Anda di halaman 1dari 18

Pendekatan Diagnosis Keluhan

pada Nyeri Pipi Kanan

Sharon Natalia Runtulalo


102017200
A6
Skenario 5 • Seorang perempuan 25 tahun datang dengan
keluhan nyeri di pipi kanan.

Rumusan
Masalah
• Perempuan 25 tahun dengan keluhan nyeri pada pipi kanan.
Mind Map
Anamnesis

Pemeriksaan
Komplikasi
Fisik

Rumusan
Masalah

Tatalaksa Differential
na Diagnosis

Working
Diagnosis
Pemeriksaan
Anamnesis Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
• Nyeri pada pipi kanan dirasakan • Suhu : 370C
sejak 2 minggu.
• Mengeluh sering pilek sejak 1
• Pemeriksaan hidung :
• Kavum nasi kiri :Tampak • Transiluminasi
bulan yang lalu terutama jika
terkena debu, ingus berwarna
konka media hiperemi dan
edema. • Radiologi
kuning kehijauan, kental dan • Tampak sekret kuning kental
berbau. di meatus medius kiri. • Sinuskopy
• Hidung tersumbat (terutama
yang sebelah kanan).
• Post nasal drip.
• Ct-scan sinus
• Pasien juga mengeluh kadang
sakit kepala dan demam.
RINITIS AKUT (RHINITIS RINOSINUSITIS KRONIS
SIMPLEKS)

 Selasma, common cold, flu.  Gejala : tidak khas


 Penyebab : Rhinovirus  Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari
 Stadium prodromal : rasa panas, kering gejala-gejala dibawah ini yaitu :
dan gatal di dalam hidung.
 Stadium hiperemi : akan timbul bersin
1. Sakit kepala kronik
berulang-ulang, hidung tersumbat dan 2. Post nasal drip, batuk kronik,
ingus encer, yang biasanya disertai dengan 3. Gangguan tenggorok,
demam dan nyeri kepala. 4. Gangguan telinga akibat sumbatan
 Stadium sekunder infeksi : sekret menjadi muara tuba Eustachius,
mukopurulen, sumbatan hidung 5. Gangguan ke paru seperti bronkitis
meningkat (sino-bronkitis),
 Stadium convalescense : sembuh sesudah
6. Bronkiektasis dan yang penting
5-10 hari
 PF : Mukosa hidung tampak merah dan adalah serangan asma yang
membengkak. meningkat dan sulit diobati.
Working Diagnosis
Rinosinusitis Akut
ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

 Faktor predisposisi antara lain ISPA akibat  National Health Interview Survey (2007), rinosinusitis menjadi salah satu dari sepuluh
diagnosis penyakit terbanyak di Amerika Serikat.
virus dan infeksi sekunder bakteri. Bakteri  Studi epidemiologi populasi di Eropa (2011) menggunakan kuisioner, sekitar 10.9%
utama yang sering ditemukan pada sinusitis orang memiliki gejala rinosinusitis kronik.
akut adalah Streptococcus pneumonia (30-  Survei dari beberapa daerah di Kanada melaporkan prevalensi rinosinusitis kronik
mengenai rata-rata 5% dari populasi umum.
50%), Hemophylus influenzae (20-40%), dan  Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003) menyebutkan bahwa penyakit
Moraxella catarrhalis (4%). hidung dan sinus berada dalam urutan ke 25 dari 50 pola penyakit peringkat utama
 Pajanan lingkungan seperti polusi udara, atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.
 Pada bulan Januari hingga Agustus 2005 tercatat data dari Divisi Rinologi
udara dingin dan kering, iritan, serta Departemen THT RSCM menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu
kebiasaan merokok tersebut sebanyak 435 pasien dan 69% (300 pasien) menderita rinosinusitis.
 Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari 140 pasien rinosinusitis,
didapatkan 73 pasien rinosinusitis kronik, paling banyak (58,9%) pada laki-laki dan
pada kelompok usia 46-52 (19,2%). Riwayat penyakit keluarga rinitis alergi paling
banyak ditemukan (26%). Jenis rinosinusitis terbanyak adalah rinosinusitis maksila
(28,8%). Gejala mayor paling sering dikeluhkan (69,9%) adalah hidung tersumbat
dan gejala minor paling sering dikeluhkan (87,7%) adalah sakit kepala. Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah kelainan orbita (9,6%).
Patofisiologi
Klasifikasi Rinosinusitis
Kriteria Mayor Kriteria Minor

Nyeri dan rasa penuh pada wajah Sakit kepala

Terdapat obstruksi nasal Batuk

Ingus purulen dan ada post nasal drip Halitosis

Hiposmia/anosmia Nyeri gigi

Demam (hanya pada rinosinusitis akut) Rasa lelah

Nyeri/rasa penuh pada telinga


Rinosinusitis Akut Rinosinusitis Kronik

Kriteria • Gejala berlangsung <12 minggu • Gejala berlangsung selama >12 minggu
• Episode akut berlangsung <4 kali/tahun • Episode akut ≥4 kali/tahun
• Reversibilitas mukosa: normal kembali setelah tatalaksana medik adekuat • Reversibilitas mukosa: abnormal menetap
kembali setelah tatalaksana medik adekuat

Gejala • Mayor: ingus purulen (probabilitas RSA: 92%), post nasal drip purulen, dan • Mayor: nyeri wajah/rasa tekanan, obstruksi
batuk nasal/kongesti nasal, ingus purulen,
• Minor: sakit kepala, nyeri wajah, edema periorbita, nyeri telinga, halitosis, nyeri hiposmia/anosmia, dan batuk bukan karena
gigi, nyeri tenggorok, peningkatan wheezing, dan demam. asma (hanya pada anak)
• Minor: nyeri kepala, demam, halitosis, fatigue,
nyeri gigi, batuk (pada dewasa), gejala otologik

Diagnosis 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dan ≥2 gejala minor. • >2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2
• Rinosinusitis viral akut (common cold), umumnya durasi gejala <10 hari. gejala minor (nyeri wajah saja tanpa
• Rinosinusitis non-viral akut: perburukan gejala setelah 5 hari, atau gejala gejala mayor lain tidak dianggap
menetap setelah 10 hari dengan durasi <12 minggu. Secara klinis dapat
ditegakkan apabila ditemukan minimal 3 gejala atau lebih dari gejala/tanda sebagai gejala mayor). Jika hanya
berikut: ditemukan 1 gejala mayor atau ≥2
1. Ingus purulen (biasanya unilateral) gejala minor maka dianggap sugestif
2. Nyeri berat lokal (biasanya unilateral)
3. Demam >38˚c
4. Peningkatan laju endap darah (LED) atau C-reactive protein (CRP)
5. Adanya perburukan gejala setelah 5 hari.
Tatalaksana
Prognosis

 Sebanyak 98% rinosinusitis viral akut akan sembuh sendiri (self-


limiting), sementara rinosinusitis bakterialis memiliki angka insidens
kekambuhan sekitar 5%. Jika setelah 48 jam pengobatan belum ada
perbaikan gejala secara bermakna, terapi perlu dievaluasi kembali.
Rinosinusitis akut yang tidak ditangani secara adekuat dapat menjadi
kronis, dan rinosinusitis kronis maupun akut berpotensi menimbulkan
komplikasi meningitis, abses orbita, abses otak, hingga tromboflebitis
sinus kavernosus.
Komplikasi

 Kelainan orbita; edema palpebra, selulitis orbita, abses


subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi
trombosis sinus kavernosus.
 Kelainan intrakranial; meningitis, abses ekstradural atau
subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.
Kesimpulan

 Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, perempuan tersebut di


diagnosis Rinosinusitis Akut (RSA) yang merupakan inflamasi
mukosa pada hidung dan sinus paranasal. Yang ditandai dengan
keluhan utama nyeri/rasa tekan pada wajah, ingus purulen yang
seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip), dan didukung juga
dengan pemeriksaan penunjang lainnya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai