Pada bab lima, kita telah membahas tentang teori produksi, di mana telah
dibahas kombinasi input-input dalam upaya untuk memaksimumkan output yang
dihasilkan oleh perusahaan. Pada bagi ini kita akan membicarakan tentang biaya
produksi. Dalam bab ini paling tidak kita akan membicarakan tentang bagaimana
perusahaan memilih input-input yang akan digunakan untuk menghasilkan output
tertentu dengan biaya yang paling rendah, dan bagaimana perusahaan meminimisasi
biaya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Biaya Modal
Dalam konteks biaya modal terdapat dua konsep yang memiliki perbedaan
besar. Dalam perhitungan biaya modal, para akuntan menggunakan harga historis dari
pada barang modal misalnya mesin dan peralatan tertentu yang sedang diteliti dan
menggunakan aturan depresiasi yang dipilih, untuk menetapkan bahwa beberapa dari
harga mesin itu semula yang akan dikenakan sebagai biaya lancar. Sementara para
ekonom memandang harga historis dari sebuah mesin atau beralatan sebagai sebuah
biaya hangus yang tidak relevan dalam proses produksi.
Ekonom memandang biaya sebagai biaya implisit atas se buah mesin yang
rela dibayarkan oleh seseorang untuk menggunakan mesin tersebut. Oleh karena itu
biaya satu jam mesin merupakan tingkat sewa untuk mesin itu sendiri, perusahaan
secara implisit melepaskan tingkat sewa untuk mesin tersebut dalam penggunaan
alternatifnya yang terbaik. Dengan melanjutkan penggunaan mesin itu sendiri, maka
perusahaan secara implisit melepaskan tingkat sewa yang rela dibayarkan orang lain
untuk menggunakan mesin tersebut.
Biaya Ekonomis
Biaya ekonomis (ekonomic cost) adalah biaya ekonomi atas semua input yang
diperlukan untuk mempertahankan masukan tersebut untuk penggunaannya saat ini,
atau imbalan yang diterima input tersebut dalam penggunaan alternatifnya yang
terbaik.
Penggunaan definisi tersebut tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa
konsep dari para akuntan tidak relevan untuk perilaku ekonomi. Pada kenyataannya
bahwa prosedur akuntansi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
pengambilan keputusan dari para manajer, karena sangat mempengaruhi besarnya
pajak yang dikenakan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian data
akuntansi harus senantiasa tersedia, sementara data biaya ekonomi harus
dikembangkan secara terpisah. Akan tetapi definisi yang diungkapkan oleh para
ekonom memiliki ciri-ciri yang diinginkan karena dapat diterapkan pada semua
perusahaan dan mampu membentuk sistem yang konsisten secara konseptual. Dalam
beberapa tahun terakhir para akuntan telah bergerak ke arah definisi yang digunakan
oleh para ekonom. Misalnya model konseptual tentang biaya ekonomi telah
diterapkan dalam sejumlah topik dalam akuntansi seperti depresiasi dalam situasi
inflasi.
Asumsi Penyederhanaan
Asumsi awal yang digunakan yaitu kita membuat dua penyederhanaan tentang
input yang dipergunakan oleh perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa. Pada
bab teori produksi kita berasumsi bahwa, hanya terdapat dua input; yaitu tenaga kerja
(L) yang diukur dengan jam kerja langsung, serta modal (K) diukur dengan jam kerja
mesin. Sementara biaya kewirausahaan diasumsikan termasuk dalam jam kerja mesin.
Asumsi kedua yaitu input-input untuk sebuah perusahaan dipergunakan dalam
pasar persaingan sempurna. Dalam kondisi tersebut perusahaan dapat menjual dan
membeli input-input (semua jasa tenaga dan modal) dengan tingkat upah dan sewa
yang diinginkan (w dan v) atau menjual output. Dalam bentuk grafik kurva
penawaran untuk sumberdaya yang dihadapi perusahaan dalam bentuk horisontal
pada harga faktor yang berlaku. Baik w maupun v diperlakukan sebagai parameter
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam konteks ini tidak ada sesuatu yang
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keduanya.
K* TC2
Q1
TC1
Bentuk kurva biaya total pada dasarnya tergantung pada sifat alamiah dari
fungsi produksi. Gambar 6.2. menunjukkan empat bentuk kemungkinan hubungan
biaya. Gambar 6.2(a) menunjukkan skala hasil konstan (constant return to scale).
Dalam konteks ini penambahan input yang dilakukan oleh perusahaan proporsional
dengan penambahan output. Jadi setiap perusahaan yang akan melakukan
penambahan satu unit output, maka perusahaan akan memerlukan penambahan satu
unit input. Dengan asumsi harga input tidak berubah, maka hubungan antara biaya
input total dan output adalah juga proporsional, sehingga kurva biaya total berbentuk
garis lurus yang melalui titik orginal, karena perusahaan tidak membutuhkan input
pada saat Q=0.
Gambar 6.2(b) mencerminkan kasus skala hasil yang menurun (decreasing
return to scale) sementara gambar dan 6.2(c) mencerminkan skala hasil meningkat
(increasing return to scale). Pada kasus skala hasil menurun maka dibutuhkan
kuantitas penambahan input yang lebih besar untuk menghasil output tambahan,
sehingga biaya input meningkat dengan cepat pada saat perusahaan melakukan
penambahan output (ekspansi). Kondisi tersebut ditunjukkan oleh kurva biaya total
berbentuk cembung pada gambar 6.2(b). Sementara pada skala hasil meningkat, maka
dibutuhkan kuantitas penambahan input yang lebih sedikit untuk menghasilkan
output tambahan (ekspansi). Pada kasus ini biaya total berbentuk cekung seperti
terlihat pada gambar 6.2(c).
Gambar 6.2(d) menunjukkan suatu situasi dimana perusahaan terletak di
antara peningkatan dan penurunan skala hasil. Kondisi seperti ini muncul ketika
proses produksi perusahaan memerlukan tingkat koordinasi internal dan kontrol
manajemen yang optimal. Pada tingkat output yang rendah struktur kontrol berada di
bawah tingkat pengendalian maksimal, sehingga ekspansi output lebih mudah
dilakukan. Dalam kasus ini maka perusahaan mengalami peningkatan skala hasil,
kurva biaya total berbentuk cekung pada awalnya. Namun ketika output diekspansi,
maka perusahaan harus menambah pekerja dan peralatan modal, dan biasanya
memerlukan pabrik baru dengan bangunan yang terpisah. Dengan skala organisasi
yang lebih besar, maka koordinasi dan kontrol perusahaan semakin sulit dilakukan,
sehingga mengakibatkan penurunan skala hasil. Kemungkinan tercermin pada bagian
cembung kurva biaya total pada gambar 6.2(d).
Biaya Biaya
Total TC
Total
TC
Dalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dalam dua jangka waktu
yaitu jangak pendek dan jangka panjang. Walaupun tidak ada definisi yang pasti yang
dapat diberikan untuk kedua pengertian tersebut. Tujuan umum atas perbedaan ini
adalah untuk membedakan bahwa dalam jangka pendek, para pelaku ekonomi tidak
memiliki keluwesan. Dalam arti bahwa umumnya faktor produksi sulit atau bahkan
tidak dapat ditambah jumlahnya. Sementara jangka panjang, para pelaku ekonomi
memiliki keluwesan yang cukup besar, dalam arti bahwa semua faktor produksi
dapat mengalami perubahan. Pada bagian ini akan diuraikan biaya produksi jangak
pendek, sementara biaya produksi jangka panjang akan diuraikan pada bagian
berikutnya.
AC = TC/Q. (6.3)
AC atau ATC pada dasarnya mempunyai dua komponen yaitu biaya tetap
rata-rata (average fixed cost) biasa di simbol AFC dan biaya variabel rata-rata
(average variable cost) biasa di simbol AVC. Biaya tetap rata (AFC) dapat diperoleh
dengan membagi jumlah biaya tetap dengan jumlah produksi (TFC/Q). Sementara
biaya variabel rata-rata dapat diperoleh dengan membagi jumlah biaya variabel
dengan jumlah output (TVC/Q), contoh biaya rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel. Biaya Jangka Pendek Perusahaan
Biaya Biaya Biaya
Biaya Biaya Biaya Biaya
Output Tetap Variabel Total
Tetap Variabel Total Marjinal
(Q) Rata-rata Rata-rata Rata-rata
(FC) VC) (TC) (MC)
(AFC) (AVC) (ATC)
0 250 0 250 - - - -
1 250 100 350 100 250 100 350
2 250 180 430 80 125 90 215
3 250 240 490 60 83,33 80 163,33
4 250 280 530 40 63 70 132,50
5 250 320 570 40 50 64 114
6 250 380 630 60 41,67 63,33 105,00
7 250 460 710 80 35,71 65,71 101
8 250 560 810 100 31,3 70 101,25
9 250 680 930 120 27,78 75,56 103,33
10 250 820 1070 140 25 82 107
11 250 980 1230 160 22,73 89,09 111,82
12 250 1160 1410 180 20,83 96,67 117,50
13 250 1360 1610 200 19,23 104,62 123,85
14 250 1580 1830 220 17,86 112,86 130,71
,
Biaya
(P) TC
VC
FC
Contoh Soal:
TC = 0,1Q3 – Q2 + 20Q + 20
Jawab:
Besarnya (AC), biaya tetap rata-rata (ATC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya
marjinal (MC), adalah:
TC 20
AC 0,1Q 2 Q 20
Q Q
AVC = 0,1Q2 – Q + 20
20
AFC
Q
TC
MC 0,3Q 2 2Q 20
Q
Kuantitas produksi pada saat MC minimum dan AVC minimum? dan bukti bahwa
pada saat nilai AVC minimum maka MC=AVC.
AVC = 0,2Q – 1 = 0
Q =5
MC minimum apabila MC = 0
0,6Q – 2 = 0
Q = 3,33
Dengan demikian terbukti bahwa pada saat AVC minimum, maka MC=AVC.
Dalam jangka panjang perusahaan dapat mengubah semua input yang akan
digunakan dalam produksi. Oleh karena itu dalam jangka panjang tidak dikenal lagi
adanya biaya tetap, jadi semua biaya bersifat variabel. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan tidak saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga modal baik
dalam bentuk gedung, pabrik, mesin maupun peralatan lainnya. Jadi secara khusus
perusahaan dalam jangka panjang harus memutuskan jumlah pabrik, gedung,
peralatannya, serta jumlah tanaga kerja yang dibutuhkan dalam operasinya.
Dalam mengambil keputusan perusahaan tentunya harus berusaha memilih
metode produksi yang menghasilkan output dengan biaya produksi terendah dari
sekian banyak metode produksi yang tersedia. Oleh karena itu keputusan perencanaan
jangka panjang menjadi sangat penting. Sebuah perusahaan yang memutuskan untuk
membangun sebuah pabrik semen baru misalnya, dan membeli mesin dan
peralatannya akan memilih sekian banyak alternatif. Tetapi ketika gedung, pabrik
serta mesin dan peralatan sudah terpasang, maka investasi tersebut akan tetap dalam
jangka waktu yang lama. Dan apabila perusahaan membuat pilihan yang salah, maka
kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Sebaliknya apabila ia dengan jitu
mengambil keputusan, maka kemungkinan akan memberi imbalan keuntungan yang
besar kepada pemilik perusahaan dalam jangka panjang.
Di samping itu keputusan jangka panjang mengandung risiko yang tertinggi,
karena perusahaan harus mengantisipasi metode produksi yang efisien, tidak hanya
untuk saat ini tetapi juga untuk beberapa tahun ke depan, di mana biaya bahan baku
dan tenaga kerja dapat berubah. Keputusan jangka panjang juga sulit karena harus
memutuskan berapa besar output yang harus dihasilkan, apakah perekonomian dan
industri tumbuh atau mundur dalam beberapa tahun kedepan, apakah produk baru
akan muncul dan menggantikan produk yang sudah ada sekarang?
Pada dasarnya perbedaan antar biaya jangka panjang dan jangka pendek lebih
merujuk pada fungsi produksi. Fungsi produksi dikatakan dalam jangka pendek
apabila dalam produksinya masih mengandung unsur input tetap, dan disebut jangka
panjang apabila tidak mengandung input tetap atau semua inputnya veriabel. Dalam
kondisi ini pula biaya dapat dikategorikan dalam jangka pendek atau panjang,
tergantung dari apakah biaya mengandung biaya tetap atau tidak.
Kurva biaya total jangka panjang (long run total cost, LRTC) diturunkan dari
pola ekspansi/perluasan perluasan perusahaan dan menunjukkan biaya total jangka
panjang minimum dalam memproduksi berbagai tingkat output seperti terlihat pada
Gambar 6.4.
Jalur ekspansi
Q5=750
Q1=100
(a) Q4=575
Q3=400
Q2=250
L
L1 L2 L3 L4 L5
LRTC
LRTC
E5
E4
E3
E2
E1
(b)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q
Gambar: 5.4. Skala produksi dan Biaya Total Jangka Panjang
TC
LTC
0 Output
AC
MC LMC
LAC
0 Output
Gambar 5.5. Kurva Biaya Jangka Panjang
Pada dasarnya kurva biaya jangka pendek dan kurva biaya jangka panjang
yang telah dibahas dalam bab ini semuanya diturunkan dari fungsi produksi yang
sama. Dalam jangka pendek beberapa faktor produksi bersifat tetap, namun dalam
jangka panjang semua input bersifat variabel. Kurva biaya rata-rata jangka panjang
(LRAC) menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output pada saat semua
faktor produksi adalah variabel. Sementara kurva biaya total rata-rata jangka pendek
(SRATC) menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output manapun pada
saat satu input atau lebih adalah tetap (konstan).
Kurva biaya rata-rata jangka pendek pada dasarnya tidak boleh berada di
dibawah kurva biaya rata-rata jangka panjang, karena kurva biaya rata-rata jangka
panjang (LRAC) menunjukkan biaya terendah yang dapat dicapai bagi setiap output
yang dihasilkan. Dapat saja kurva itu adalah kurva yang sama apabila pabrik dengan
ukuran yang benar-benar sama adalah yang terbaik untuk memproduksi output yang
manapun, namun hal tersebut hampir tidak mungkin terjadi. Situasi yang dapat
dijumpai adalah bahwa apabila tingkat output diubah, maka pabrik yang ukurannya
berbeda diperlukan untuk mencapai biaya terendah yang dapat dicapai. Hal tersebut
ditunjukkan pada Gambar 5.6 dimana kurva SRATC terletak di atas kurva LRAC
pada semua output kecuali pada q0.
Gambar 5.6. menunjukkan bahwa kurva biaya total rata-rata jangka pendek
(SRATC) bersinggungan dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang (LRAC) pada
output yang kuantitas faktor tetapnya adalah optimum. Apabila output di ubah pada
sekitar unit q0, dengan pabrik dan peralatan yang tetap pada tingkat optimal untuk
memproduksi q0, maka biaya akan mengikuti kurva biaya jangka pendek. Walaupun
SRATC dan LRAC berada pada tingkat yang sama untuk ouput q 0, dalam hal ini
pabrik bekerja optimal pada tingkat ini, jumlah pabrik atau peralatan terlalu terbanyak
atau terlalu sedikit, sehingga SRATC akan terletak di atas LRAC. Apabila sejumlah
output selain q0 harus tetap dipertahankan, biaya dapat diturunkan pada tingkat yang
terdapat pada kurva jangka panjang, dan dapat berlaku apabila terdapat waktu yang
cukup untuk menyesuaikan kapasitas pabrik dan peralatannya.
Biaya
SRATC
LRAC
0 Q0 Qm Q
Gambar 6.6. Biaya rata-rata Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Kita melihat bahwa kurva SRATC pada gambar 6.6. adalah salah satu dari
banyak kurva yang sejenis. Setiap kurva menunjukkan bagaimana biaya berubah
apabila output diubah dari output dasar, dengan mempertahankan beberapa faktor
tetap pada kuantitas yang paling tepat untuk output dasar. Gambar 6.7 ditunjukkan
sekelompok kurva biaya rata-rata jangka pendek (LRATC) bersama-sama dengan
satu kurva biaya rata-rata jangka panjang.
Kurva biaya jangka panjang biasa pula disebut kurva sampul (envelope
curve), karena kurva biaya rata-rata jangka panjang melingkupi semua kelompok
kurva biaya total rata-rata jangka pendek. Setiap kurva biaya total rata-rata jangka
pendek bersinggungan dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang pada tingkat
output untuk mana kuantitas faktor produksi yang tetap adalah optimum dan terletak
diatasnya untuk semua tingkat output lainnya.
Biaya
SRATC1
LRAC
SRATC2
SRATC5
SRATC3 SRATC4
0 Q
Gambar 6.7. Biaya rata-rata Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Secara grafik hubungan antara jumlah produk dan jam tenaga kerja langsung,
dengan mengambil contoh data di atas dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar ini
lazim disebut kurva belajar (Learning Curve) atau Experience Curve.
Biaya
Kurva belajar
0 Quantity
Gambar 6.8. Gambar Learing Curve
Hukum dari learning curve ini mengatakan bahwa biaya produksi per unit bila
diukur dengan nilai uang yang tetap, akan mengalami penurunan sebesar persentase
tertentu, setiap kali pengalaman kerja meningkat menjadi dua kali lipat.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya per unit produksi perusahaan A hanya
berubah sangat kecil dari tahun sebelumnya yaitu dari $ 5 per unit menjadi $ 4,91
per unit.
0,515
240
C 7 (1 (1,03) C 7 (1,037078) 0,515
6.667
Biaya Produksi Perusahaan B tahun depan adalah
Jadi apabila perusahaan A menurunkan harga jual 20%, maka harga jual akan
tunur dari $.12 menjadi $.9,6 dan keuntungan yang diperoleh dari ketiga perusahaan
ini adalah:
A = 481 x ($9,6 - 4,91) = $ 2.255,89
B = 240 x ($9,6 – 6,87) = $ 655,20
C = keluar dari persaingan jadi tidak memperoleh laba.