISORY)

membantu pengusaha untuk diterapkannya


norma ketenagakerjaan melalui kegiatan
pembinaan dan pengawasan
ketenagakerjaan

PENEGAKAN HUKUM (POLICIONING)

memproses penindakan hukum bagi yang


tidak menerapkan melalui kegiatan
penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan
Peran Pengawasan Ketenagakerjaan

Untuk:
• Mendorong
• Mempromosikan
• Menginformasikan
• Memberikan edukasi
• Melakukan persuasi
• Mempengaruhi dan
• MENJAMIN
Implementasi dari peraturan perundangan ketenagakerjaan oleh
seluruh pihak yang berkepentingan
FUNGSI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

01 Menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan

Memberikan penerangan dan penasihatan teknis kepada

02
Pengusaha dan Pekerja/Buruh mengenai hal-hal yang
dapat menjamin efektifitas pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan

Mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan

03 kerja dan keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang


seluas-luasnya sebagai bahan penyusunan atau
penyempurnaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
PELAKSANAAN
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

 Preventif edukatif, upaya pencegahan melalui penyebarluasan norma,


penasihatan teknis, dan pendampingan.
 Represif non yustisia, upaya paksa diluar lembaga pengadilan untuk
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk
nota pemeriksaan dan/atau surat pernyataan kesanggupan
pemenuhan ketentuan Per UU
 Represif yustisia, upaya paksa melalui lembaga pengadilan dengan
melakukan proses penyidikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan selaku
PPNS
OBYEK PENGAWASAN NORMA K3
KETENAGAKERJAAN

-K3 UMUM DI TEMPAT KERJA


-K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN
-K3 MEKANIK
TEMUAN NORMA KERJA -K3 INSTALASI LISTRIK, IPP DAN LIFT
-K3 SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN
-K3 KONSTRUKSI BANGUNAN
-KESEHATAN KERJA
-K3 LINGKUNGAN KERJA
-SMK3
-KECELAKAAN KERJA DAN PAK

SESUAI PERLU TIDAK


-ADMINISTRASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
PERBAIKAN SESUAI -WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN
-PENYUSUNAN LAPORAN & NOTA PEMERIKSAAN
-WKWI DAN PERLINDUNGAN UPAH
-HUBUNGAN KERJA & KEBEBASAN BERSERIKAT
-JAMSOSTEK
-PENEMPATAN & PELATIHAN TKDN
NOTA PEMERIKSAAN
-PENEMPATAN & PELATIHAN TKI DI LN
-PERLINDUNGAN PEKERJA PEREMPUAN & ANAK

Penghentian Pekerjaan
TINDAKAN Segel

Penyidikan UNTUK MENENTUKAN


KEBIJAKAN PIMPINAN KE DEPAN
LAPORAN
Pengawasan Norma Ketenagakerjaan

Hubungan Industrial

BADAN
USAHA/
PERUSAHAAN
DISNAKERTRANS DISNAKER KAB/ LINTAS SEKTOR
PROV. KALSEL KOTA TERKAIT
BADAN
USAHA/
PERUSAHAAN

Pengawas Pengawasan Norma


Ketenagakerjaan Umum Ketenagakerjaan
Umum

Pengawas Pemeriksaan dan


Ketenagakerjaan Pengujian Objek K3
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN Spesialis K3

Penyidikan Tindak
Penyidik Pegawai Pidana
Negeri Sipil (PPNS) Ketenagakerjaan
KONDISI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DI KALIMANTAN SELATAN
38.744 Km2

Jumlah TK 285.574
orang

4.352 Perusahaan

4,3 Juta Jiwa


DATA PERSONIL PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
NO UNIT JML KET
1 Bidang Pembinaan dan Pengawasan 11 1 orang menduduki Jabatan
Ketenagakerjaan Struktural Kepala Bidang dan 4
orang belum mengikuti diklat
dasar Pengawas
Ketenagakerjaan
2 Balai Pengawasan Ketenagakerjaan 9
Daerah wilayah I
3 Balai Pengawasan Ketenagakerjaan 11
Daerah wilayah II
4 Balai Pengawasan Ketenagakerjaan 6 1 orang menduduki Jabatan
Daerah wilayah III Struktural Kasubbag TU
5 Balai Pengawasan Ketenagakerjaan 4 1 orang menduduki Jabatan
Daerah wilayah IV Struktural Kepala Balai
JUMLAH 41
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN SERTA PEREDARAN GELAP
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN BAHAN ADIKTIF
LAINNYA DI TEMPAT KERJA

(PERMENAKERTRANS NO. PER. 11/MEN/2005)


UPAYA AKTIF P4GN (PASAL 2)
“PENGUSAHA WAJIB MELAKUKAN UPAYA AKTIF DALAM
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
DAN PERADARAN GELAP NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
BAHAN ADIKTIF LAINNYA DI TEMPAT KERJA”

PENETAPAN KEBIJAKAN
Perusahaan wajib menetapkan kebijakan terkait dengan
Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Tempat Kerja

PENYUSUNAN DAN
PELAKSANAAN PROGRAM

Perusahaan wajib memiliki program yang terkait dengan


Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Tempat Kerja
Penetapan
Kebijakan P4GN di
Tempat Kerja

01
Harus melalui komsultasi antara pengusaha dengan
pekerja/ buruh dan atau Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh

02 Kebijakan harus dinyatakan secara tertulis

Kabijakan sekurang-kurangnya

03 memuat:
• Komitmen pengusaha dalam
upaya pencegahan dan
penanggulangan
• Komitmen pembentukan unit
P4GN di Tempat Kerja
Unit P4GN di Tempat kerja dapat merupakan unit
tersendiri atau terintegrasi dengan Lembaga Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) atau
Pelayanan Kesehatan Kerja di tempat kerja

UNIT P4GN
DI TEMPAT KERJA
Mengkomunikasikan kebijakan dan
program kepada semua pekerja/ buruh PELAKSANAAN
PROGRAM P4GN
Melaksanakan program penyuluhan,
Pendidikan dan pelatihan untuk
DI TEMPAT KERJA
meningkatkan kesadaran pekerja/ buruh

Mengembangkan program bantuan


konsultasi bagi pekerja/ buruh

Melaksanakan evaluasi kebijakan dan


program secara berkala

Pelaksanaan program harus terintegrasi


dengan program keselamatan dan
Kesehatan kerja
UNSUR
YANG TERLIBAT

Dalam melaksanakan upaya


P4GN di Tempat kerja,
perusahaan juga perlu melibatkan
diantaranya:

Pekerja/ Buruh Serikat Pekerja/ Pihak Ketiga/ Ahli


Serikat Buruh di Bidangnya
Dalam pelaksanaan upaya P4GN di Tempat Kerja,
Pengusaha, Pekerja/Buruh, dan Serikat Pekerja/
Serikat Buruh dapat berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan Instansi Pemerintah terkait
KONSULTASI DAN
KOORDINASI BNN DISNAKER DINKES KEPOLISIAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA DI TEMPAT KERJA

Ketentuan lebih lanjut mengenai pekerja/ buruh yang


Pengusaha dapat meminta kepada pekerja/ buruh yang diduga membutuhkan perawatan dan atau rehabilitasi akibat
01 menyalahgunakan narkoba untuk melakukan tes dengan biaya
ditanggung oleh perusahaan
05 penyalahgunaan narkoba diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja
Bersama

Pengusaha dapat menjatuhkan Tindakan disiplin


Pelaksaan tes harus dilakukan oleh pelayanan
02 Kesehatan atau laboratorium yang berwenang sesuai
peraturan perundangan yang berlaku
06 kepada pekerja/ buruh bila tidak bersedia untuk
mengikuti program pencegahan, penanggulangan,
perawatan dan atau rehabilitasi

Pengusaha atau pekerja/ buruh harus segera


03 Hasil tes harus dijaga kerahasiaannya 07 melaporkan kepda Kepolisian apabila ditemukan
seseorang atau lebih memiliki atau mengedarkan
Narkoba di tempat kerja

Berdasarkan hasil tes, dokter yang ahli di bidangnya


Laporan terkait dengan poin 7 juga di laporkan
04 dapat menetapkan apakah pekerja/ buruh harus
mengikuti perawatan dan atau rehabilitasi 08 kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan
PERAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN

MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN P4GN DI


TEMPAT KERJA

PEMBERDAYAAN SDM K3 DI PERUSAHAAN DALAM UPAYA


PELAKSANAAN P4GN DI TEMPAT KERJA

MENGKOORDINASIKAN PERAN SP/SB DAN APINDO

MELAKSANAKAN KERJA SAMA LINTAS SEKTOR DALAM


PEMBINAAN DAN PENGAWASAN P4GN DI TEMPAT KERJA
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA

(KEPMENAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/2004)


- Kasus : - 85 % usia produktif
-3M
- berdampak pada dunia bisnis

Peraturan Perundangan yg terkait


1. UU No.1 tahun 1970
2. UU No.13 tahun 2003
3. Kepmen Nekertrans No.68/Men/VI/2004
4. Kep.Dirjen PPK No.20/BW/VI/2005
KEWAJIBAN PENGUSAHA
Melakukan Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja

Mengembangkan
Kebijakan

Mengkomunikasikan
Kebijakan

Memberikan
perlindungan kepada
ODHA dari diskriminasi

Menerapkan
Prosedur K3 Khusus
Sepuluh prinsip dasar Kaidah ILO

1. HIV/ADIS masalah tempat kerja


2. Tanpa diskriminasi
3. Kesetaraan gender
4. Lingk.kerja yg sehat
5. Dialog sosial
6. Larangan skrining dlm proses rekruitmen
7. Kerahasiaan
8. Kelangsungan hubungan kerja
9. Pencegahan
10. Perawatan dan dukungan
Dampak HIV/AIDS
1. ekonomi
- penurunan produktifitas kerja
2. sosial
- konflik di tempat keja
3. psikologis
- diskriminasi dan stigma
4. image yg jelek
- bagi perusahaan
- bagi individu
Tanggungjawab

1. Pemerintah : pembinaan dan informasi

2. Pengusaha  buat program

a. program masuk PKB /PP


b. pelatihan
c. Komunikasi Informasi dan Edukasi
d. pelaksanaan program
e. perawatan dan pendampingan
Prosedur K3 khusus dlm P.P. HIV/AIDS

1. Langkah Pencegahan dan pengendalian


- kepastian adanya penerapan K3
- menunjukkan adanya risiko tinggi penularan
HIV/AIDS
- bila risiko ada  perlu program khusus dan
menyelenggarakan pendidikan
- Pekerja mematuhi ketentuan-2
2. Kewaspadaan standar HIV/AIDS
(standard precaution) thd
- penanganan darah dan cairan
- pengumpulan dan pembuangan sisa barang
- mencuci tangan
- menggunakan pelindung
- sterilisasi
- mencuci kain kotor
PERAN PENGAWAS KETENAGAKERJAAN

MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


PELAKSANAAN PROGRAM P2 HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA

PEMBERDAYAAN SDM K3 DI PERUSAHAAN DALAM UPAYA


PELAKSANAAN PROGRAM P2 HIV/ AIDS DI TEMPAT KERJA

MENGKOORDINASIKAN PERAN ORGANISASI K3, SP/SB DAN


APINDO

MELAKSANAKAN KERJA SAMA LINTAS SEKTOR DALAM


PEMBINAAN DAN PENGAWASAN P2 HIV/AIDS DI TEMPAT
KERJA
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai