Anda di halaman 1dari 8

PEMILIHAN AKTIVA

Masalah yang sering dihadapi perusahaan adalah


memilih aktiva (mesin misalnya) yang mempunyai
karakteristik yang berbeda, tetapi kapasitasnya sama.
Sebagai misal, apakah kita akan menggunakan printer
merek A ataukah B. Apakah kita akan memilih mesin
merek C ataukah D. Apabila kapasitas kedua aktiva
tersebut sama, maka kita tinggal melakukan analisa
terhadap faktor-faktor yang berbeda. Faktor-faktor
tersebut biasanya,(1)harga,(2)biaya operasi,dan (3)usia
ekonomis.
Apabila ada dua mesin yang mempunyai kapasitas yang sama,mempunyai harga
yang sama,usia ekonomis yang sama pula,tetapi dengan biaya operasi yang lebih
rendah,maka tanpa melakukan analisis yang terlalu rumit kita dengan muda
memilih mesin yang mempunyai biaya operasi yang lebih rendah.
Pertimbangan kita adalah memilih mesin yang mempunyai present value kas
keluar yang paling kecil. Meskipun demikian pedoman ini perlu berhati-hati
dalam menerapkanya.Marilah kita perhatikan contoh berikut ini.

Ada dua mesin, A dan B, yang mempunyai kapasitas yang sama. Bedanya adalah
bahwa harga mesin A lebih mahal yaitu Rp15 juta,sadangkan B hanya Rp10
juta.Karena harga yang lebih mahal,usia ekonomis mesia A sampai 3 tahun,
sedangkam mesin B hanya 2 Tahun. Biaya operasi per tahun mesin A adalah
Rp4 juta,sedangkan mesin B Rp 6juta. Mesin mana yang seharusnya
dipilih,kalau r= 10% ?

Kalau kita membandingkan begitu saja antara kedua mesin tersebut,maka kita
mungkin akan melakukan analisis sebagai berikut.
Kas keluar (dalam jutan RP)

Mesin Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 PV pada

r=10%

A 15 4 4 4 24,95

B 10 6 6 - 20,41
Kalau kita membandingkan begitu saja antara kedua mesin tersebut ,kita
mungkin mengambil kesimpulan yang salah, yaitu memilih mesin B
karena memberikan PV kas keluar yang terkecil. mengapa pilihan
tersebut salah ? Karena kita menggunakan dasar usia ekonomis yang tidak
sama. Dengan membeli mesin B pada akhir tahun ke-2 (atau awal tahun
ke-3) kita harus membeli mesin baru lagi , sedangkan mesin A belum perlu
diganti. Untuk itulah salah satu cara yang bisa dipergunakan adalah
menggunakan basis waktu yang sama , yang disebut sebagai COMMON
HORIZON APPROACH.

Pendekatan ini mengatakan bahwa kalau kita ingin membandingkan dua


alternatif ,gunakan dasar waktu yang sama. Kalau mesin A mempunyai
usia ekonomis 2 tahun , maka kita bisa menggunakan common horizon 6
tahun. Dalam periode tersebut , mesin A akan berganti 2 kali ,sedangkan B
akan berganti 3 kali . Dengan demikian bisa dilakukan analisis sebagai
berikut.
Mesin 0 1 2 3 4 5 6 PV
r = 10%

A 15 4 4 4 + 15 4 4 4 43,69
B 6 6 6 + 10 6 6 + 10 6 6 51,22

Dengan menggunakan basis waktu yang sama, maka pilihan seharusnya


adalah pada mesin A. Sayangnya penggunaan pendekatan ini akan
memakan waktu yang cukup lama kalau usia ekonomis antara dua aktiva
yang diperbandingkan ternyata agak “unik”. Ambil misal bahwa usia
ekonomis mesin C adalah 7 tahun, sedangkan mesin D adalah 8 tahun.
Berapa common horizon-nya? Kita terpaksa menggunakan basis waktu 56
tahun. Ini berarti mesin C akan berganti sebanyak 8 kali sedangkan
mesin D sebanyak 7 kali
Untuk mempersingkat perhitungan ,digunakanlah
pendekatan yang disebut equivalent annual cost
approach. Pendekatan ini menghitung berapa
pengeluaran tahunan yang ekuivalen dengan PV kas
keluar. PV kas keluar mesin A adalah Rp24,95 juta,untuk
3 tahun. Beberapa kas keluar setiap tahun (yang
jumlahnya sama) yang akan sama nilainya dengan PV
kas keluar selama 3 tahun tersebut ? Persoalan tersebut
bisa dirumuskan sebagai berikut.

X X X
24,95   2
 3
(1  0,10) (1  0,10) (1  0,10)
Dengan demikian bisa kita dapatkan nilai X
=Rp10,03 juta.

Dengan cara yang sama kita lakukan untuk mesin


B(tetapi ingat usia ekonomisnya hanya 2 tahun),dan
kita akan mendapatkan nilai equivalent annual cost-
nya sebesar Rp11,76 juta. Dengan demikian kita
akan memilih mesin A karena memberikan
equavalent annual cost yang terkecil
Sekian

Anda mungkin juga menyukai